Samarkand, Kota Kuno yang Jadi Penghubung antara Dunia Timur dan Barat

By Sysilia Tanhati, Jumat, 25 Oktober 2024 | 16:35 WIB
Terletak di sepanjang Jalur Sutra kuno, Samarkand pun menjadi penghubung dunia Mediterania dan Timur. (Ekrem Canli/CC BY-SA 3.0)

Nationalgeographic.grid.id—Samarkand adalah kota yang terletak di Uzbekistan modern. Di masa lalu, Samarkand berada di wilayah Asia Tengah yang bersejarah, Transoxiana.

Lokasi Samarkand di Lembah Sungai Zerafshan memberinya sumber daya alam yang melimpah. Terletak di sepanjang Jalur Sutra kuno, Samarkand pun menjadi penghubung dunia Barat dan Timur.

“Posisinya yang strategis itu memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan Samarkand,” ungkap Wu Mingren di laman Ancient Origins. Kota ini menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tengah.

Namun, sejarah Samarkand bukan sekadar kota yang berada di rute perdagangan yang menguntungkan saja. Samarkand merupakan salah satu kota tertua yang terus dihuni hingga di wilayah Asia Tengah.

Bukti arkeologi menunjukkan bahwa wilayah Samarkand telah dihuni oleh manusia selama abad ke-14 SM. Selama abad ke-6 SM, kota ini menjadi bagian dari Kekaisaran Achaemenid ketika ditaklukkan oleh Cyrus yang Agung. Selama pemerintahan Darius yang Agung, Samarkand ditetapkan sebagai ibu kota satrapi Sogdiana.

Nama Samarkand berasal dari bahasa Sogdiana, dan berarti 'Benteng Batu'. Penggalian arkeologi telah menemukan sisa-sisa kuil Sogdiana kuno. Namun selain itu, hanya sedikit yang diketahui tentang Samarkand selama periode waktu ini.

Meskipun demikian, telah diperkirakan bahwa tempat ini sesekali dikunjungi oleh para pelancong dari Babilonia, Asyur, dan Persia. Semua pedagang itu sedang dalam perjalanan ke Tiongkok kuno.

Samarkand ditaklukkan oleh Aleksander Agung

Selama abad ke-4 SM, Samarkand ditaklukkan oleh Aleksander Agung selama serangan militernya melawan Kekaisaran Achaemenid. Dalam sumber-sumber Yunani, Samarkand disebut sebagai Maracanda. Kota ini menjadi pangkalan Aleksander Agung untuk ekspedisi militer lebih lanjut di wilayah tersebut.

Samarkand juga menjadi latar untuk salah satu episode paling terkenal dalam kehidupan Aleksander Agung. Menurut sumber-sumber kuno tentang kehidupan sang penakluk Makedonia, di sinilah penguasa Makedonia membunuh Cleitus. Cleitus adalah perwira tentara Makedonia yang pernah menyelamatkan raja di Pertempuran Granicus.

Setelah kematian Aleksander Agung, Samarkand menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kekaisaran Seleukia di Baktria. Sekitar paruh kedua abad ke-3 SM, Kekaisaran Seleukia disibukkan dengan perangnya dengan Ptolemeus di Barat.

Baca Juga: Samarkand, Negeri Penghubung Jalur Sutra yang Tetap Cantik Hari Ini

Wilayah kekuasaan Baktria memanfaatkan kesempatan ini untuk memperoleh kemerdekaan dan membentuk kerajaan Yunani-Baktria. Dengan demikian, Samarkand dimasukkan ke dalam entitas baru ini.

Jatuhnya kerajaan Yunani-Baktria ke tangan Kushan menyebabkan kepemilikan Samarkand berpindah tangan sekali lagi. Setelah periode Kushan Samarkand mengalami kemunduran selama periode Kushan. Samarkand baru mengalami kebangkitan beberapa abad kemudian.

Selama abad ke-7 M, Jalur Sutra dibuka kembali oleh Dinasti Tang dari Kekaisaran Tiongkok. Hal ini mendatangkan kekayaan besar bagi Samarkand. Kota tersebut menjadi makmur dari perdagangan yang melewati gerbangnya.

Tempat tinggal bangsawan yang berasal dari abad ke-6 hingga ke-8 Masehi telah ditemukan di Samarkand. Tempat tinggal bangsawan itu pun menjadi bukti kekayaan kota tersebut selama kurun waktu tersebut.

Penakluk Samarkand lainnya

Samarkand ditaklukkan oleh bangsa Turki, dan kemudian bangsa Arab pada awal abad ke-8 Masehi. Setelah penaklukan oleh bangsa Arab, Islam menjadi agama yang dominan di antara penduduk kota tersebut.

Pada tahun 1220, Samarkand mengalami pukulan telak ketika ditaklukkan oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Genghis Khan. Diklaim bahwa hanya seperempat, atau bahkan kurang, dari penduduk sebelumnya yang tersisa setelah serangan bangsa Mongol. Selain itu, dikatakan bahwa banyak perajin terampil dideportasi dari kota tersebut ke Mongolia.

Kelangsungan hidup Samarkand baru terjadi pada tahun 1371. Saat itu penakluk kejam lainnya, Timur si Pincang memutuskan untuk menjadikan Samarkand sebagai ibu kotanya. Timur si Pincang dikenal juga dengan sebutan Tamarlane. Dengan demikian, kota itu segera dibentengi dengan tembok baru dan sebuah benteng dibangun.

Selain itu, para perajin dideportasi oleh Tamerlane dari wilayah taklukannya ke Samarkand. Di sana, para perajin membangun gedung-gedung baru.

Dalam sejarah dunia, Timur dikenal sebagai seorang penakluk kejam yang kerap menebar teror bagi musuhnya. Timur si Pincang memutuskan untuk menjadikan Samarkand sebagai ibu kotanya. (Adam Jones)

Ada beberapa bangunan terkenal yang dibangun di Samarkand selama periode Timurid. Bangunan tersebut meliputi Masjid Bibi-Khanum, Masjid Registan, Gur-i Amir ('Makam Penguasa', yang merupakan makam Tamerlane), dan Observatorium Ulugh Beg.

Banyak cendekiawan mengeklaim bahwa periode Timurid adalah puncak sejarah Samarkand. Setelah jatuhnya Timurid pada awal abad ke-16 M, Samarkand ditaklukkan oleh para perantau Uzbek.

Dinasti baru, Shaybanid, memindahkan ibu kota dari Samarkand ke Bukhara. Meskipun demikian, kota itu terus diperindah oleh para penguasa barunya. Misalnya, pada tahun 1660, tiga madrasah dibangun di alun-alun Registan, sehingga memberikan bentuk akhirnya.

Meskipun demikian, masa kejayaan Samarkand telah berlalu.