Nationalgeographic.co.id—Sembilan bulan. Sebuah jangka waktu yang lebih panjang dari kehamilan manusia, nyaris setara dengan satu tahun ajaran penuh. Bayangkan menghabiskan seluruh kurun waktu tersebut bukan di tengah hiruk pikuk kehidupan Bumi, melainkan melayang ratusan kilometer di atasnya, di dalam sebuah laboratorium metalik yang mengorbit tanpa henti.
Itulah kenyataan yang dialami oleh dua astronaut NASA, Sunita “Suni” Williams (59 tahun) dan Barry “Butch” Wilmore (62). Mereka berangkat menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dengan perkiraan misi yang jauh lebih singkat, namun serangkaian kejadian tak terduga telah mengubah segalanya.
Kepulangan mereka yang seharusnya hanya berlangsung delapan hari, justru molor menjadi lebih dari 270 hari. Sebuah penantian panjang yang menguji ketahanan fisik dan mental, sebuah kisah tentang adaptasi di lingkungan ekstrem, dan akhirnya, sebuah momen pendaratan yang melegakan setelah berbulan-bulan menatap Bumi dari kejauhan.
Apa sebenarnya yang membuat dua penjelajah angkasa ini terpaksa memperpanjang masa tinggal mereka secara drastis di orbit? Dan bagaimana rasanya hidup dalam ketidakpastian di antah berantah luar angkasa selama hampir satu tahun?
Identitas Astronaut yang Sempat Terdampar di ISS
Sunita “Suni” Williams, seorang pensiunan perwira Angkatan Laut Amerika Serikat, bergabung dengan NASA pada tahun 1998 dan saat ini menjabat sebagai komandan ISS. Selama karirnya, ia telah mengumpulkan 322 hari di luar angkasa dan melakukan sembilan kali spacewalk. Sebelumnya, Williams pernah memegang rekor spacewalk terbanyak oleh seorang astronaut wanita hingga tahun 2017.
Sementara itu, Barry “Butch” Wilmore pertama kali terbang ke luar angkasa pada tahun 2009 menggunakan Space Shuttle Atlantis dan sebelum misi Boeing Starliner ini, ia telah mencatatkan 178 hari di luar angkasa.
Wilmore pernah bertugas sebagai insinyur penerbangan dan komandan pada misi-misi ISS sebelumnya, di mana ia melakukan penelitian mengenai berbagai topik, termasuk pertumbuhan tanaman di luar angkasa, efek mikrogravitasi pada tubuh manusia, dan perubahan lingkungan di Bumi.
Dalam misi Boeing CST-100 Starliner ini, seperti dilansir laman Al Jazeera, Wilmore bertindak sebagai komandan, dan Williams sebagai pilot.
Detail Kepulangan ke Bumi Menggunakan SpaceX Crew Dragon
Proses kepulangan Williams dan Wilmore dimulai pada Senin malam, dengan persiapan penutupan palka yang dimulai pada pukul 10:45 malam ET (02:45 GMT). Kapsul SpaceX Crew Dragon yang membawa mereka berdua kemudian melepaskan diri dari ISS pada pukul 1:05 pagi ET (05:05 GMT) pada hari Selasa. Wahana antariksa tersebut berhasil mendarat di Samudra Atlantik tepat sebelum pukul 6 sore ET (22:00 GMT).
Baca Juga: Demi Sains, Kuda Tertua Seberat 3,9 Kg Ini Kini Ada di Angkasa Luar, untuk Apa?
KOMENTAR