Dewa Siwa tiba di Kashi bersama istrinya Parvati, untuk mengabulkan keinginan Wisnu. Di tepi Sungai Gangga, ia menggali sumur untuk mandi dan saat mandi, hiasan telinga yang berharga jatuh ke dalam sumur. Maka lokasi tersebut diberi nama demikian.
Terakhir, sebuah mitos yang lucu menceritakan tentang Dewa Siwa yang jatuh setelah bermain-main dengan asyik. Saat ia terjatuh, anting-antingnya jatuh ke bumi dan terbentuklah Manikarnika Ghat.
Situs suci Manikarnika Ghat
Manikarnika Ghat dilambangkan oleh penjajaran sumur suci Manikarnika Kund, yang dibajak oleh Dewa Wisnu selama masa penciptaan dan penghancuran. Ghat ini juga terkenal dengan kuilnya yang didedikasikan untuk Siwa dan Mata Durga. Kuil tersebut dibangun sekitar tahun 1850 oleh Maharaja Awadh.
Tempat kremasi adalah salah satu tempat utama bagi sekte Shaktisme dalam agama Hindu. Dan kuil tersebut merupakan tempat suci bagi para peziarah. Kuil menyediakan kunjungan ke situs tersebut setiap hari. Di sinilah kolam Chakra-Pushkarini Kund, yang juga dikenal sebagai Manikarnika Kund, dapat ditemukan juga.
Para peziarah percaya bahwa Charanapaduka (jejak kaki) Dewa Wisnu berada di lempengan marmer bundar. Dewa Wisnu dikatakan telah bermeditasi selama bertahun-tahun di Ghat.
Pentingnya kremasi dalam agama Hindu
Pembakaran tubuh seseorang setelah meninggal merupakan hal mendasar dalam agama Hindu. Pasalnya, jiwa dimurnikan dan dibebaskan dari tubuh. Proses kremasi sangat penting dalam mencapai nirwana dan berbagai tahapan ritual harus diselesaikan dengan benar atau jiwa tidak akan beralih ke akhirat.
Dilakukan terutama oleh kaum Dom (kasta Hindu Bengali), jenazah dibawa dengan diselimuti kain. Jenazah diletakkan di atas tandu bambu sebagai persiapan untuk ritual kremasi. Jenazah manusia kemudian dibakar. Abu panas dari jenazah berfungsi sebagai pengingat akan kehancuran yang telah ditakdirkan atas segala sesuatu di dunia.
Dipercayai bahwa moksha terjadi saat itu. Mencapai moksha memastikan keselamatan dan interaksi langsung dengan Dewa Siwa. Secara tradisional, anak-anak di bawah usia 2 tahun dan laki-laki dianggap suci. Kedua kelompok tersebut dapat dikubur di bawah tanah karena tubuh mereka dianggap tidak rusak dan tanpa dosa. Oleh karena itu, mereka tidak perlu disucikan dengan api.
Bangunan khusus di Manikarnika Ghat disediakan untuk orang-orang yang menunggu ajal mereka. Di sini mereka menunggu napas terakhir mereka untuk mati dengan benar di tepi Sungai Gangga.
Jenazah dimandikan di Sungai Gangga dan dibaringkan hingga 2 jam di tangga. Selama waktu itu jenazah dibiarkan sendiri dan dikeringkan. Setelah itu, jenazah diletakkan di atas tumpukan kayu di atas lubang kremasi yang sebelumnya dipilih oleh anggota keluarga.