Nationalgeographic.co.id—Dugaan child grooming yang dilakukan aktor Korea Selatan, Kim Soo-hyun terhadap mendiang Kim Sae-ron, mengguncang publik.
Pengakuan bibi Kim Sae-ron yang menyebut keponakannya menjalin hubungan dengan Kim Soo-hyun sejak usia 15 tahun, sementara sang aktor berusia 27 tahun, memicu kemarahan warganet.
Perbedaan usia yang mencolok dan status Kim Sae-ron yang masih di bawah umur membuat banyak orang mempertanyakan motif Kim Soo-hyun. Apakah ini hanya cinta monyet yang salah tempat, ataukah ada manipulasi dan eksploitasi yang tersembunyi di baliknya?
Kasus ini membuka mata kita pada bahaya child grooming, sebuah kejahatan tersembunyi yang seringkali sulit dideteksi.
Bagaimana seorang predator membangun kepercayaan korban, mengisolasi mereka dari orang-orang terdekat, dan secara perlahan merusak mental mereka? Apa saja tanda-tanda yang harus diwaspadai, baik pada pelaku maupun korban? Dan yang terpenting, bagaimana cara melindungi anak-anak dari ancaman mengerikan ini? Temukan jawabannya dalam artikel ini.
Definisi, Statistik, dan Dampak
Child grooming adalah sebuah proses yang direncanakan dengan matang di mana para predator secara sistematis memanipulasi dan mengeksploitasi anak-anak untuk mendapatkan kepercayaan mereka, yang sering kali menjadi langkah awal sebelum terjadinya pelecehan seksual pada anak.
Individu yang melakukan child grooming membangun hubungan yang erat dengan anak-anak atau remaja, dan terkadang juga dengan keluarga atau pengasuh, dengan tujuan untuk meminimalkan perlawanan terhadap tindakan pelecehan yang akan mereka lakukan.
Angka-angka terkait pelecehan seksual anak sangat mengkhawatirkan, di mana satu dari empat anak perempuan dan satu dari enam anak laki-laki akan mengalami pelecehan seksual sebelum mencapai usia 18 tahun.
Di Amerika Serikat saja, terdapat lebih dari 60 juta penyintas pelecehan anak, dan hampir 80% dari kasus tersebut tidak pernah dilaporkan kepada pihak berwenang.
Dampak dari pelecehan seksual anak, seperti dilansir di laman praesidiuminc.com, dapat menghancurkan kehidupan para korban dalam berbagai aspek.
Baca Juga: Cancel Culture, Paradoks di Balik Gemerlapnya Industri Hiburan Korea Selatan
KOMENTAR