Ilmuwan Khawatir Hutan dan Lautan Hampir Tidak Menyerap CO2 Tahun Lalu

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 27 Oktober 2024 | 10:05 WIB
Terjadi penurunan penyerapan CO2 tahun 2023. (Freepik)

“Pada tahun 2023, akumulasi CO2 di atmosfer sangat tinggi dan ini berarti penyerapan yang sangat, sangat rendah oleh biosfer terestrial,” kata Philippe Ciais, seorang peneliti di Laboratorium Ilmu Iklim dan Lingkungan Prancis.

"Di belahan bumi utara terjadi tren penurunan penyerapan selama delapan tahun," katanya. "Tidak ada alasan kuat untuk percaya bahwa semua bisa kembali seperti semula."

Lautan sebagai penyerap CO2 terbesar di alam telah menyerap 90% pemanasan dari bahan bakar fosil dalam beberapa dekade terakhir, yang menyebabkan peningkatan suhu laut. Penelitian juga menemukan tanda-tanda ini melemahkan penyerapan karbon di lautan.

Keadaan Tidak Terprediksi

Menurut para peneliti, aliran karbon melalui daratan dan lautan masih menjadi salah satu bagian yang paling kurang dipahami dalam ilmu iklim.

Meskipun emisi manusia semakin mudah diukur, banyaknya jumlah dan kompleksitas proses di alam menunjukkan adanya kesenjangan penting dalam pemahaman kita.

Teknologi satelit telah meningkatkan pemantauan hutan, lahan gambut, lapisan tanah beku permanen, dan siklus laut. Namun penilaian dan prakiraan dalam laporan internasional sering kali memiliki margin kesalahan yang besar.

Hal itu membuat sulit untuk memprediksi bagaimana penyerapan karbon alami dunia akan berfungsi di masa depan – dan berarti banyak model tidak memperhitungkan kerusakan mendadak beberapa ekosistem.

Lautan mengalami penurunan fungsi menyerap karbon. (Freepik)

"Secara keseluruhan, model-model penelitian sepakat bahwa baik daratan maupun lautan akan berkurang di masa depan sebagai akibat dari perubahan iklim."

"Namun, ada pertanyaan tentang seberapa cepat hal itu akan terjadi. Model-model cenderung menunjukkan hal ini terjadi agak lambat selama 100 tahun ke depan atau lebih," kata Prof Andrew Watson, kepala kelompok sains kelautan dan atmosfer Universitas Exeter.

Baca Juga: Lahan Gambut Makin Menyempit, Paru-paru Asia Tenggara Kian Terjepit