Kisah Bill Chong: Jadi Telik Sandi Perang Dunia II Meski Terdiskriminasi

By Galih Pranata, Kamis, 26 September 2024 | 08:00 WIB
Terdiskriminasi dan dianggap sebagai kaum rendahan di tanah kelahirannya, Kanada, Bill Chong kemudian muncul sebagai pahlawan dalam Perang Dunia II dan mendapat sejumlah penghargaan. (War History Online)

Nationalgeographic.co.id—Bill Chong lahir dan dibesarkan di Vancouver, di era yang penuh dengan diskriminasi anti-Tionghoa. Ia tumbuh di negara tempat ia tidak dapat memilih, negeri yang tak menghiraukan keberadaannya.

Ia berasal dari keluarga Tiongkok-Kanada. Darah Tiongkoknya membuat ia terdiskriminasi di negara asalnya, Kanada. "Bahkan ia tidak diperbolehkan menggunakan kolam renang umum bersama warga Kanada kulit putih," tulis Khalid Elhassan.

Khalid menulisnya kepada History Collection dalam artikelnya berjudul Agent 50: The Heroic Spy Who Saved Hundreds From Japanese Clutches in WWII, yang diterbitkan pada 15 September 2024.

Ketika Perang Dunia II dimulai, Bill adalah seorang pembantu rumah tangga dan juru masak di Vancouver. Namun, ia upaya membuktikan bahwa dirinya dapat berarti bagi negerinya dengan mendaftar sebagai tentara militer Kanada.

Ia bertekad untuk menunjukkan kecintaannya terhadap Kanada. Namun, Kanada tampaknya tidak mencintainya. Ketika ia mencoba mendaftar ketentaraan, Bill Chong ditolak oleh perekrut yang tidak tertarik untuk merekrut seorang "berketurunan Cina".

Namun, hidupnya berubah saat ayah Bill meninggal di Kanton, dan saudara perempuannya, yang tinggal di Hong Kong, menulis surat kepadanya dan memberi tahu bahwa ia dibutuhkan untuk membantu menyelesaikan harta warisan almarhum.

Alhasil, Bill pergi ke Hong Kong pada tahun 1941. Akan tetapi pengesahan surat wasiat ternyata lebih rumit dan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Ia tertahan di sana hingga Desember 1941.

Pada 18 Desember 1941, pasukan Jepang menyerbu Hong Kong, yang garnisunnya mencakup unit-unit Kanada. Setelah seminggu pertempuran sengit, mengakibatkan terbunuhnya ribuan warga sipil.

Jepang mengamankan pulau itu dan memaksa para pembela Hong Kong untuk menyerah. Di saat itulah Bill Chong terkejut dengan kebrutalan dan kekasaran para penakluk. Mereka dengan sadisnya mengeksekusi tawanan yang membuat Bill geram.

Bill Chong pada tahun 1938, saat ia bekerja sebagai juru masak dan pembantu rumah tangga. (War History Online)

Bill Chong berupaya untuk terlibat dalam pusaran perang dan mengalahkan kekejaman Jepang. Ia berencana untuk bergabung dengan gerilyawan Tiongkok untuk dapat membantu mereka mengalahkan musuhnya.

Baca Juga: 'Kilroy Was Here' Meme Misterius yang Viral Sepanjang Perang Dunia

Ketika ia tiba di Tiongkok, Bill Chong bertemu dengan seorang perwira intelijen militer Inggris yang meyakinkannya bahwa ia akan lebih dibutuhkan sebagai agen rahasia. Sebagai penutur bahasa Inggris dan Mandarin yang fasih, Bill sangat cocok untuk menjadi intelijen.

Akhirnya ia pun ditugaskan ke Direktorat Intelijen Militer, Bagian MI9. Ketika relawan dicari untuk pekerjaan berbahaya dengan sub-unit MI9, British Army Aid Group (BAAG), Bill melangkah maju.

BAAG adalah organisasi paramiliter yang beroperasi di Tiongkok selatan, yang misi utamanya adalah mengumpulkan intelijen, dan membantu tawanan perang yang melarikan diri menuju tempat yang aman di belakang garis Sekutu.

Bill Chong diberi nama sandi Agen 50, dan dikirim untuk beroperasi di belakang garis pertahanan Jepang. Ia menggunakan sandi khusus dengan angka 50 untuk dapat dikenali militer Tiongkok dan Inggris:

"Setiap kali saya mengirim pesan balasan, mereka ingin saya menyertakan kata 50. Saya akan menulis bahwa saya akan kembali untuk merayakan ulang tahun ibu saya yang ke-50, saya sedang menunggu transportasi, hal-hal seperti itu."

Misi pertamanya adalah mencari tahu apa yang terjadi pada konsulat Inggris di daerah kantung Portugis di Makau, yang kontaknya telah hilang. Makau secara resmi netral, tetapi dipenuhi oleh orang Jepang, yang memiliki patroli besar di seluruh wilayah tersebut. 

Bill mengisahkan perjalanan misinya: "Saya tahu jika Anda mencoba pergi ke sana dengan perahu, Anda akan tertembak … Jika Anda berjalan, Anda akan tertangkap. Jadi, bagaimana saya bisa sampai di sana? Saya pergi ke kota penyelundup, bandit, penjahat, seperti yang Anda lihat di film-film. Anda tidak menemukan orang baik di sana, semuanya orang jahat. Saya menginap di hotel kecil yang jelek, dan saya mulai berteman dengan mereka.” 

Setelah mendapatkan kepercayaan mereka, Bill meminta para penyelundup untuk menyelundupkannya ke Makau, di mana ia menemukan bahwa konsulat itu baik-baik saja.

Bill Chong menerima penghargaan setelah perang dari gubernur Inggris di Hong Kong. (Behind the Medal)

Setelah menyelesaikan misinya di Makau dan melapor kembali ke BAAG, Bill Chong dikirim ke misi-misi selanjutnya.

Beberapa misi melibatkan pengintaian dan pelaporan kembali tentang pergerakan pasukan Jepang, dan misi-misi lainnya melibatkan membantu pilot-pilot Sekutu yang jatuh dan awak pesawat untuk mencapai tempat yang aman di garis pertahanan Sekutu.

Baca Juga: Sejarah Perang Dunia II: Kehidupan Bawah Tanah Inggris saat The Blitz

Misi belas kasihannya juga sama berbahayanya, mengirimkan obat-obatan yang sangat dibutuhkan ke pos-pos terdepan BAAG dan sel-sel perlawanan di belakang garis pertahanan Jepang.

Itu adalah pekerjaan yang sangat melelahkan secara fisik, menjelajahi pedesaan yang dilanda perang dengan berjalan kaki, terkadang menempuh jarak hingga 50 mil dalam satu hari, kemudian tidur di tanah kosong.

Dia mengenakan penyamaran, dan berpura-pura pincang sebagai penutup untuk penggunaan tongkat jalan: tongkat itu memiliki kompartemen berongga, di mana dia menyembunyikan dokumen intelijen atau obat-obatan.

Pada kesempatan lain, ia terseret dalam penyergapan acak oleh Jepang, dan dikurung bersama yang lain di palka kapal penangkap ikan reyot, yang kemudian dibiarkan hanyut di lautan. Beruntungnya ia masih selamat.

Jumlah pasti orang yang diselamatkan oleh Bill Chong tidak diketahui, dan mungkin tidak dapat diketahui. Namun, ada banyak orang yang berutang kebebasan mereka, atau bahkan nyawa mereka, kepada sang Agen 50. 

Pada tahun 1946, Bill Chong mendapat penghargaan dari gubernur Hong Kong, dan menjadi satu-satunya warga negara Tionghoa-Kanada yang pernah dianugerahi British Empire Medal. Ia diminta untuk tetap bekerja sebagai agen, dan ia setuju.

"Ia bekerja untuk intelijen Inggris, beroperasi di Hong Kong dan menjalankan misi ke Tiongkok komunis, hingga ia pensiun pada tahun 1976," imbuh Khalid.

Menikmati masa pensiunnya, ia kembali ke Kanada, tetapi tidak seorang pun mengetahui tindak-tanduknya selama ini karena tak ada yang mempedulikannya. Hingga suatu ketika seseorang melihat fotonya menerima penghargaan dari gubernur Hong Kong.

Maka setelahnya, ia dibujuk untuk bergabung dengan organisasi veteran yang ada di Kanada, dan setelah berita tentang heroismenya tersebar, ia menjadi subjek film dokumenter CBC. Bill Chong wafat pada tahun 2006, di usia 95 tahun.