Perubahan Cuaca yang Tidak Biasa Sebabkan Sebagian Sahara Menghijau

By Sysilia Tanhati, Senin, 14 Oktober 2024 | 14:00 WIB
(Ilustrasi) Bagian-bagian Gurun Sahara berubah menjadi hijau. Hal ini disebabkan oleh perubahan cuaca yang tidak biasa. (Manu25/CC BY-SA 2.5)

Pergeseran ini tidak hanya mengubah gurun menjadi hijau, tetapi juga mengganggu musim badai Atlantik. Perubahan ini berdampak besar selama beberapa bulan terakhir bagi beberapa negara Afrika.

Negara-negara yang seharusnya mendapatkan lebih banyak curah hujan justru mendapatkan lebih sedikit curah hujan karena badai bergeser ke utara. Sebagian wilayah Nigeria dan Kamerun biasanya diguyur hujan setidaknya 50-75 cm dari Juli hingga September. Namun wilayah tersebut hanya menerima antara 50 dan 80% dari curah hujan biasanya sejak pertengahan Juli.

Lebih jauh ke utara, wilayah yang biasanya lebih kering telah menerima lebih dari 400% curah hujan biasanya sejak pertengahan Juli. Wilayah ini termasuk sebagian wilayah Niger, Chad, Sudan, Libya, dan Mesir selatan.

Ambil contoh wilayah utara Chad, yang merupakan bagian dari Gurun Sahara. Biasanya hanya turun hujan hingga 2,54 cm di sini dari sekitar pertengahan Juli hingga awal September. Namun, menurut data Climate Prediction Center, curah hujan antara 7,5 hingga 20 cm telah turun dalam jangka waktu yang sama tahun ini.

Curah hujan yang berlebihan menyebabkan banjir yang dahsyat yang menewaskan banyak orang. (Chad Staddon/CC BY-SA 4.0)

Curah hujan yang berlebihan ini menyebabkan banjir yang dahsyat di Chad. Hampir 1,5 juta orang telah terkena dampak. Sedikitnya 340 orang telah tewas akibat banjir di negara itu musim panas 2024.

Banjir yang mengerikan juga telah menewaskan lebih dari 220 orang dan membuat ratusan ribu orang mengungsi di Nigeria. Terutama di wilayah utara negara yang biasanya lebih kering.

Banjir yang mematikan juga mengguncang Sudan pada akhir Agustus, menewaskan sedikitnya 132 orang. Banjir tersebut juga menghancurkan lebih dari 12.000 rumah.

Peristiwa banjir seperti ini kemungkinan memiliki jejak perubahan iklim, menurut Karsten Haustein. Ia adalah peneliti iklim di Universitas Leipzig. Haustein melakukan studi atribusi untuk menentukan sejauh mana perubahan iklim telah memengaruhi peristiwa cuaca tertentu.

Saat bumi menghangat, bumi akan mampu menahan lebih banyak uap air, Haustien menjelaskan. Hal ini dapat menyebabkan musim hujan yang lebih basah secara keseluruhan dan banjir yang lebih dahsyat seperti musim ini.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan seberapa besar peran perubahan iklim dalam setiap kejadian banjir. Namun hal itu bisa menjadi pertanda akan terjadinya peristiwa-peristiwa yang akan datang.