Bagaimana Norwegia Sukses Menambah Luas Hutannya Jadi 3 Kali Lipat?

By Ade S, Kamis, 19 September 2024 | 14:03 WIB
Norwegia berhasil tingkatkan luas hutannya 3 kali lipat dalam seabad! Temukan rahasia di balik kesuksesan mereka dalam mengelola hutan. (trolvag)

Kesadaran pentingnya pengumpulan data

Ide untuk mengumpulkan data mengenai hutan di Norwegia sebenarnya sudah muncul sejak lama, tepatnya pada tahun 1737. Saat itu, pemerintah Norwegia yang masih berada di bawah kekuasaan Denmark mendirikan lembaga pengelolaan hutan yang pertama.

Namun, sayangnya, upaya ini tidak berjalan dengan baik karena kurangnya dukungan dari pemerintah pusat yang berkedudukan di Kopenhagen.

Memasuki abad ke-19, permintaan akan kayu di Norwegia semakin meningkat drastis. Hal ini didorong oleh pertumbuhan penduduk, kebijakan bebas penggergajian pada tahun 1860-an, dan berkembangnya industri pulp (material dasar dari berbagai produk berbahan kertas).

Akibatnya, hutan-hutan di Norwegia mulai ditebang secara besar-besaran tanpa adanya perencanaan yang matang.

Pertemuan antara hilir sungai Tanoé dengan Danau Ehy di hutan Tanoé-Ehy, Pantai Gading Selatan. (Dok. Rolex)

Meskipun begitu, beberapa pihak mulai menyadari pentingnya mengelola hutan secara berkelanjutan. Beberapa upaya dilakukan untuk memperkirakan jumlah kayu yang dapat ditebang tanpa merusak hutan.

Namun, perkiraan ini tidak berwenang karena ketidakpastian yang tidak diketahui, dan kebutuhan akan statistik hutan yang lebih baik sering kali diungkapkan oleh administrasi hutan.

Meskipun sejarah rinci mengenai inventarisasi hutan di tingkat lokal di Norwegia masih belum begitu jelas, kita bisa menemukan contoh konkret dari wilayah Åmot. Pada tahun 1907, wilayah ini memulai sebuah proyek untuk menghitung jumlah dan jenis pohon yang ada di wilayah mereka.

Caranya, mereka membagi hutan menjadi beberapa petak dan kemudian memilih beberapa petak sebagai sampel. Di setiap petak sampel seluas 0,1 hektar ini, mereka menghitung semua pohon yang ada.

Namun, metode ini kemudian dianggap kurang efektif. Pada tahun 1909, mereka mengganti metode tersebut dengan cara yang lebih sistematis, yaitu dengan membuat jalur-jalur sempit di dalam hutan sebagai sampel. Dengan cara ini, mereka bisa mendapatkan data yang lebih representatif dari seluruh wilayah utara Åmot.

Baca Juga: Simpanse Tahu Jenis Tumbuhan Berkhasiat Penyembuh Luka dan Sakit