Mereka memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar untuk menderita depresi, empat kali lebih besar untuk merenungkan bunuh diri, 13 kali lebih besar untuk menyalahgunakan alkohol, 26 kali lebih besar untuk menyalahgunakan narkoba, dan 40 kali lebih besar untuk mengalami masalah dalam perkawinan di kemudian hari.
Sayangnya, proses child grooming sering kali terjadi secara bertahap sehingga terasa wajar bagi anak, dan perilaku ini dapat tersembunyi dalam waktu yang cukup lama, terutama ketika terjadi secara daring.
Menurut data dari FBI, diperkirakan ada sekitar 750.000 predator aktif yang beroperasi secara daring, dan hampir 90% kasus pelecehan anak melibatkan beberapa bentuk child grooming daring.
Anak-anak mungkin pertama kali berinteraksi dengan orang dewasa melalui kegiatan di sekolah, perkemahan, olahraga, atau organisasi lainnya secara langsung, yang kemudian berlanjut ke interaksi daring melalui berbagai platform.
Kontak daring ini sering terjadi di platform dan aplikasi permainan, media sosial, aplikasi perpesanan, serta platform siaran langsung yang populer di kalangan anak-anak.
Pelaku: Siapa, Motivasi, dan Tahapan
Seseorang yang melakukan child grooming bisa berasal dari berbagai latar belakang dan profesi. Sering kali, mereka adalah individu yang menempati posisi kepercayaan, seperti anggota keluarga atau kerabat, guru, pelatih, atau pendeta.
Namun, pelaku juga bisa merupakan orang asing yang mendekati anak-anak. Di dunia daring, mereka mungkin menyamar sebagai anak seusia dengan menggunakan akun palsu dan berbagi minat yang sama untuk menjalin pertemanan.
Para pelaku child grooming mengeksploitasi kerentanan yang mereka rasakan pada anak-anak, membangun kepercayaan untuk mendapatkan akses kepada calon korban dengan tujuan jahat, termasuk pelecehan seksual anak dan perdagangan anak.
Dengan membangun kekuasaan dan kendali atas korban, pelaku berusaha untuk menormalisasi perilaku mereka yang tidak dapat diterima.
Proses child grooming biasanya melibatkan serangkaian interaksi yang terjadi dari waktu ke waktu, bahkan bisa berlangsung lebih dari setahun, dan cenderung mengikuti pola yang serupa.
Baca Juga: Perjalanan Raja Taejong Menduduki Takhta Phoenix dalam Sejarah Korea
KOMENTAR