Bayangan 'Raja Kafir' Buat Melayu-Nusantara Menggandeng Ottoman

By Muflika Nur Fuaddah, Sabtu, 28 September 2024 | 14:22 WIB
Komunitas Arab di depan gerbang tengah merayakan penobatan Ratu Wilhelmina di Surabaya, 1898. (Nationaal Museum van Wereldculturen)

Nationalgeographic.co.id—Tahukah Anda bahwa hubungan Ottoman (Turki Usmani) dan Asia Tenggara telah menjadi satu isu penting dalam sejarah. Bahkan Aceh menjadi yang terdepan dalam proses diplomasi dengan Ottoman.

Setelah Portugis menangkap Malaka pada tahun 1511, Samudra Pasai tumbuh menjadi pelabuhan utama yang dikunjungi oleh pedagang dari berbagai negara.

Orang Keling (India dari Kalinga), orang Rum (dari Roma, artinya Istanbul, Turki), Arab, Persia, Gujarat, Melayu, Jawa, Siam, dll, berinteraksi dengan bangsa Melayu dan muslim dari berbagai negara, termasuk Ottoman.

Surat kabar Turki yang diterbitkan pada saat pecahnya perang antara Aceh dan Belanda (1875) menceritakan bahwa pada tahun 1516 Sultan Aceh Firman Syah telah menghubungi Siman Pasya, Wazir Sultan Salim I, untuk menjalin persahabatan.

Sejak itu, hubungan antara Aceh dan Ottoman terjalin dengan baik. Juga diceritakan bahwa beberapa kerajaan Hindu-Buddha di Asia Tenggara bersedia masuk Islam jika Ottoman bersedia memberikan bantuan.

Turki siap membantu dengan senjata dan ahli. Beberapa kapal disediakan untuk berangkat dengan utusan dari Aceh. Meskipun menunggu beberapa saat, meriam akhirnya tiba di Aceh.

Dari beberapa kapal yang dikirim, hanya dua yang langsung menuju Aceh karena yang lainnya terpaksa berbelok untuk menumpas pemberontakan yang terjadi di Yaman.

Bantuan dari Turki tiba di Aceh berupa senjata, dan 300 ahli profesional dalam bidang teknik, militer, ekonomi, dan hukum konstitusi. Di antara senjata yang dikirim adalah sebuah meriam besar yang dikenal sebagai Meriam Lada Secupak.

“Selain Turki, Aceh juga menjalin kerja sama dalam bidang perdagangan dan militer dengan Kerajaan Islam di India, negara-negara Arab, dan beberapa kerajaan di Jawa,” sebagaimana diungkap Meirison, Zulvia Trinova, dan Yelmi Eri Firdaus dalam The Ottoman Empire Relations With The Nusantara (Spice Island) dalam majalah Ilmiah Tabuah.

Sementara itu Ismail Hakki Kadi dan A.C.S. Peacock dalam buku Ottoman-Southeast Asia Relations menyebut bahwa memang Kekaisaran Ottoman memiliki hubungan dan peranan khusus dengan kerajaan-kerajaan Asia Tenggara.

"Kekaisaran Ottoman punya hubungan dengan kerajaan-kerajaan Asia Tenggara yang membangun relasi politik untuk meminta perlindungan militer," ungkap Ismail.

Baca Juga: Makna Islam, Tauhid dan Ma’rifat dalam Surat Petisi ke Ottoman