Otomobil Elit Jawa: Tatkala Mobil Pertama Muncul di Hindia Belanda

By Galih Pranata, Sabtu, 28 September 2024 | 08:00 WIB
Elit Jawa sangat mencintai dunia otomotif, terlebih kemunculan otomobil yang menarik perhatian. Bahkan, Paku Buwana X (kiri) menjadi raja pertama di dunia yang memiliki otomobil pribadi. (Historiek)

Pada tahun-tahun awal kemunculannya di Jawa, otomobil hanya dimiliki oleh segelintir orang-orang yang tajir melintir. Setidak-tidaknya kebanyakan dibeli oleh asisten residen, dokter, dan plantenbakken (pemilik perkebunan).

Seperti halnya Paku Buwana X, diketahui memiliki otomobil pertamanya bermerek Benz Victoria Faëton dengan enam tempat duduk, 300 cc, bertenaga 5 hp dengan penggerak sabuk, dua gigi maju tetapi tanpa opsi mundur.

F.F. Habnit, penulis buku Krèta Sètan: "de duivelswagen" (1977), menyebutkan bahwa Paku Buwana X membayar mahar sebesar f.10.000 (gulden Belanda) untuk mobil tersebut. Jumlah yang sangat fantastis dan sangat besar di Hindia Belanda pada saat itu. Bahkan, beberapa rumah dapat dibeli darinya.

Namun, di antara otomobil mewah di masanya itu, apakah Paku Buwana menyupir secara mandiri? Atau apakah benar A. Leibholz, mantan KNIL yang menjadi supir otomobilnya? Belum dapat dipastikan kebenarannya. 

Pada tahun 1924, ketika mobil tersebut sudah beberapa lama tidak digunakan, pihak kerajaan menjual mobil tersebut kepada Tuan A. Tresfon, perwakilan resmi Rotterdam.

Tresfon kemudian memberikan mobil tersebut kepada putra-putranya, yang menjalankan perusahaan otomotif di Kruiskade di Rotterdam. Tujuannya adalah untuk memamerkan Benz di RAI pada tahun 1924. Namun, tidak jelas apakah hal ini benar-benar terjadi.

Mobil Benz Victoria dari Eropa milik Pakubuwana X yang jadi saksi bisu lemparan bom oleh oknum radikalis di Surakarta pada 1923. (Wikimedia Commons)

Kalangan elit di Jawa, seperti halnya para raja Jawa, keturunannya, keluarga bangsawan dan aristokrat, bupati dan pemimpin-pemimpin daerah lainnya, memang dikenal sebagai pencinta otomotif, terlebih saat kemunculan otomobil.

Jawa berada di garis depan di seluruh dunia dalam pengenalan kendaraan transportasi modern ini. Tentu saja, pada dekade terakhir abad kesembilan belas dan dekade pertama abad kedua puluh, Jawa menjadi pionir dalam transportasi modern.

Setelah menjadi barang komersil, otomobil tidak hanya mengubah lanskap perkotaan di Jawa, namun juga mengubah gaya hidup sehari-hari di daerah pedesaan, khususnya di daerah dimana pabrik gula berada, dimana kereta kuda dan kendaraan beroda tinggi menjadi alat transportasi utama.

Salah satu alasan Pulau Jawa mampu menjadi pionir di bidang otomotif adalah karena di Jawa sendiri, tidak ada batasan dalam kepemilikan otomobil. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan Eropa.

Aturan terhadap penggunaan mobil di Eropa sangatlah rumit. Di Swedia, misalnya, seorang pemilik otomobil pada tahun 1895 diwajibkan mengirimkan penunggang kuda untuk memperingatkan penduduk desa bahwa ada mobil yang datang.

Selain itu, rute dan waktu kedatangan otomobil yang akan melintas harus diumumkan di surat kabar lokal enam hari sebelumnya perlintasannya. Barangkali, orang-orang Eropa di Jawa akan lebih leluasa juga perihal kepemilikan mobil.