Jurchen, Suku yang Memiliki Dampak Penting bagi Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Minggu, 20 Oktober 2024 | 14:00 WIB
Dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok, Suku Jurchen memiliki dampak besar. Pasalnya, dua dinasti, Dinasti Jin dan Dinasti Qing, didirikan oleh suku ini. (Hu Gui)

Nationalgeographic.co.id—Suku Jurchen (Nuzhen) adalah federasi masyarakat non-Tiongkok yang mendiami wilayah timur laut Tiongkok. Di Tiongkok modern, wilayahnya termasuk dalam Provinsi Liaoning, Jilin, dan Heilongjiang. Jurchen adalah anggota keluarga etnolinguistik Manchu-Tungus. Suku Manchu merupakan salah satu keturunan Suku Jurchen. Dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok, suku ini memiliki dampak besar.

Suku Jurchen mendirikan Dinasti Jin, yang kerap disebut dinasti 'barbar' besar kedua di Tiongkok Utara. Meskipun wilayah kekuasaan Dinasti Jin tidak mencakup wilayah selatan Tiongkok, keturunan mereka, Suku Manchu, berhasil menaklukkan seluruh negeri.

Sejarah Suku Jurchen

Referensi paling awal tentang Suku Jurchen berasal dari abad ke-10. Saat itu Balhae, kerajaan yang berpusat di Provinsi Heilongjiang modern, ditaklukkan oleh Abaoji. Abaoji secara anumerta dikenal sebagai Kaisar Taizu. Ia adalah pemimpin Khitan dan pendiri Dinasti Liao. “Heishui Mohe tunduk kepada Abaoji dan mengadopsi nama Nuzhen,” tulis Wu Mingren di laman Ancient Origins.

Menurut historiografi Tiongkok, Heishui Mohe adalah keturunan dari Sushen dan Yilou. Sejarahnya dapat ditelusuri kembali ke Dinasti Han. Menurut tradisi, Suku Jurchen mengubah nama mereka menjadi Nuzhi ketika Yelu Zongzhen menjadi Kaisar Xingzong tahun 1031.

Abaoji menyadari bahwa meskipun Suku Jurchen tunduk kepadanya, mereka berpotensi memberontak terhadap Dinasti Liao. Oleh karena itu, untuk mengendalikan mereka, ia memindahkan ribuan orang Jurchen ke selatan. Orang-orang Jurchen ini, yang berintegrasi dengan penduduk Tiongkok dan Khitan, dikenal sebagai “matured Jurchen”.

Di sisi lain, orang-orang Jurchen yang tetap tinggal di utara dikenal sebagai “raw Jurchen”. Kaisar Liao mengizinkan para pemimpin Suku Jurchen untuk memerintah rakyat mereka sendiri atas nama mereka. Para pemimpin dianugerahi gelar Pangeran Besar.

Klan Wanyan memperkuat Suku Jurchen

Pada akhir abad ke-10, Klan Wanyan muncul sebagai suku terkemuka di antara suku Jurchen. Pada sekitar abad berikutnya, Klan Wanyan memperkuat posisinya. Mereka meningkatkan basis ekonomi dan kohesi sosial Suku Jurchen. Pada awal abad ke-12, Suku Jurchen siap untuk menggulingkan penguasa Khitan dan mendirikan dinastinya sendiri.

Pada tahun 1113, pemimpin Klan Wanyan, Wanyan Aguda, berhasil menyatukan Suku Jurchen. Pada tahun berikutnya, ia menyatakan perang terhadap Dinasti Liao. Pada tahun 1115, Suku Jurchen menjalin aliansi dengan Dinasti Song, yang juga merupakan musuh suku Liao.

Baca Juga: Singkap Delapan Ibu Kota Tiongkok Kuno yang Menjadi Permata dari Timur

Pada tahun yang sama, Wanyan Aguda mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar, dengan demikian mendirikan Dinasti Jin. Perang dengan Suku Khitan berakhir pada tahun 1125, ketika Kaisar Liao terakhir, Kaisar Tianzuo, ditangkap.

Segera setelah hancurnya Dinasti Liao, Suku Jurchen dengan cepat berbalik melawan sekutu Song mereka. Mereka melanjutkan serangan militer ke selatan dan menyerbu wilayah Dinasti Song. Pada bulan Desember 1126, Suku Jurchen berada di gerbang Kaifeng, ibu kota Dinasti Song.

Pada bulan Januari tahun berikutnya, kota itu jatuh. Suku Jurchen menangkap Kaisar Qinzong, dan ayahnya, Kaisar Huizong yang sudah pensiun. Kedua pria itu dibawa kembali ke pusat Jurchen sebagai tawanan. Namun, peristiwa memalukan ini, yang dikenal sebagai Insiden Jingkang, bukanlah akhir dari Dinasti Song.

Penguasa Song berhasil melarikan diri ke selatan. Kemudian Zhao Gou, adik tiri Kaisar Qinzong yang lebih muda, diangkat sebagai Kaisar Gaozong, kaisar pertama Dinasti Song Selatan. Suku Jurchen dan Song melanjutkan perang mereka selama satu setengah dekade berikutnya.

Akhirnya, sebuah perjanjian damai ditandatangani antara kedua belah pihak pada tahun 1142. Batas antara Dinasti Jin dan Dinasti Song Selatan (kira-kira di sepanjang Sungai Huai) ditetapkan. Dinasti Song dipaksa untuk membayar upeti kepada Jurchen.

Budaya Jurchen

Setelah menaklukkan Tiongkok Utara, Jurchen mulai mengadopsi adat dan budaya Tiongkok. Misalnya, birokrasi bergaya Tiongkok diadopsi untuk administrasi rakyat Tiongkok yang tinggal di bagian selatan kekaisaran mereka. Namun, pada saat yang sama, ada kekhawatiran bahwa adopsi penuh gaya hidup Tiongkok akan mengikis identitas etnis mereka. Dan pada akhirnya bisa menghancurkan nilai-nilai tradisional Jurchen.

Oleh karena itu, bahasa dan aksara Jurchen terus digunakan. Sementara pakaian dan adat Tiongkok dilarang dari pasukan mereka. Meskipun Jurchen secara bertahap kehilangan cara-cara prajurit mereka yang ganas, mereka masih merupakan kekuatan militer yang tangguh.

Ancaman lain bagi Suku Jurchen

Namun, Dinasti Song Selatan bukanlah satu-satunya ancaman bagi Dinasti Jin. Di utara, bangsa Mongol sedang bangkit. Pada tahun 1206, Genghis Khan menyatukan suku-suku nomaden Mongol-Turki, dengan demikian mendirikan Kekaisaran Mongol. Pada tahun 1211, Genghis Khan menyatakan perang terhadap Dinasti Jin.

Suku Jurchen kehilangan banyak wilayah karena Mongol, termasuk ibu kota mereka, Zhongdu. Oleh karena itu, pada tahun 1215, Jurchen memindahkan ibu kota mereka ke Kaifeng.

Pada saat yang sama, dalam upaya untuk mengganti wilayah mereka yang hilang, Suku Jurchen melancarkan serangan melawan Dinasti Song. Serangan-serangan tersebut tidak hanya gagal mencapai tujuan, tetapi juga semakin membuat marah Song.

Pada tahun 1233, Kaifeng jatuh ke tangan Mongol setelah pengepungan. Dan penguasa Jin, Kaisar Aizong, melarikan diri ke Caizhou. Dalam keputusasaan, Suku Jurchen meminta bantuan Song. Jurchen memberi peringatan bahwa setelah Jurchen, Mongol akan menyerang Song berikutnya. Mengingat hubungan yang buruk antara kedua belah pihak, Song tentu saja menolak untuk membantu bangsa Jurchen. Song malah membentuk aliansi dengan Mongol.

Pada tahun 1234, Mongol dan Song melancarkan serangan gabungan ke Caizhou. Suku Jurchen dikalahkan, sehingga mengakhiri Dinasti Jin. Benar saja, Song menjadi target berikutnya bagi Mongol. Aliansi antara Mongol dan Song runtuh segera setelah kehancuran Dinasti Jin. Dan Dinasti Song Selatan akhirnya ditaklukkan oleh mantan sekutu mereka pada tahun 1279.

“Runtuhnya Dinasti Jin tidak berarti berakhirnya keberadaan suku Jurchen,” Mingren menjelaskan. Sebaliknya, mereka tetap eksis di Kekaisaran Tiongkok. Para penulis sejarah Tiongkok dari Dinasti Ming (yang menggantikan Dinasti Yuan Mongol), misalnya, mencatat bahwa terdapat tiga kelompok Suku Jurchen yang berbeda. Mereka adakah Suku Jurchen Liar, Jurchen Haixi, dan Jurchen Jianzhou.

Suku Jurchen Liar mendiami sudut paling utara Manchuria, Jurchen Haixi mendiami Provinsi Heilongjiang modern, dan Jurchen Jianzhou mendiami Provinsi Jilin modern.

Sementara suku Jurchen Liar adalah pengembara, dua kelompok lainnya mengadopsi beberapa bentuk gaya hidup yang menetap. Keduanya terlibat dalam kegiatan berburu, memancing, dan pertanian terbatas.

“Kaisar Dinasti Ming sangat ingin melakukan kontak dengan Suku Jurchen,” tambah Mingren. Meskipun Dinasti Yuan telah dikalahkan, kelompok Mongol yang selamat mundur ke Mongolia, tempat mereka mendirikan Dinasti Yuan Utara. Untuk menghadapi ancaman ini, misi diplomatik dikirim ke suku-suku Jurchen. Dan banyak di antaranya menjadi sekutu Ming melawan Mongol.

Selain itu, pasar kuda didirikan untuk memfasilitasi perdagangan antara Ming dan Jurchen. Peralatan pertanian, ternak, benih, beras, garam, dan tekstil Tiongkok dipertukarkan dengan kuda, bulu, ginseng, dan produk lokal khusus lainnya.

Kontak dengan Dinasti Ming mengakibatkan terjadinya adopsi adat (sinifikasi). Diklaim bahwa sebagai akibat dari sinifikasi, Suku Jurchen memperoleh struktur organisasi yang memungkinkan mereka menaklukkan Tiongkok.

Pengaruh Jurchen terhadap dinasti-dinasti di Kekaisaran Tiongkok

Dinasti kekaisaran terakhir Tiongkok, Dinasti Qing, didirikan oleh Suku Manchu, keturunan suku Jurchen. Hubungan antara Suku Manchu dan Jurchen terlihat jelas dari nama yang awalnya dipilih oleh Suku Manchu untuk dinasti mereka. Nama negara bagian Manchuria adalah ‘Aisin Gurun’, yang diterjemahkan sebagai ‘Negara Emas’.

Nama ini sama dengan ‘Jin’ dalam bahasa Tionghoa. Dinasti Qing ini juga dikenal sebagai Dinasti Jin Akhir. Hal ini merupakan indikasi yang jelas bahwa Suku Manchu menganggap diri mereka sebagai penerus Dinasti Jin. Pendiri Dinasti Jin Akhir adalah Nurhaci, seorang kepala suku Jurchen Jianzhou.

Pada tahun 1583, Nurhaci memulai upayanya untuk menyatukan Suku Jurchen. Awalnya, Dinasti Ming tampaknya tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan Nurhaci. Bahkan, mereka memberinya jabatan dan gelar.

Pada tahun 1582, ia diangkat sebagai komandan garnisun. Dan pada tahun 1589, ia diangkat menjadi prokurator publik Heilongjiang. Pada tahun 1595, Nurhaci dianugerahi gelar ‘Jenderal Naga-Harimau’ oleh Dinasti Ming. Sementara itu, Nurhaci membayar upeti kepada Dinasti Ming. Ia bahkan pergi sendiri ke Beijing sebagai kepala misi upeti pada beberapa kesempatan.

Pada tahun 1608, Nurhaci berhenti membayar upeti kepada Dinasti Ming, karena merasa bahwa Suku Jurchen cukup kuat. 8 tahun kemudian, Nurhaci akhirnya berhasil mencapai tujuannya untuk menyatukan Suku Jurchen. Ia mendeklarasikan dirinya sebagai ‘khan’, dan mendirikan Dinasti Jin Akhir. Pada tahun 1618, Nurhaci menugaskan ‘Tujuh Kekesalan Besar’, sebuah dokumen yang menyatakan tujuh keluhan terhadap Dinasti Ming.

Dokumen tersebut sebenarnya adalah alasan bagi Nurhaci untuk memberontak dan deklarasi perangnya terhadap Ming. Pada tahun-tahun berikutnya, Nurhaci memperluas wilayahnya dengan mengorbankan Dinasti Ming.

Suku Manchu merupakan suku yang berhasil menyingkirkan Dinasti Ming di Kekaisaran Tiongkok. Awalnya disebut Jurchen, mereka adalah etnis minoritas yang menjadi asal nama wilayah Manchuria. (Public Domain)

Namun, pada tahun 1626, Nurhaci mengalami kekalahan militer serius pertama dalam hidupnya. Ia dikalahkan oleh Yuan Chonghuan, seorang jenderal Dinasti Ming, di Ningyuan. Nurhaci terluka oleh meriam Portugis dan meninggal 2 hari kemudian. Perang melawan Ming dilanjutkan oleh penggantinya, Hong Taiji. Pada tahun 1635, Hong Taiji mengubah nama sukunya dari Jurchen menjadi Manchu.

Pada tahun berikutnya, Hong Taiji mendirikan Dinasti Qing. Beijing jatuh ke tangan Dinasti Qing pada tahun 1644, beberapa bulan setelah kematian Hong Taiji. Dinasti Qing memerintah Kekaisaran Tiongkok hingga tahun 1911.

Meskipun Suku Jurchen saat ini sudah tidak ada lagi sebagai kelompok etnis, keturunan mereka masih ada. Suku Manchu, seperti yang disebutkan sebelumnya, adalah keturunan Suku Jurchen Jianzhou.

Keturunan Suku Jurchen lainnya termasuk Hezhe, Ewenke, dan Elunchun. Meskipun Suku Jurchen tidak begitu terkenal saat ini, mereka memiliki dampak yang signifikan terhadap sejarah Kekaisaran Tiongkok. Pasalnya, dua dinasti, Dinasti Jin dan Dinasti Qing, didirikan oleh mereka.