Ketika Scipio yang Dianggap Pecundang Buat Pasukan Hannibal Tunggang-Langgang

By Galih Pranata, Kamis, 24 Oktober 2024 | 08:00 WIB
Scipio (kiri) menandai Pertempuran Zama sebagai kemenangan untuk Romawi dalam invasinya ke Afrika setelah membantai pasukan Hannibal Barca (kanan). (Penn State University)

Bangsa Romawi berhasil menakuti atau mengalahkan gajah-gajah yang tersisa, sehingga menggagalkan pertaruhan awal Hannibal dengan hanya sedikit pasukannya. 

Hannibal kemudian memerintahkan dua baris pertama pasukannya untuk maju dan menghadapi pasukan Romawi di tengah kemelut perang, sementara ia tetap teguh bersama para veterannya di belakang.

Kedua pasukan yang berseberangan itu bertemu dalam bentrokan pedang dan tombak pada gilirannya. Pelatihan yang dipersiapkan Scipio ditambah dengan semangat pasukan Romawi yang unggul segera terlihat.

Barisan kedua pasukan Kartago yang masih belum menyerah melihat situasi yang tidak ada harapan, dan barisan mereka pun runtuh. Barisan kedua pasukan Kartago melarikan diri, meninggalkan para tentara bayaran itu menghadapi nasib mereka.

Satu hal yang perlu dicermati, strategi Scipio yang cerdas adalah dengan meminta para tentara bayaran mereka mencipta pertempuran tiga arah sekaligus. Kekacauan terjadi setelah pasukan Kartago malah saling bertikai satu sama lain.

Ya, pertikaian itu terjadi ketika Hannibal, yang masih menunggu di barisan belakang bersama para veterannya segera menyambut barisan depan yang melarikan diri ke belakang dengan membunuh mereka menggunakan tombak.

"Siapa pun yang mencoba melarikan diri ke arah para veteran Hannibal akan dibunuh. Sisanya berhamburan ke sayap, berharap dapat melarikan diri ke pedesaan tanpa dibantai oleh kavaleri Romawi," terus Nathan.

Momen kunci yang menggambarkan pasukan bergajah Kartago tak lebih ampuh dari serbuan Romawi di bawah Scipio. (Penn State University)

Scipio memerintahkan pasukannya untuk berkumpul kembali sebelum menyerang para veteran Hannibal yang tersisa. Kengerian terlihat di Zama saat medan perang itu penuh dengan darah dan mayat, membuat pergerakan perang menjadi sulit.

Pasukan Romawi maju melewati mayat-mayat yang berjatuhan dan membentuk satu garis baru di depan pasukan Kartago yang tersisa untuk pertempuran terakhir.

Scipio menempatkan triarii dan principes di tengah untuk menghancurkan para veteran Hannibal sementara hastati menjaga sayap. Meski terdesak, Hannibal terus berjuang bahkan setelah semangat pasukannya sendiri hampir hancur.

Alhasil, sebagian besar pasukan Hannibal berhasil dibantai dalam pertempuran di Zama dan sebagian laginya ditawan oleh pasukan Romawi yang membawa kemenangan di bawah kepemimpian Scipio.

Pertempuran Zama menandai berakhirnya kemampuan Kartago untuk melawan Romawi dan mengakhiri harapan Kartago untuk menyaingi Romawi. Persyaratan perdamaian yang dipaksakan Roma kepada mereka sangat keras.

Kartago dilucuti dari semua wilayahnya di luar Afrika, seperti Spanyol. Armada perangnya yang berharga dibatasi hanya sepuluh kapal, dibelenggu dengan pembayaran ganti rugi selama 50 tahun berikutnya, dan tidak diizinkan untuk berperang tanpa persetujuan Romawi.

Scipio yang sejak awal diragukan, telah berhasil dengan gilang gemilang dalam invasinya ke Afrika. Pertempuran Zama melambungkan nama Scipio ke puncak ketenaran dan memberinya gelar agnomen 'Africanus'.