Nationalgeographic.co.id—Siapa yang pantas disebut sebagai "manusia pertama"? Pertanyaan ini telah memicu perdebatan sengit di kalangan para ahli.
Beberapa fosil purba mengklaim gelar tersebut, namun bukti-bukti yang ada masih menjadi perdebatan.
Artikel ini akan mengulas berbagai teori dan temuan tentang evolusi manusia, serta mencoba mengurai benang kusut mengenai siapa sebenarnya yang pertama kali dianggap sebagai manusia.
Batas antara manusia dan kera
Perjalanan evolusi manusia adalah sebuah misteri yang memikat. Kita terdorong untuk memahami asal-usul kita, untuk melacak jejak nenek moyang kita yang jauh. Namun, pertanyaan mendasar tetap menghantui: di mana sebenarnya titik awal kita sebagai manusia?
Di luar itu, muncul juga pertanyaan: seberapa jauh kita harus menelusuri waktu untuk menemukan nenek moyang kita yang bukan manusia, melainkan kera yang berjalan dengan dua kaki? Apa saja syarat untuk dianggap sebagai "manusia"?
Tanya Smith, seorang ahli biologi evolusi manusia dari Griffith University, menyatakan bahwa menjawab pertanyaan tersebut jauh lebih rumit dari yang terlihat.
Selama berabad-abad, para ilmuwan berusaha menjawab pertanyaan ini dengan mengklasifikasikan fosil-fosil purba. Fosil-fosil seperti Lucy, si Australopithecus afarensis, yang berjalan tegak namun memiliki ciri-ciri kera, menjadi petunjuk penting.
"Awalnya, ukuran otak besar dan kemampuan menggunakan alat dianggap sebagai ciri khas yang membedakan manusia dari nenek moyang kita," ujar Smith, seperti dilansir dari laman abc.net.au.
Namun, penemuan-penemuan baru terus mengungkap kompleksitas evolusi kita. Batas antara manusia dan kera ternyata tidak sejelas yang kita bayangkan. Fosil-fosil yang ditemukan dalam beberapa tahun terakhir menantang asumsi-asumsi lama.
Jadi, siapa sebenarnya manusia itu?
Baca Juga: Mata Rantai Evolusi Homo floresiensis, Spesies Manusia yang Menyusut
KOMENTAR