Dari segi bentuk, fragmen merupakan jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan baik di sedimen mangrove maupun non-mangrove. Fragmen mikroplastik ini diduga berasal dari berbagai sumber, seperti pecahan plastik yang lebih besar, serat dari pakaian sintetis, dan jaring ikan. Keberadaan serat mikroplastik juga cukup signifikan, terutama pada sampel non-mangrove.
Penyerapan karbon terganggu
Meskipun tidak ditemukan korelasi langsung antara peningkatan jumlah mikroplastik dengan penurunan kadar karbon organik partikulat di sedimen, para peneliti menekankan bahwa temuan ini perlu dikaji lebih lanjut dengan pengambilan sampel yang lebih intensif.
Hal ini mengingat sejumlah studi sebelumnya yang telah menunjukkan adanya hubungan negatif antara polusi mikroplastik dan kemampuan ekosistem mangrove dalam menyerap karbon.
Namun, penelitian ini tetap memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemahaman kita tentang dampak mikroplastik terhadap ekosistem pesisir. Meskipun tidak secara langsung mempengaruhi kadar karbon organik partikulat, kehadiran mikroplastik dalam jumlah besar di sedimen mangrove dapat mengganggu berbagai proses ekologis yang penting.
Mikroplastik dapat menghambat penyerapan oksigen dan nutrisi oleh akar mangrove, sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Akibatnya, kemampuan mangrove dalam mengubah karbon dioksida menjadi biomassa melalui proses fotosintesis pun terganggu.
Hal ini dapat memperparah masalah perubahan iklim, karena semakin sedikit karbon dioksida yang dapat diserap oleh ekosistem.
Selain itu, keberadaan mikroplastik juga mengancam keberlangsungan hidup berbagai organisme yang hidup di ekosistem mangrove. Banyak organisme laut, baik yang berukuran kecil maupun besar, secara tidak sengaja menelan mikroplastik.
Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan pencernaan, penyumbatan saluran pencernaan, dan bahkan kematian. Lebih jauh lagi, mikroplastik dapat menyerap polutan kimia berbahaya yang kemudian terakumulasi dalam tubuh organisme dan terkonsentrasi melalui rantai makanan.
Temuan penelitian ini menggarisbawahi urgensi untuk mengatasi masalah polusi mikroplastik. Strategi pengelolaan sampah yang lebih baik, pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, serta upaya daur ulang yang lebih efektif merupakan langkah-langkah krusial untuk mengurangi masuknya mikroplastik ke lingkungan.
Selain itu, perlindungan dan restorasi ekosistem mangrove juga sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem pesisir dan memperkuat kemampuan alam dalam menyerap karbon.