Asia dalam Bahaya, Perubahan Iklim Buat Badai akan Semakin Sering Menerjang

By Ade S, Sabtu, 12 Oktober 2024 | 10:03 WIB
Asia dalam bahaya! Frekuensi siklon dan badai meningkat drastis akibat perubahan iklim. Saatnya bertindak untuk mitigasi dan adaptasi! (Freepik.com)

Perubahan iklim semakin memperparah situasi ini. Pemanasan suhu permukaan laut di Samudra Hindia menyebabkan peningkatan penguapan air, yang pada gilirannya meningkatkan intensitas hujan.

Para ahli memprediksi bahwa kejadian ekstrem seperti tanah longsor di Wayanad akan semakin sering terjadi di masa depan jika tidak ada upaya serius untuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Untuk mengatasi masalah ini, para ilmuwan menyarankan penggunaan teknologi pembelajaran mesin. Dengan menganalisis data cuaca, topografi, dan faktor-faktor lainnya, sistem ini dapat membantu memprediksi daerah mana yang berpotensi terjadi tanah longsor dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat.

Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa antara tahun 1998 dan 2017, 4,8 juta orang terdampak dan belasan ribu nyawa melayang akibat bencana ini. Lebih mengkhawatirkan lagi, perubahan iklim yang semakin parah diperkirakan akan meningkatkan frekuensi dan intensitas tanah longsor di masa depan.

Tragedi tanah longsor di Wayanad, India, menjadi bukti nyata dari ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Sebagai respons terhadap bencana ini, pemerintah India mengambil langkah penting dengan menetapkan kawasan Ghat Barat sebagai wilayah sensitif ekologis.

Keputusan ini bertujuan untuk melindungi wilayah ini dari eksploitasi berlebihan dan mengurangi risiko bencana alam di masa mendatang.

Dengan menetapkan status kawasan sensitif ekologis, pemerintah India berharap dapat membatasi aktivitas manusia yang berpotensi memicu tanah longsor, seperti penambangan, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur yang tidak terkendali.

Masyarakat diberikan kesempatan untuk memberikan masukan dan saran terkait rencana pengelolaan kawasan ini, sehingga diharapkan dapat tercipta keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan.

"Seperti halnya gempa bumi, bangunanlah yang membunuh orang, bukan tanah longsor," kata Shaji. "Dan dengan ancaman hujan lebat yang semakin meningkat intensitas dan frekuensinya, langkah-langkah drastis untuk membatasi aktivitas pembangunan dianggap vital untuk mitigasi dan adaptasi."