Bahas Pemerataan Akses Air Bersih, WWF 2024 Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

By Sheila Respati, Rabu, 9 Oktober 2024 | 11:35 WIB
WWF 2024 (DOK. Istimewa)

Saat el nino terjadi, wilayah tersebut juga mengalami penurunan curah hujan yang signifikan, sehingga menyebabkan sumber air seperti sungai, danau, dan waduk mengalami penurunan debit air atau kekeringan.

 Baca Juga: Mengapa Air di Danau Tidak Langsung Terserap ke dalam Tanah?

Populasi manusia menggerus jumlah air

Bertambahnya populasi manusia juga memicu pemakaian air tanah secara besar-besaran.

Dikutip dari laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 2022, disebutkan bahwa kebutuhan air bersih penduduk bumi meningkat sebanyak satu persen setiap tahunnya.

Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan populasi yang pesat dan meningkatnya aktivitas manusia yang membutuhkan air dalam jumlah besar. Masalahnya, sumber daya air yang dapat manusia gunakan sangat terbatas.

Dari total air di dunia, sebanyak 96,5 persen air yang tersedia adalah air laut. Sisanya adalah saline water sebanyak 0,9 persen dan air tawar sebanyak 2,5 persen yang diperuntukkan untuk kegiatan manusia.

Dari air tawar itu, hanya 1,2 persen air permukaan dan 30,1 persen air tanah yang dapat digunakan. Sisanya, tersimpan dalam gletser dan bongkahan es sebanyak 68,7 persen. Dengan demikian, sumber daya air yang dapat digunakan sangat terbatas.

Baca Juga: Dunia Hewan: Trik Bertahan Hidup Kumbang Gurun Namib Memanen Air Udara

Air tanah memang dapat digunakan. Namun, penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan muka air tanah. Air laut juga mulai dimanfaatkan melalui desalinasi, tetapi belum semua negara mampu melakukan teknik pemurnian air tersebut.

Keberadaan sumber daya air juga bergantung pada kondisi geografis suatu lokasi. Bisa jadi suatu tempat berlimpah air, sedangkan di tempat lain sama sekali tidak ada sumber air.

Pentingnya konservasi air