Digabungkan, seleksi alam dan evolusi adaptif memungkinkan suatu "spesies untuk melacak perubahan dalam lingkungannya," kata Timothée Bonnet, seorang ahli biologi evolusi di Pusat Penelitian Nasional Prancis dan Universitas La Rochelle.
Burung finch Darwin di Kepulauan Galápagos adalah contoh klasik dari evolusi adaptif. Paruh mereka berubah bentuk dan ukurannya dalam waktu yang relatif singkat untuk menyesuaikan diri dengan jenis makanan yang tersedia di pulau masing-masing.
Temuan ini membuat gelombang setelah publikasi buku pemenang Hadiah Pulitzer, "The Beak of the Finch: A Story of Evolution in Our Time" (Knopf, 1994).
Selanjutnya ada spesiasi, yaitu proses di mana satu spesies bercabang menjadi dua spesies yang berbeda. Bayangkan sebuah sungai yang membelah populasi ikan menjadi dua kelompok. Seiring waktu, kedua kelompok ikan ini akan mengalami perubahan yang berbeda-beda sehingga mereka tidak lagi dapat saling kawin.
Jauh lebih cepat dari yang kita kira
Selama bertahun-tahun, kita mengenal evolusi sebagai proses yang berjalan sangat lambat, memakan waktu jutaan tahun. Namun, penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan: evolusi ternyata jauh lebih cepat dari yang kita perkirakan.
Tahukah Anda bahwa kita, manusia, sebenarnya telah lama "bermain-main" dengan evolusi? Dengan melakukan seleksi buatan, kita berhasil mengubah tanaman dan hewan menjadi lebih sesuai dengan keinginan kita.
Misalnya, dalam waktu hanya tujuh tahun, para ilmuwan berhasil membuat tanaman menjadi lebih lezat. Begitu pula dengan anjing, yang berhasil didomestikasi dalam beberapa generasi.
"Kita membuat evolusi terjadi," kata Bonnet kepada Live Science. "Kita dapat melihat bahwa perubahan yang terjadi pada skala beberapa generasi (dapat) cukup dramatis."
Lalu, bagaimana dengan evolusi yang terjadi secara alami? Untuk menjawab pertanyaan ini, Bonnet dan timnya menganalisis data genetik dari berbagai spesies burung dan mamalia.
Hasilnya mengejutkan: laju evolusi adaptif ternyata dua hingga empat kali lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Artinya, setiap generasi memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup dan berkembang biak.
Baca Juga: Mata Rantai Evolusi Homo floresiensis, Spesies Manusia yang Menyusut