Prasasti Behistun: Pesan Darius I bagi Kekaisaran Persia dan Dunia

By Sysilia Tanhati, Minggu, 6 Oktober 2024 | 10:00 WIB
Prasasti Behistun terletak di Gunung Behistun, sekitar 60 meter di atas dataran, di Provinsi Kermanshah di Iran barat. (Tam çözünürlük )

Kebangkitan Darius I

Dari segi isi, Prasasti Behistun dimulai dengan perkenalan Darius sendiri. Di sini, sang raja memberikan silsilahnya. “Mungkin sebagai sarana untuk membenarkan pendudukannya atas takhta Achaemenid,” ujar Mingren.

Sang raja juga mencantumkan kerajaan-kerajaan yang berada di bawah kendali kekaisaran. Ia mengaitkan kepemilikannya atas negara-negara tersebut dengan Ahura Mazda.

“…Ini adalah negara-negara yang datang kepadaku; dengan anugerah Ahura Mazda, aku menjadi raja mereka…”

Setelah perkenalan ini, Darius memberikan versinya tentang peristiwa-peristiwa yang menyebabkan ia memperoleh takhta Achaemenid. Menurut teks tersebut, seorang penyihir bernama Gaumata menyamar sebagai Bardiya, saudara laki-laki Cambyses yang terbunuh. Saat itu, Cambyses adalah raja Kekaisaran Achaemenid.

Gaumata dikatakan telah merebut kekuasaan Cambyses dan menjadi raja. Darius berhasil membunuh Gaumata dan menjadi raja baru.

Bagian selanjutnya dari teks tersebut adalah tentang pemberontakan yang meletus di seluruh kekaisaran selama pemerintahan Darius. Raja mencatat bahwa ia telah berhasil memadamkan semua pemberontakan tersebut dan mengalahkan 9 raja dalam prosesnya. Dengan demikian, bagian teks ini dapat dianggap sebagai bukti kehebatan militer raja.

Kenangan Abadi Prasasti Behistun

Prasasti Behistun telah disebutkan oleh beberapa penulis kuno, meskipun ada beberapa kesalahan yang mereka buat.

Misalnya, Ctesias, seorang dokter dan sejarawan Yunani, dan Diodorus Siculus, mengaitkan teks tersebut dengan Ratu Semiramis yang legendaris.

Kenangan tentang monumen tersebut berlanjut bahkan hingga periode abad pertengahan. Meskipun demikian, penciptanya dilupakan. Dikatakan bahwa selama periode ini, penduduk setempat dikaitkan dalam prasasti tersebut dengan Khosrow II, salah satu raja Sassania terakhir.

Penerjemahan teksnya, baru dilakukan pada abad ke-19, yang memungkinkan penafsiran yang tepat terhadap relief tersebut. Sebelumnya, ukiran tersebut ditafsirkan secara beragam sebagai guru yang menghukum murid-muridnya atau Kristus dan 12 rasulnya. Serta Shalmaneser dari Asyur dan 12 suku Israel.