Penghinaan yang Mendorong Genghis Khan untuk Menghancurkan Khwarazmia

By Sysilia Tanhati, Minggu, 29 September 2024 | 15:25 WIB
Percikan kecil seperti penghinaan terkadang bisa memicu perang. Hal ini dialami oleh Genghis Khan dan Kekaisaran Khwarazmia. (Public Domain)

Seberapa akuratkah semua anekdot ini? Para sejarawan tidak selalu yakin. Tidak semua sumber yang menggambarkan sejarah penaklukan Mongol itu masih hidup hingga kini. Dan jika menyangkut sumber-sumber yang masih ada, penting untuk mempertimbangkan apakah penulisnya berperang bersama bangsa Mongol atau justru menjadi musuh Mongol.

Banyak catatan, termasuk yang merinci kehidupan dan kematian Genghis sendiri, dibuat bertahun-tahun setelah kejadian. Maka tidak heran jika catatan sejarah tersebut rentan terhadap rumor dan revisi.

Setelah diteliti lebih dekat, penghancuran Khwarazmia tampaknya memang terjadi. Namun, beberapa pertanyaan tetap tidak terjawab. Misalnya, kita tidak tahu mengapa bangsa Khwarazmia memilih untuk bertarung dengan penakluk yang paling menakutkan di masa itu. Mungkin mereka meremehkan bangsa Mongol. Mungkin mereka melebih-lebihkan diri mereka sendiri. Mungkin mereka ingin melakukan perlawanan terakhir selagi masih bisa.

Insiden Utrar

Menurut Nicholas Morton, profesor Universitas Nottingham Trent, invasi Mongol ke Khwarazmia pada 1219 dimulai ketika kafilah tiba di Utrar. Kota ini terletak di Kazakhstan modern. Kafilah dikirim untuk berdagang dengan penduduk setempat.

Entah mengapa, gubernur Utrar, Inalchuq, menangkap para pedagang. Sang gubernur bertanya kepada atasannya, Sultan Khwarazmia Ala ad-Din Muhammad II, apa yang harus dilakukannya terhadap mereka.

Muhammad memerintahkan Inalchuq untuk membunuh orang-orang Mongol dan dia pun melakukannya. Ketika Genghis menerima berita itu, dia langsung mengirim utusan kepada Muhammad untuk meminta penjelasan. Alih-alih memberikan penjelasan, Muhammad malah mengeksekusi utusan itu.

Muhammad juga mempermalukan utusan dengan memotong jenggot mereka, yang merupakan simbol kejantanan dan kekuatan dalam budaya Mongol. Kali ini Genghis tidak mengirim utusan, tetapi pasukan. Utrar dikepung dan Inalchuq dibunuh dengan menuangkan logam cair ke dalam mulut, mata, dan telinganya.

Bangsa Mongol menggunakan sejumlah metode brutal untuk menghukum musuh-musuh mereka. Di Rusia, mereka mencekik tawanan perang dengan mengubur mereka di bawah panggung kayu dan mengadakan pesta kemenangan di atas panggung.

Namun menyiram seseorang dengan logam panas bukanlah bagian dari modus operandi mereka yang biasa. Hal ini membuat orang bertanya-tanya mengapa mereka memilih untuk mengakhiri Inalchuq dengan cara ini. Mungkin mereka ingin mengejek keserakahannya. Mungkin mereka ingin mengejek adat istiadat rakyatnya.

Jenderal Romawi Marcus Crassus diyakini telah tewas dengan cara ini di tangan bangsa Parthia. Parthia menduduki wilaya Afghanistan sebelum Khwarazmia. Hal yang sama berlaku untuk Kaisar Romawi Valerian, yang juga ditawan di wilayah tersebut.

Setelah Utrar jatuh, seluruh wilayah Khwarazmia pun mengikutinya. Invasi Mongol ke Khwarazmia menetapkan standar yang sama sekali baru. Perkiraan konservatif menyebutkan jumlah korban tewas antara 2 dan 15 juta orang.