Blue Economy, Harta Karun Tersembunyi yang Menjanjikan Sekaligus Berkelanjutan

By Ade S, Kamis, 12 September 2024 | 10:03 WIB
Ingin tahu bagaimana samudra bisa menjadi sumber kesejahteraan yang tak terbatas? Ekonomi biru menawarkan jawabannya. (freepik.com/author/tirachard)

Jantung kehidupan dan masa depan kita

Perlu diingat bahwa laut, dengan luasnya yang tak terhingga, bukanlah sekadar hamparan air asin. Ia adalah jantung kehidupan di Bumi, menjadi rumah bagi jutaan spesies dan sumber daya yang tak ternilai. Oleh karena itu, menjaga kesehatan laut adalah kunci bagi keberlangsungan hidup manusia dan planet ini.

Memahami pentingnya laut, Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) nomor 14, yang secara khusus berfokus pada "Kehidupan di Bawah Air".

Tujuan ini memiliki ambisi besar: menjaga dan menggunakan laut, samudra, dan sumber daya laut secara berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan ini, telah ditetapkan tujuh target spesifik yang harus dicapai pada tahun 2030.

Meskipun tujuan mulia ini telah ditetapkan, perjalanan menuju laut yang sehat masih panjang dan penuh tantangan. Hingga saat ini, kemajuan yang telah dicapai masih terbatas.

Walaupun ada peningkatan kecil dalam pengelolaan perikanan dan perluasan kawasan konservasi laut, namun cakupannya masih jauh dari ideal. Hanya sekitar 7,5% luas samudra yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi.

Mengelola harta karun dunia

Perlu disadari bahwa mengelola harta karun ini bukanlah perkara mudah. Tata kelola samudra dan ekonomi biru, yang saling terkait erat, seringkali menghadapi tantangan kompleks.

Salah satu tantangan utama adalah pemanfaatan sumber daya laut yang terfragmentasi. Setiap negara memiliki wilayah laut eksklusifnya sendiri (ZEE), namun di luar itu terdapat wilayah yang disebut Laut Lepas.

Sayangnya, kurangnya koordinasi antara negara-negara dalam mengelola Laut Lepas seringkali menyebabkan eksploitasi berlebihan dan kerusakan lingkungan.

Beruntung, pada Maret 2023, sebuah perjanjian bersejarah dicapai di Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perjanjian Laut Lepas yang bertujuan untuk menempatkan 30% dari luas samudra dunia ke dalam KKL untuk melindungi satwa liar dan memastikan akses yang adil terhadap sumber daya genetik laut. 

Perjanjian ini juga mengalokasikan lebih banyak dana untuk konservasi laut dan akan berarti adanya aturan baru untuk penambangan laut dalam. Perjanjian ini akan membentuk Konferensi Para Pihak (CoP) untuk lautan, serupa dengan COP iklim dan keanekaragaman hayati.