Apakah Gladiator Romawi Bertarung Lawan Badak seperti di Gladiator II?

By Sysilia Tanhati, Jumat, 27 September 2024 | 11:57 WIB
Apakah gladiator Romawi benar-benar bertarung dengan badak, seperti dalam sekuel film Gladiator? (Jean-Léon Gérôme)

Nationalgeographic.co.id—Dalam trailer sekuel Gladiator garapan Ridley Scott, seorang gladiator Romawi bertarung di Colosseum. Ia tampak sedang menghadapi pertempuran laut. Saat itu, promotor yang kejam dan seekor badak yang berlarian.

Namun, apakah adegan-adegan dalam sekuel Gladiator itu benar-benar terjadi di zaman Romawi? Apakah badak benar-benar berhadapan dengan para gladiator? Benarkah pertempuran laut diselenggarakan di Colosseum?

Apakah para gladiator Romawi bertarung dengan badak?

Satu hal yang pasti tidak terjadi adalah seorang prajurit yang menunggangi badak menyerang sekelompok gladiator. Namun, ada catatan tentang seekor badak pada peresmian Colosseum pada tahun 80 SM. Badak itu tidak bertarung dengan manusia, melainkan dengan banteng, beruang, kerbau, bison, singa, dan dua ekor sapi jantan. Penyebutan badak langka lainnya di Roma adalah badak yang ada di kebun binatang, yang dikagumi sebagai hewan eksotis.

Ketertarikan orang Romawi terhadap binatang liar nan eksotis ini menjadi alasan pertunjukan binatang pertama. “Pertunjukan itu dimulai pada tahun 275 SM dengan pameran gajah perang yang ditangkap,” tulis Wray Vamplew di laman The Conversation. Pertunjukan binatang tanpa kekerasan seperti itu berlanjut hingga era Kekaisaran Romawi.

Pada tahun 186 SM perburuan binatang pertama (venatio), yang menampilkan singa dan macan tutul, terjadi. Pada tahun 169 SM perburuan binatang pun menjadi bagian resmi dari festival negara republik.

Kemudian, di bawah kaisar, mengumpulkan dan mengangkut binatang eksotis untuk dipamerkan menunjukkan kekuatan kekaisaran, kendali teritorial, dan luasnya kekaisaran. Ironisnya, binatang-binatang itu kerap dibunuh. Ribuan binatang dibawa dari Afrika dan tempat lain ke arena Romawi untuk disembelih sebagai hiburan. Dagingnya diberikan kepada para penonton (lebih mudah daripada mencoba membuang banyak bangkai).

Mereka yang melawan binatang bukanlah gladiator tetapi pemburu yang terlatih khusus (venatores) yang bersenjatakan tombak. Venatio juga dapat menampilkan pertarungan antarhewan, seperti badak di Colosseum. Namun paling sering pertarungan tersebut melibatkan banteng melawan gajah atau beruang.

Perburuan hewan disukai dan bertahan lebih lama daripada pertarungan gladiator sebagai sumber hiburan bagi penonton.

Apakah jempol ke bawah benar-benar berarti kematian bagi seorang gladiator?

Dalam Gladiator II, ada adegan isyarat jempol. Jempol ke atas untuk menyelamatkan gladiator yang kalah yang meminta belas kasihan. Atau sebaliknya, jempol ke bawah dari mereka yang menginginkannya mati. Apakah ini benar-benar terjadi di masa lalu?

Baca Juga: Apakah Semua Gladiator Romawi Benar-Benar Bertarung Sampai Mati?

Arena tempat gladiator bertarung merupakan tempat yang besar dan berisik. Ssyarat tangan sering digunakan sebagai sarana komunikasi. Bahkan, alih-alih meminta belas kasihan secara lisan, prajurit yang kalah sendiri akan mengangkat jari telunjuk tangan kanannya. Mereka bahkan tangan itu sendiri. “Kedua isyarat ini diakui sebagai permohonan pengampunan,” tambah Vampley.

Menjadi seorang gladiator Romawi merupakan profesi yang penuh dengan darah. ( Jean-Léon Gérôme/Phoenix Art Museum)

Ketika orang banyak memilih kematian seorang petarung, mereka menunjukkannya dengan pollice verso. Pollice verso secara harfiah berarti ibu jari yang diputar, tanpa arah yang ditentukan. Ketika tangan dilambaikan, tanda tersebut menunjukkan bahwa leher gladiator harus dipotong oleh penakluknya. Mereka yang ingin menyelamatkan petarung yang kalah, tetapi pemberani, memberikan tanda pollice compresso.

“Ibu jari yang ditekan tetapi sering kali disembunyikan dari pandangan agar tidak menimbulkan kebingungan visual,” Vampley menambahkan lagi.

Gladiator adalah aset yang berharga. Promotor membayar biaya sewa (biasanya 10-20% dari nilai mereka) agar mereka bertarung. Jadi, “penyewa” enggan menanggung nilai aset penuh yang diminta sebagai kompensasi jika gladiator mati dalam pertarungan. Terutama ketika, atas desakan orang banyak, mereka dapat memiliki pilihan dalam hal tersebut.

Dalam banyak kasus, acara tersebut dipromosikan untuk menarik perhatian penonton sehingga menentang keinginan mereka akan menjadi kontraproduktif.

Namun, apakah pembuat keputusan akhir memberikan jempol ke atas atau ke bawah masih bisa diperdebatkan. Gagasan ini tampaknya berkembang sekitar tahun 1872 dengan populernya sebuah lukisan karya seniman Prancis, Jean-Leon Gerome. Di lukisan itu, ia menggambarkan vestal virgin yang sedang memberikan tanda yang menakutkan. Meskipun diberi judul Pollice Verso, lukisan itu secara konvensional disebut sebagai “lukisan jempol ke bawah”.

Apakah ada pertempuran laut di Colosseum?

Pertempuran laut yang dipentaskan dalam film (naumachia) di Colosseum yang banjir lebih dipercaya dalam hal sejarah. Pertunjukan semacam itu mahal untuk dipentaskan dan disediakan untuk acara-acara khusus.

Pertunjukan pertama yang didokumentasikan adalah untuk Kaisar Augustus pada tahun 2 SM. Diselenggarakan di danau buatan, pertunjukan ini menampilkan 30 kapal besar yang membawa sekitar 3.000 marinir.

Peserta dalam naumachia, biasanya penjahat yang dihukum atau tawanan perang, diharapkan untuk saling membunuh atau tenggelam, meskipun, demonstrasi kemampuan bertarung dan keberanian dapat membuat mereka mendapatkan pengampunan. Pertempuran laut yang paling megah diadakan oleh Kaisar Claudius di Danau Fucinus, sebuah tontonan yang melibatkan 100 kapal dan sekitar 19.000 marinir dan pendayung.

Dilakukan oleh ratusan pria, tontonan penuh drama dan berdarah ini menggetarkan rakyat Romawi. Itu adalah pertempuran laut buatan naumachia, pentas epik penuh darah ala Romawi. (Ulpiano Checa)

Sumber-sumber sastra mengeklaim bahwa Colosseum dibanjiri untuk pertempuran laut pada peresmiannya.  Namun tulisan tersebut tidak selalu dapat dipercaya pada zaman kuno karena sering kali ditulis lama setelah peristiwa yang diduga terjadi.

Setelah beberapa perdebatan, para sejarawan sekarang menerima bahwa mekanisme rekayasa sudah ada sehingga. Setidaknya pada hari-hari awalnya, Colosseum dapat mengakomodasi naumachia.