Jurchen, Suku yang Memiliki Dampak Penting bagi Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Minggu, 20 Oktober 2024 | 14:00 WIB
Dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok, Suku Jurchen memiliki dampak besar. Pasalnya, dua dinasti, Dinasti Jin dan Dinasti Qing, didirikan oleh suku ini. (Hu Gui)

Segera setelah hancurnya Dinasti Liao, Suku Jurchen dengan cepat berbalik melawan sekutu Song mereka. Mereka melanjutkan serangan militer ke selatan dan menyerbu wilayah Dinasti Song. Pada bulan Desember 1126, Suku Jurchen berada di gerbang Kaifeng, ibu kota Dinasti Song.

Pada bulan Januari tahun berikutnya, kota itu jatuh. Suku Jurchen menangkap Kaisar Qinzong, dan ayahnya, Kaisar Huizong yang sudah pensiun. Kedua pria itu dibawa kembali ke pusat Jurchen sebagai tawanan. Namun, peristiwa memalukan ini, yang dikenal sebagai Insiden Jingkang, bukanlah akhir dari Dinasti Song.

Penguasa Song berhasil melarikan diri ke selatan. Kemudian Zhao Gou, adik tiri Kaisar Qinzong yang lebih muda, diangkat sebagai Kaisar Gaozong, kaisar pertama Dinasti Song Selatan. Suku Jurchen dan Song melanjutkan perang mereka selama satu setengah dekade berikutnya.

Akhirnya, sebuah perjanjian damai ditandatangani antara kedua belah pihak pada tahun 1142. Batas antara Dinasti Jin dan Dinasti Song Selatan (kira-kira di sepanjang Sungai Huai) ditetapkan. Dinasti Song dipaksa untuk membayar upeti kepada Jurchen.

Budaya Jurchen

Setelah menaklukkan Tiongkok Utara, Jurchen mulai mengadopsi adat dan budaya Tiongkok. Misalnya, birokrasi bergaya Tiongkok diadopsi untuk administrasi rakyat Tiongkok yang tinggal di bagian selatan kekaisaran mereka. Namun, pada saat yang sama, ada kekhawatiran bahwa adopsi penuh gaya hidup Tiongkok akan mengikis identitas etnis mereka. Dan pada akhirnya bisa menghancurkan nilai-nilai tradisional Jurchen.

Oleh karena itu, bahasa dan aksara Jurchen terus digunakan. Sementara pakaian dan adat Tiongkok dilarang dari pasukan mereka. Meskipun Jurchen secara bertahap kehilangan cara-cara prajurit mereka yang ganas, mereka masih merupakan kekuatan militer yang tangguh.

Ancaman lain bagi Suku Jurchen

Namun, Dinasti Song Selatan bukanlah satu-satunya ancaman bagi Dinasti Jin. Di utara, bangsa Mongol sedang bangkit. Pada tahun 1206, Genghis Khan menyatukan suku-suku nomaden Mongol-Turki, dengan demikian mendirikan Kekaisaran Mongol. Pada tahun 1211, Genghis Khan menyatakan perang terhadap Dinasti Jin.

Suku Jurchen kehilangan banyak wilayah karena Mongol, termasuk ibu kota mereka, Zhongdu. Oleh karena itu, pada tahun 1215, Jurchen memindahkan ibu kota mereka ke Kaifeng.

Pada saat yang sama, dalam upaya untuk mengganti wilayah mereka yang hilang, Suku Jurchen melancarkan serangan melawan Dinasti Song. Serangan-serangan tersebut tidak hanya gagal mencapai tujuan, tetapi juga semakin membuat marah Song.

Pada tahun 1233, Kaifeng jatuh ke tangan Mongol setelah pengepungan. Dan penguasa Jin, Kaisar Aizong, melarikan diri ke Caizhou. Dalam keputusasaan, Suku Jurchen meminta bantuan Song. Jurchen memberi peringatan bahwa setelah Jurchen, Mongol akan menyerang Song berikutnya. Mengingat hubungan yang buruk antara kedua belah pihak, Song tentu saja menolak untuk membantu bangsa Jurchen. Song malah membentuk aliansi dengan Mongol.