Hal ini akan sulit untuk dilaksanakan karena penambangan pasir memang memberikan nilai ekonomi langsung bagi masyarakat sekitar. Begitu potensi ini diakui oleh masyarakat, khususnya penduduk setempat, laju pemulihan dan pengawasan kemungkinan akan tertinggal dari upaya untuk mempertahankan daya dukung ekosistem alami.
Rozi Beni dan Sharfina Milla Atsari dalam Potential Adverse Impacts Of Sea Sand Export Policy On Ecologically Sustainable Development In Indonesia yang terbit dalam jurnal Al-Daulah menyebut tantangan serupa yang terjadi di Sungai Amaravathy Chettipalayam di India dan Sungai Kelani di Sri Lanka.
"Ini adalah ilustrasi yang jelas bahwa penambangan pasir, ketika dilakukan tanpa mempertimbangkan faktor lingkungan atau dilakukan secara ceroboh, dapat membuat suatu daerah rentan terhadap banjir bandang," tulis Rozi dan Sharfina.
Penyebab utamanya adalah pendalaman dasar sungai dan berkurangnya air tanah akibat aktivitas penambangan pasir. Konsekuensinya, termasuk erosi tepi dan pendalaman saluran, dapat merusak jembatan terdekat dan struktur rekayasa lainnya.
Jika tidak ditangani, penambangan pasir laut dapat meningkatkan kerentanan terhadap bencana alam, terutama karena pengurangan daratan yang signifikan akibat penyusutan pesisir. Hilangnya daya dukung ekosistem pesisir menyebabkan wilayah tersebut menjadi rentan terhadap banjir bandang atau abrasi pantai.
"Namun, nilai ekonomi tinggi dari penambangan dan ekspor pasir adalah salah satu penyebab utama sulitnya pelaksanaan larangan penambangan pasir di sungai," lanjutnya. Pada tingkat mikro, hal ini disebabkan oleh ketergantungan masyarakat pesisir pada penambangan pasir sebagai sumber mata pencaharian.
Selain menyebabkan kekurangan air dan gangguan pada proses pertanian, penambangan pasir memiliki dampak besar terhadap ketahanan pangan. Aktivitas semacam ini juga dapat merusak terumbu karang, mangrove, dan padang lamun.
"Terumbu karang, misalnya, merupakan habitat yang sangat penting bagi beberapa spesies laut, termasuk ikan, kepiting, dan udang. Aktivitas eksplorasi ini dapat merusak lanskap dan mengubah lingkungan visual," papar Rozi dan Sharfina.
Kegiatan eksplorasi pasir yang tidak terkendali dapat menghasilkan gundukan pasir dan lubang besar yang dapat mengubah anatomi dan lanskap lingkungan, termasuk nilai estetika dan sejarah yang penuh jejak masa lalu.
Akibatnya, gangguan pada lanskap dapat berdampak negatif terhadap daya tarik pariwisata dan aktivitas ekonomi lainnya yang bergantung pada keindahan alam. Terutama jika pulau-pulau kecil hilang akibat aktivitas eksploitasi pasir laut.
Oleh karena itu, operasionalisasi pembangunan berkelanjutan secara ekologis yang disertai dengan perencanaan, pengawasan, dan pelaksanaan yang berkelanjutan dan holistik memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga ekosistem laut, terutama terkait dengan integritas wilayah darat dan laut Indonesia.
Baca Juga: Tambang Pasir Laut Buat Nelayan Habiskan Waktu 15 Kali Lebih Lama untuk Tangkap Ikan