Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda membayangkan bahwa tempat-tempat yang paling sering kita gunakan untuk membersihkan diri, seperti kamar mandi, ternyata menyimpan rahasia yang menakjubkan?
Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan pada tanggal 9 Oktober di jurnal Frontiers in Microbiomes telah mengungkap keanekaragaman hayati yang luar biasa dan sebelumnya tidak terduga di lingkungan rumah tangga kita.
Para peneliti menemukan bahwa benda-benda sehari-hari seperti kepala pancuran dan bulu sikat gigi ternyata menjadi habitat bagi beragam jenis virus. Bahkan, banyak di antara virus-virus ini merupakan spesies baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya.
Meskipun kedengarannya menakutkan, tidak perlu khawatir berlebihan. Virus-virus ini umumnya tidak berbahaya bagi manusia dan justru memiliki peran penting dalam ekosistem mikroba di sekitar kita.
Alih-alih menginfeksi sel-sel tubuh kita, virus-virus tersebut ternyata lebih tertarik pada bakteri. Mereka bertindak sebagai predator alami bagi bakteri, termasuk bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit.
Dengan kata lain, virus-virus ini dapat membantu kita dalam perang melawan resistensi antibiotik, sebuah masalah kesehatan global yang semakin mengkhawatirkan.
Organisme melimpah yang punya potensi besar
Para ilmuwan menemukan beragam jenis virus yang menginfeksi bakteri, yang dikenal sebagai bakteriofag atau singkatnya "fag". Makhluk-makhluk mikroskopis ini, yang merupakan salah satu organisme paling melimpah di Bumi, ternyata memiliki potensi besar untuk merevolusi pengobatan modern.
Fag bekerja dengan cara menginfeksi dan mereplikasi diri di dalam sel bakteri, secara efektif menghancurkan inangnya. Keunikan mereka terletak pada kemampuan untuk menargetkan bakteri spesifik, termasuk strain yang telah mengembangkan resistensi terhadap antibiotik.
Hal ini menjadikan fag sebagai kandidat yang sangat menjanjikan untuk mengatasi masalah resistensi antibiotik yang semakin mengkhawatirkan di seluruh dunia.
"Frontir berikutnya dalam mikrobiologi adalah fag," ungkap Erica M. Hartmann, ahli mikrobiologi lingkungan dari Universitas Northwestern dan salah satu penulis studi ini, kepada Popular Science.
Baca Juga: Bagaimana Manusia Membersihkan Gigi Sebelum Pasta Gigi Diciptakan?