Nationalgeographic.co.id—Blueberry atau bluberi adalah salah satu buah yang paling mudah dikenali berkat warna birunya yang khas. Namun, warna biru di alam sebenarnya sangat langka, dan hanya sedikit makhluk hidup yang benar-benar memiliki pigmen biru.
Lalu, dari mana sebenarnya warna biru bluberi berasal?
Para peneliti telah menemukan jawabannya. Dalam sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Science Advances, para peneliti menemukan bahwa kristal-kristal kecil yang tersusun secara acak di lapisan lilin pada kulit bluberi menyebarkan cahaya, sehingga menghasilkan warna nila khas buah tersebut.
Warna biru sendiri merupakan salah satu warna paling langka di dunia hayati. Hanya sedikit senyawa organik alami yang mampu menghasilkan pigmen biru.
Sebagian besar contoh, seperti bunga bluebell, kupu-kupu, dan katak tropis, menggunakan trik khusus untuk menciptakan warna ini (biasanya untuk mengusir predator). Bahkan batu dan mineral berwarna biru, seperti safir dan lapis lazuli, sulit ditemukan.
Bluberi bahkan lebih membingungkan.
Peneliti utama studi ini, Rox Middleton dari University of Bristol, Inggris, menjelaskan bahwa warna biru pada bluberi tidak dapat diekstrak dengan cara diperas karena tidak berasal dari pigmen dalam jusnya. Hal ini, menurutnya, menunjukkan bahwa ada sesuatu yang unik dengan mekanisme pembentukan warna pada buah tersebut.
Meskipun bluberi mengandung pigmen kuat yang disebut antosianin, pigmen ini sebenarnya berwarna ungu kemerahan, sangat berbeda dari warna nila pada kulit buah. Namun, seperti kebanyakan tumbuhan, bluberi dilapisi dengan lapisan lilin tipis yang berfungsi sebagai pelindung tahan air dan penghalang terhadap infeksi.
Tim Middleton menduga bahwa warna biru berasal dari luar buah. Mereka kemudian mengambil sampel lilin ini dan merekristalisasikannya di atas selembar karton. Hasilnya mengejutkan—lapisan kristal ultra-tipis yang terbentuk menghasilkan warna nila khas bluberi.
Saat diamati lebih dekat, mereka menemukan bahwa distribusi acak struktur kristal dalam lilin ini menyebarkan cahaya biru dan ultraviolet, menciptakan warna khas buah tersebut.
“Temuan ini menunjukkan bahwa alam telah berevolusi untuk menggunakan trik yang sangat cerdas, yaitu lapisan ultra-tipis untuk menghasilkan warna penting,” kata Middleton.
Baca Juga: Sains: Mengapa Dinosaurus Tidak Pernah Berevolusi Kembali Setelah Punah?
Source | : | Live Science,Science Advances |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR