Nationalgeographic.co.id - Samarkand hari ini merupakan kota besar di Uzbekistan. Meski bukan ibukota negara tersebut, Samarkand adalah kota tertua di Asia Tengah yang menjadi saksi kejayaan berbagai peradaban.
Sekitar 1333, penjelajah asal Maroko Ibnu Batutah singgah. Dia memuji kota ini dalam catatan Rihla-nya sebagai "salah satu kota terbesar dan terbaik, dan paling sempurna keindahannya". Kota ini masih tetap indah, walau ada banyak jejak reruntuhan peradaban kuno yang sebagian besar telah musnah.
Kemunculan Samarkand
Kota Samarkand sangat penting sebagai persinggahan di Jalur Sutra yang menghubungkan Timur Tengah, Asia Timur, dan India. Kawasannya diperkirakan telah ditempati manusia sejak abad ke-14 SM.
Secara etimologi, Samarkand berasal dari bahasa Sogdiana yang bermakna benteng atau kota batu. Arti nama ini sama dengan ibukota Uzbekistan hari ini, Tashkent.
Namun, Mahmud al-Kashgari, seorang cendekiawan muslim dari Kekhanan Kara-Khanid menyebut Samarkand dengan Samizkand dalam bahasa Turki yang berarti "kota gemuk". Ketika Kekaisaran Mughal berkembang hingga Afganistan pada abad ke-16, Kaisar Babur (berkuasa 1526 – 1530) juga menyebut kota ini demikian.
Para arkeolog memperkirakan kota ini telah diketahui oleh peradaban besar seperti Babilonia, Asiria, dan Persia, ketika hendak berpergian ke Tiongkok.
Lokasi Samarkand sangat subur dan berada di Lembah Sungai Zerafshan yang menyediakan sumber daya alam melimpah. Oleh karena itu, peradaban besar silih berganti memperebutkannya.
Salah satu yang paling awal, misalnya, Kekaisaran Akhemeniyah yang pernah bercokol selama abad keenam SM. Kekaisaran dari Persia itu menaklukkan Samarkand di bawah pimpinan Cyrus Agung. Darius I (berkuasa 522 – 486 SM) menjadikannya sebagai ibukota satrapi atau provinsi Sogdania.
Aleksander Agung menguasai Samarkand pada abad keempat SM dalam kampanye militer menaklukkan Persia. Kota ini pun disebut dalam berbagai sumber Yunani semasa Aleksander Agung sebagai Maracanda. Oleh Aleksander, kota ini dijadikan basis militer yang kuat sebelum menuju India.
Setelah Aleksander wafat, Kekaisaran Makedonia terpecah menjadi tiga. Samarkand menjadi bagian dari satrapi Kekaisaran Seleukia--pecahan Makedonia yang didirikan oleh Jenderal Seleukos I Nikator.
Akan tetapi, Kekaisaran Seleukia sangat lemah di Samarkand karena saking sibuknya berurusan dengan kekaisaran-kekaisaran Yunani. Samarkand kemudian dikuasai oleh Kekaisaran Kushan yang berkuasa dari India utara, Persia timur, sampai Uzbekistan.
Berbagai kekuasaan pun menguasai Samarkand sejak runtuhnya kuasa Helenistik. Samarkand juga pernah ditaklukkan oleh Kekaisaran Sasaniyah sekitar 260 M. Penaklukkan berikutnya terjadi pada 350-375 M oleh suku nomaden Xionit.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR