Jurchen, Suku yang Memiliki Dampak Penting bagi Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Minggu, 20 Oktober 2024 | 14:00 WIB
Dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok, Suku Jurchen memiliki dampak besar. Pasalnya, dua dinasti, Dinasti Jin dan Dinasti Qing, didirikan oleh suku ini. (Hu Gui)

Pada tahun 1234, Mongol dan Song melancarkan serangan gabungan ke Caizhou. Suku Jurchen dikalahkan, sehingga mengakhiri Dinasti Jin. Benar saja, Song menjadi target berikutnya bagi Mongol. Aliansi antara Mongol dan Song runtuh segera setelah kehancuran Dinasti Jin. Dan Dinasti Song Selatan akhirnya ditaklukkan oleh mantan sekutu mereka pada tahun 1279.

“Runtuhnya Dinasti Jin tidak berarti berakhirnya keberadaan suku Jurchen,” Mingren menjelaskan. Sebaliknya, mereka tetap eksis di Kekaisaran Tiongkok. Para penulis sejarah Tiongkok dari Dinasti Ming (yang menggantikan Dinasti Yuan Mongol), misalnya, mencatat bahwa terdapat tiga kelompok Suku Jurchen yang berbeda. Mereka adakah Suku Jurchen Liar, Jurchen Haixi, dan Jurchen Jianzhou.

Suku Jurchen Liar mendiami sudut paling utara Manchuria, Jurchen Haixi mendiami Provinsi Heilongjiang modern, dan Jurchen Jianzhou mendiami Provinsi Jilin modern.

Sementara suku Jurchen Liar adalah pengembara, dua kelompok lainnya mengadopsi beberapa bentuk gaya hidup yang menetap. Keduanya terlibat dalam kegiatan berburu, memancing, dan pertanian terbatas.

“Kaisar Dinasti Ming sangat ingin melakukan kontak dengan Suku Jurchen,” tambah Mingren. Meskipun Dinasti Yuan telah dikalahkan, kelompok Mongol yang selamat mundur ke Mongolia, tempat mereka mendirikan Dinasti Yuan Utara. Untuk menghadapi ancaman ini, misi diplomatik dikirim ke suku-suku Jurchen. Dan banyak di antaranya menjadi sekutu Ming melawan Mongol.

Selain itu, pasar kuda didirikan untuk memfasilitasi perdagangan antara Ming dan Jurchen. Peralatan pertanian, ternak, benih, beras, garam, dan tekstil Tiongkok dipertukarkan dengan kuda, bulu, ginseng, dan produk lokal khusus lainnya.

Kontak dengan Dinasti Ming mengakibatkan terjadinya adopsi adat (sinifikasi). Diklaim bahwa sebagai akibat dari sinifikasi, Suku Jurchen memperoleh struktur organisasi yang memungkinkan mereka menaklukkan Tiongkok.

Pengaruh Jurchen terhadap dinasti-dinasti di Kekaisaran Tiongkok

Dinasti kekaisaran terakhir Tiongkok, Dinasti Qing, didirikan oleh Suku Manchu, keturunan suku Jurchen. Hubungan antara Suku Manchu dan Jurchen terlihat jelas dari nama yang awalnya dipilih oleh Suku Manchu untuk dinasti mereka. Nama negara bagian Manchuria adalah ‘Aisin Gurun’, yang diterjemahkan sebagai ‘Negara Emas’.

Nama ini sama dengan ‘Jin’ dalam bahasa Tionghoa. Dinasti Qing ini juga dikenal sebagai Dinasti Jin Akhir. Hal ini merupakan indikasi yang jelas bahwa Suku Manchu menganggap diri mereka sebagai penerus Dinasti Jin. Pendiri Dinasti Jin Akhir adalah Nurhaci, seorang kepala suku Jurchen Jianzhou.

Pada tahun 1583, Nurhaci memulai upayanya untuk menyatukan Suku Jurchen. Awalnya, Dinasti Ming tampaknya tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan Nurhaci. Bahkan, mereka memberinya jabatan dan gelar.

Pada tahun 1582, ia diangkat sebagai komandan garnisun. Dan pada tahun 1589, ia diangkat menjadi prokurator publik Heilongjiang. Pada tahun 1595, Nurhaci dianugerahi gelar ‘Jenderal Naga-Harimau’ oleh Dinasti Ming. Sementara itu, Nurhaci membayar upeti kepada Dinasti Ming. Ia bahkan pergi sendiri ke Beijing sebagai kepala misi upeti pada beberapa kesempatan.

Pada tahun 1608, Nurhaci berhenti membayar upeti kepada Dinasti Ming, karena merasa bahwa Suku Jurchen cukup kuat. 8 tahun kemudian, Nurhaci akhirnya berhasil mencapai tujuannya untuk menyatukan Suku Jurchen. Ia mendeklarasikan dirinya sebagai ‘khan’, dan mendirikan Dinasti Jin Akhir. Pada tahun 1618, Nurhaci menugaskan ‘Tujuh Kekesalan Besar’, sebuah dokumen yang menyatakan tujuh keluhan terhadap Dinasti Ming.

Dokumen tersebut sebenarnya adalah alasan bagi Nurhaci untuk memberontak dan deklarasi perangnya terhadap Ming. Pada tahun-tahun berikutnya, Nurhaci memperluas wilayahnya dengan mengorbankan Dinasti Ming.

Suku Manchu merupakan suku yang berhasil menyingkirkan Dinasti Ming di Kekaisaran Tiongkok. Awalnya disebut Jurchen, mereka adalah etnis minoritas yang menjadi asal nama wilayah Manchuria. (Public Domain)

Namun, pada tahun 1626, Nurhaci mengalami kekalahan militer serius pertama dalam hidupnya. Ia dikalahkan oleh Yuan Chonghuan, seorang jenderal Dinasti Ming, di Ningyuan. Nurhaci terluka oleh meriam Portugis dan meninggal 2 hari kemudian. Perang melawan Ming dilanjutkan oleh penggantinya, Hong Taiji. Pada tahun 1635, Hong Taiji mengubah nama sukunya dari Jurchen menjadi Manchu.

Pada tahun berikutnya, Hong Taiji mendirikan Dinasti Qing. Beijing jatuh ke tangan Dinasti Qing pada tahun 1644, beberapa bulan setelah kematian Hong Taiji. Dinasti Qing memerintah Kekaisaran Tiongkok hingga tahun 1911.

Meskipun Suku Jurchen saat ini sudah tidak ada lagi sebagai kelompok etnis, keturunan mereka masih ada. Suku Manchu, seperti yang disebutkan sebelumnya, adalah keturunan Suku Jurchen Jianzhou.

Keturunan Suku Jurchen lainnya termasuk Hezhe, Ewenke, dan Elunchun. Meskipun Suku Jurchen tidak begitu terkenal saat ini, mereka memiliki dampak yang signifikan terhadap sejarah Kekaisaran Tiongkok. Pasalnya, dua dinasti, Dinasti Jin dan Dinasti Qing, didirikan oleh mereka.