Nationalgeographic.co.id—Hasil sebuah studi baru mengungkapkan bahwa upaya konservasi yang diarahkan hanya pada 0,7% daratan dunia bisa membantu melindungi sepertiga spesies tetrapoda (vertebrata berkaki empat) yang terancam punah dan unik di dunia.
Studi ini dikerjakan oleh para peneliti gabungan dari Imperial College London, On the Edge, dan ZSL. Makalah hasil studi yang dipimpin oleh para peneliti di Imperial College London ini sendiri telat terbit di jurnal Nature Communications pada 3 September 2024.
Studi ini menemukan bahwa keuntungan besar dalam konservasi dapat dicapai dengan berfokus pada area yang menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati dan spesies yang luar biasa dengan tingkat kekhasan evolusi dan kepunahan global yang tinggi.
Spesies yang terancam punah ini meliputi hewan seperti aye-aye, lemur yang sangat khas yang ditemukan di Madagaskar; burung sekretaris berkaki panjang dan bertubuh elang; katak ungu, yang memiliki hidung mirip babi; dan gharial, buaya bermoncong panjang dan sangat terancam punah yang ditemukan di anak benua India.
Namun, saat ini, hanya 20% dari area yang diidentifikasi dalam penelitian tersebut yang berada di bawah beberapa bentuk perlindungan. Di sisi lain, sebagian besar area tersebut sedang menghadapi tekanan manusia yang konsisten dan terus meningkat.
Penulis utama studi ini, Sebastian Pipins, kandidat PhD di Grantham Institute, Imperial College London, mengatakan, "Penelitian kami menyoroti wilayah-wilayah di dunia yang menjadi perhatian utama. Lebih jauh, penelitian ini menunjukkan bahwa dengan melindungi sebagian kecil permukaan daratan Bumi, keuntungan besar dapat diperoleh untuk pelestarian alam."
Pipins menjelaskan bahwa proyek penelitian ini mengidentifikasi area-area tertentu yang menjadi perhatian konservasi dengan tingkat sejarah evolusi yang sangat tinggi yang terancam. Kriteria ini ditandai oleh konsentrasi spesies yang Berbeda Secara Evolusioner (ED) dan Terancam Punah Secara Global (GE).
Kekhasan evolusi mengukur seberapa unik suatu spesies, dengan beberapa spesies merupakan hasil dari periode panjang sejarah evolusi yang unik dengan sedikit atau tidak ada kerabat dekat yang masih hidup. Sementara itu, kepunahan global mencerminkan risiko kepunahan suatu spesies.
Spesies yang mendapat skor tinggi pada kedua ukuran tersebut dikenal sebagai spesies EDGE, sementara area tempat spesies ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi disebut sebagai Zona EDGE.
"Sangat penting untuk tidak hanya mempertimbangkan keanekaragaman spesies dalam upaya konservasi, tetapi juga sejarah evolusi keanekaragaman, untuk memastikan bahwa cabang-cabang besar dan unik dari pohon kehidupan tidak hilang," ujar Pipins seperti dikutip dari keterangan tertulis Imperial College London.
Penelitian Pipins dan rekan-rekannya memetakan distribusi hampir 3.000 spesies EDGE. Mereka akhirnya mengidentifikasi 25 Zona EDGE tempat upaya konservasi dapat memberikan dampak terbesar.
Baca Juga: 5 Fakta Tentang Badak, Satwa yang Paling Terancam Punah di Dunia