Ini Wilayah Terpenting untuk Selamatkan Sepertiga Spesies Paling Unik dan Terancam

By Utomo Priyambodo, Kamis, 12 September 2024 | 14:00 WIB
()

Nationalgeographic.co.id—Hasil sebuah studi baru mengungkapkan bahwa upaya konservasi yang diarahkan hanya pada 0,7% daratan dunia bisa membantu melindungi sepertiga spesies tetrapoda (vertebrata berkaki empat) yang terancam punah dan unik di dunia.

Studi ini dikerjakan oleh para peneliti gabungan dari Imperial College London, On the Edge, dan ZSL. Makalah hasil studi yang dipimpin oleh para peneliti di Imperial College London ini sendiri telat terbit di jurnal Nature Communications pada 3 September 2024.

Studi ini menemukan bahwa keuntungan besar dalam konservasi dapat dicapai dengan berfokus pada area yang menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati dan spesies yang luar biasa dengan tingkat kekhasan evolusi dan kepunahan global yang tinggi.

Spesies yang terancam punah ini meliputi hewan seperti aye-aye, lemur yang sangat khas yang ditemukan di Madagaskar; burung sekretaris berkaki panjang dan bertubuh elang; katak ungu, yang memiliki hidung mirip babi; dan gharial, buaya bermoncong panjang dan sangat terancam punah yang ditemukan di anak benua India.

Namun, saat ini, hanya 20% dari area yang diidentifikasi dalam penelitian tersebut yang berada di bawah beberapa bentuk perlindungan. Di sisi lain, sebagian besar area tersebut sedang menghadapi tekanan manusia yang konsisten dan terus meningkat.

Penulis utama studi ini, Sebastian Pipins, kandidat PhD di Grantham Institute, Imperial College London, mengatakan, "Penelitian kami menyoroti wilayah-wilayah di dunia yang menjadi perhatian utama. Lebih jauh, penelitian ini menunjukkan bahwa dengan melindungi sebagian kecil permukaan daratan Bumi, keuntungan besar dapat diperoleh untuk pelestarian alam."

Pipins menjelaskan bahwa proyek penelitian ini mengidentifikasi area-area tertentu yang menjadi perhatian konservasi dengan tingkat sejarah evolusi yang sangat tinggi yang terancam. Kriteria ini ditandai oleh konsentrasi spesies yang Berbeda Secara Evolusioner (ED) dan Terancam Punah Secara Global (GE).

Kekhasan evolusi mengukur seberapa unik suatu spesies, dengan beberapa spesies merupakan hasil dari periode panjang sejarah evolusi yang unik dengan sedikit atau tidak ada kerabat dekat yang masih hidup. Sementara itu, kepunahan global mencerminkan risiko kepunahan suatu spesies.

Spesies yang mendapat skor tinggi pada kedua ukuran tersebut dikenal sebagai spesies EDGE, sementara area tempat spesies ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi disebut sebagai Zona EDGE.

"Sangat penting untuk tidak hanya mempertimbangkan keanekaragaman spesies dalam upaya konservasi, tetapi juga sejarah evolusi keanekaragaman, untuk memastikan bahwa cabang-cabang besar dan unik dari pohon kehidupan tidak hilang," ujar Pipins seperti dikutip dari keterangan tertulis Imperial College London.

Penelitian Pipins dan rekan-rekannya memetakan distribusi hampir 3.000 spesies EDGE. Mereka akhirnya mengidentifikasi 25 Zona EDGE tempat upaya konservasi dapat memberikan dampak terbesar.

Baca Juga: 5 Fakta Tentang Badak, Satwa yang Paling Terancam Punah di Dunia

Area spesifik kekayaan spesies EDGE mencakup sebagian besar wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Selain itu juga mencakup wilayah dataran Indo-Gangga, cekungan Amazon, Hutan Atlantik, Hispaniola, dataran tinggi Kamerun, dan pegunungan Eastern Arc di Afrika Timur.

Para penulis studi menemukan kekayaan maksimum dalam area kurang dari 100 kilometer persegi di Madagaskar, yang, bersama dengan Meksiko dan Indonesia, memiliki jumlah spesies EDGE tertinggi.

Menggarisbawahi pentingnya kepemimpinan nasional untuk mendukung upaya konservasi, penelitian tersebut juga menemukan bahwa 75,6% spesies EDGE ada di satu negara.

Peneliti lainnya, Rikki Gumbs dari program EDGE of Existence ZSL, mengatakan, "Tiga perempat hewan paling unik di dunia hanya dapat menyebut satu negara sebagai rumah, yang berarti bahwa tindakan dari masing-masing negara akan sangat membantu untuk melindungi spesies luar biasa ini dari kepunahan."

Wilayah yang sangat luas di Asia Tenggara memiliki tingkat spesies EDGE yang lebih tinggi, yang menurut para peneliti mencerminkan bagaimana bencana keanekaragaman hayati yang mengancam di wilayah ini berdampak pada spesies yang sangat unik dan luas yang ditemukan di dalamnya.

Beberapa contoh keanekaragaman hayati daerah tropis seperti Indonesia. Penentuan nasib keanekaragaman hayati di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan sedang dirumuskan ke dalam dokumen IBSAP. (Butler)

Faktor Manusia dan Tujuan Global

Para ilmuwan juga menemukan bahwa sebagian besar Zona EDGE menghadapi gangguan manusia dalam tingkat tinggi. Selain itu, populasi manusia yang ditemukan di banyak negara Zona EDGE menghadapi kekurangan dalam hal pendidikan, kesehatan, dan standar hidup.

Gumbs menambahkan, "Saat ini kita berada di tengah krisis keanekaragaman hayati, yang didorong oleh penggunaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan; sungguh mengejutkan tetapi tidak mengherankan bahwa 80% zona yang kami identifikasi berada di bawah tekanan tingkat tinggi dari aktivitas manusia."

Pipins berkata, "Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati yang ditemukan di wilayah ini secara global, negara-negara berpenghasilan tinggi harus memobilisasi pendanaan untuk memfasilitasi pembangunan berkelanjutan yang dapat menguntungkan manusia dan alam."

Saat ini, beru 20% zona EDGE yang berada di bawah beberapa bentuk perlindungan. Karena negara-negara dunia berupaya melindungi 30% daratan dan lautan pada tahun 2030, sesuai dengan target Konvensi Keanekaragaman Hayati, para penulis studi menyerukan agar bagian Zona EDGE yang tidak dilindungi diprioritaskan.

"Dengan Konferensi Keanekaragaman Hayati COP16 yang sudah di depan mata, kita perlu melihat para pemimpin dunia dari seluruh dunia meningkatkan komitmen dan sumber daya mereka untuk mendukung upaya ini dan memulihkan alam yang kita semua andalkan," tegas Gumbs.

Para peneliti berpendapat bahwa temuan mereka menunjukkan bahwa perolehan keanekaragaman hayati yang besar dapat dicapai dengan penambahan yang relatif kecil pada kawasan yang dilindungi secara global. Mereka juga berpendapat bahwa penelitian mereka menawarkan potensi untuk memperluas pendekatan Zona EDGE ke kelompok hidupan liar penting lainnya, seperti tumbuhan dan ikan.

Menggunakan Hasil Studi Zona EDGE

Zona EDGE yang diidentifikasi dalam penelitian ini akan memandu kegiatan organisasi amal On the Edge, mengarahkan pemberian hibah konservasi, kampanye regional, dan penceritaan yang dipimpin oleh penerima hibah.

Zona tersebut juga akan menjadi bagian dari pengambilan keputusan untuk alokasi sumber daya bagi program EDGE of Existence milik ZSL, yang telah mendanai pekerjaan pada lebih dari 50 spesies EDGE yang ditemukan di negara-negara Zona EDGE, dengan fokus khusus pada Dataran Gangga dan Kamerun.