Nationalgeographic.co.id—Tahukah Anda bahwa hubungan Ottoman (Turki Usmani) dan Asia Tenggara telah menjadi satu isu penting dalam sejarah, termasuk hubungan dengan Aceh.
Secara historis, inisisatif kerajaan-kerajaan Asia Tenggara dalam membangun relasi politik dengan Ottoman sangat berarti. Meski demikian, Ottoman pada dasarnya tidak memiliki agenda politik yang khusus ke kawasan timur, khususnya Asia Tenggara, kecuali sebatas hubungan diplomatik dengan negara-negara Barat yang memiliki koloni di kawasan tersebut.
Hal ini bisa dilihat dari isu-isu yang muncul dalam koleksi arsip dalam buku sejarah selain hubungan diplomasi yang disusul kunjungan resmi perwakilan kerajaan Islam Asia Tenggara di Istanbul.
Isu-isu tersebut meliputi pendirian perwakilan Usmani di Singapura (1864) dan Batavia (1882) untuk memperkuat hubungan diplomatik Usmani dengan Inggris dan Belanda.
Diplomasi Aceh-Ottoman
Ismail Hakki Kadi dan A.C.S. Peacock dalambuku Ottoman-Southeast Asia Relations mengungkap bahwa surat Sultan Alauddin Ria’ayat Syah al-Kahhar (berkuasa 1537-1566) adalah bukti dari mulainya hubungan resmi yang dijalin Aceh dengan Usmani.
"Bertanggal 2-12 Januari 1566, surat tersebut ditujukan kepada Sultan Sulaiman untuk meminta bantuan ke Ottoman dalam perang melawan Portugis di Malaka," ungkap Ismail.
Lepas dari format surat yang dinilai tidak biasa, khususnya terkait pujian do’a yang panjang di bagian pembuka, substansi dari surat yang tersimpan di Topkapi Palace Museum Archives tersebut cukup jelas.
Surat itu memuat permohonan Sultan Aceh demikian; bantuan senjata, tentara, dan persediaan alat-alat perang menjadi isu utama yang dinyatakan secara eksplisit dalam surat tersebut yang semuanya diarahkan untuk mengusir kaum kafir Portugis dari tanah 'negeri di bawah angin.'
"Ada beberapa poin di surat tersebut perlu mendapat perhatian. Surat itu menggunakan bahasa berarti ada seorang Turki yang menjadi penerjemah–penulis dan sekaligus memainkan peran taktis dalam hubungan diplomatik Aceh dengan Ottoman, yang bernama Lutfi."
"Sangat mungkin dia adalah satu dari tentara Turki, sebagaimana dikemukakan petualang Portugis Mendes Pinto, yang pada tahun 1537 berada di Laut Merah membantu Sultan Alauddin membangun armada militer Aceh," paparnya.
Baca Juga: Peran Ottoman 'Menyemai' Organisasi Islam Awal di Indonesia
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR