Beragam Alat Pembayaran Unik yang Pernah Digunakan, Ada Kulit Tupai

By Sysilia Tanhati, Selasa, 29 Oktober 2024 | 16:41 WIB
Selama ribuan tahun peradaban manusia, ada banyak benda aneh yang digunakan sebagai alat pembayaran.
Selama ribuan tahun peradaban manusia, ada banyak benda aneh yang digunakan sebagai alat pembayaran. (Geni /CC BY-SA 4.0)

Nationalgeographic.co.id—Ribuan tahun lalu, kota pertama berubah menjadi kota besar dan manusia mulai berdagang barang satu sama lain. Saat itu, sistem barter memunculkan kebutuhan akan bentuk mata uang.

Logam berharga berfungsi sebagai bentuk tanda terima untuk biji-bijian yang disimpan dalam silo dan digunakan dengan cara ini selama ratusan tahun. Batangan logam akhirnya berubah menjadi koin.

Tentu saja, koin bukanlah satu-satunya representasi uang atau alat pembayaran. Berbagai barang lain digunakan untuk menunjukkan nilai dan dipertukarkan antara pembeli dan penjual.

Berikut adalah 9 alat tukar atau alat pembayaran paling aneh yang pernah digunakan dalam sejarah peradaban manusia.

Garam

Garam telah digunakan sebagai alat pembayaran sejak zaman kuno. Menurut legenda, tentara Romawi dibayar dengan garam. Kata untuk garam dalam bahasa Latin adalah sal. Kata sal diperkirakan telah berevolusi menjadi kata salarium, yang menjadi asal kata salary saat ini. Kemungkinan kebenarannya adalah bahwa garam digunakan sebagai pengganti koin saat koin tidak tersedia. “Dan praktik ini mungkin tidak begitu umum,” tulis Greg Beyer di laman The Collector.

Garam telah digunakan sebagai alat pembayaran sejak zaman kuno. Menurut legenda, tentara Romawi dibayar dengan garam.
Garam telah digunakan sebagai alat pembayaran sejak zaman kuno. Menurut legenda, tentara Romawi dibayar dengan garam. (Lorena)

Meskipun demikian, garam digunakan sebagai alat pembayaran dan masih digunakan sebagai mata uang oleh para pengembara di Dataran Danakil di Ethiopia. Praktik ini mungkin lebih sering diterapkan di zaman kuno, karena garam sangat berharga dan terkadang sulit didapat.

Pedagang budak Yunani menukar garam dengan budak. Praktik ini dianggap sebagai asal mula ungkapan seseorang yang tidak layak mendapatkan garamnya atau tidak berharga.

Kulit tupai

Di Finlandia, kata raha mengacu pada uang. Namun, ratusan tahun yang lalu, selama era Abad Pertengahan, raha berarti bulu tupai. Dan itulah yang digunakan di Finlandia dan Rusia sebagai uang. Kulit adalah alat pembayaran yang standar, sementara kaki dan moncong dipotong dari kulit untuk mendapatkan “uang receh”.

Kulit tupai merah adalah yang paling berharga. Di Finlandia, sepuluh kulit tupai merah disebut tikkuri, dan 40 kulit dikenal sebagai kiihtelys. Pada suatu waktu, perkiraan nilainya adalah 100 kulit tupai untuk seekor sapi. Di Rusia, khususnya Novgorod, sorochok yang terdiri dari 40 kulit merupakan unit mata uang standar untuk upeti dalam jumlah besar. Hal ini dicatat dalam dokumen-dokumen seperti tongkat penghitungan dan kulit pohon birch.

Mengingat perdagangan bulu yang luas di tempat-tempat utara ini, tidak mengherankan jika sistem seperti itu berkembang.

Keju

Di Italia, ada tradisi kuno penggunaan keju parmesan berbentuk roda besar sebagai alat pembayaran. Praktik ini bermula pada Abad Pertengahan ketika keju tersebut digunakan sebagai jaminan pinjaman bank serta sebagai bentuk alat pembayaran.

Di Italia, ada tradisi kuno penggunaan keju parmesan berbentuk roda besar sebagai alat pembayaran. (Naturpuur/CC BY-SA 4.0)

Satu roda keju parmesan membutuhkan sekitar 125 galon susu untuk membuatnya. “Keju tersebut matang setidaknya selama 12 bulan,” Beyer menambahkan. Beberapa keju parmesan dapat disimpan hingga 4 tahun. Karena itu, keju tersebut sangat berharga.

Setelah Perang Dunia Kedua, ketika Italia mengalami resesi, praktik penggunaan roda keju meringankan situasi keuangan. Terutama bagi para pembuat keju.

Saat ini, Credito Emiliano Bank memiliki dua gudang penuh keju parmesan. Hampir setengah juta keju disimpan di sana, dengan nilai total hampir $200 juta (sekitar 3,15 triliun rupiah).

Gigi lumba-lumba

Penggunaan gigi lumba-lumba sebagai alat pembayaran di Kepulauan Solomon adalah praktik yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Praktik ini masih digunakan hingga kini.

Alat pembayaran ini menjadi sangat berharga selama resesi global. Akibatnya, industri perburuan lumba-lumba di Kepulauan Solomon menuai kritik dari para pencinta lingkungan.

Gigi lumba-lumba dapat digunakan untuk banyak transaksi tetapi sangat penting dalam peran tradisional. Pembelian seorang pengantin biasanya menghabiskan biaya sekitar 1.000 gigi lumba-lumba, yang berarti kematian sepuluh lumba-lumba.

Teh yang berbentuk seperti batu bata

Di banyak bagian Asia Timur, teh secara tradisional ditekan hingga menjadi balok, meskipun praktik ini tidak seumum dulu.

Teh bubuk yang dibuat dengan cara ini dipadatkan dengan mengemasnya ke dalam cetakan. Kemudian ditekan menjadi batu bata kecil. Dalam bentuk ini, bata bahkan dapat dicap dengan desain.

Nilai teh yang tinggi di bagian dunia ini menyebabkan terbentuknya teh yang digunakan sebagai alat pembayaran. (T.Voekler/CC BY-SA 3.0)

Nilai teh yang tinggi di bagian dunia ini menyebabkan terbentuknya teh yang digunakan sebagai alat pembayaran. Praktik ini khususnya meluas di Siberia. Di sana, teh yang dipadatkan dalam bentuk bata atau cakram berfungsi sebagai alat pembayaran yang dapat dimakan.

Di Tibet, bata teh yang digunakan “dicetak” di Provinsi Sichuan di sebelah timur. Berbagai kualitas teh digunakan untuk menghasilkan batu bata dengan nilai yang berbeda-beda.

Batu rai atau fei

Di Pulau Yap di Mikronesia, cakram batu yang diukir dengan lubang di tengahnya digunakan sebagai alat pembayaran. Yang membuatnya unik adalah bahwa cakram tersebut bervariasi dalam ukuran dan berat. Dari cakram yang berdiameter lebih dari 2,5 cm hingga cakram besar dengan diameter beberapa meter. Maka banyak dari “koin” ini terbukti mustahil untuk dibawa-bawa.

Batu rai dengan tinggi sekitar 2,4 meter. (Eric Guinther/CC BY-SA 3.0)

Disebut batu rai di utara pulau dan batu fei di selatan, cakram ini digunakan untuk keperluan tradisional dalam perdagangan. Batu yang lebih besar disertai dengan sejarah lisan. Sejarah lisan ini adalah daftar pemilik sebelumnya. Setelah batu tersebut berganti pemilik, sejarah lisan tersebut harus diperbarui.

Nilai batu tidak hanya ditentukan oleh ukuran. Prestise pemiliknya dapat diperhitungkan, begitu pula cerita apa pun tentang keberadaan batu tersebut. Dalam satu contoh, seorang penduduk desa mencoba mengangkut batu melalui laut, tetapi kapalnya terbalik, dan laut merenggut batu tersebut. Meskipun demikian, batu tersebut terus berpindah pemilik.

Notgeld

Notgeld, bahasa Jerman untuk uang darurat, secara teknis adalah alat pembayaran yang digunakan sebagai alternatif uang pada saat krisis. Saat krisis, tidak ada cukup uang riil untuk dibagikan. Notgeld umumnya dikaitkan dengan Jerman dan Austria selama Perang Dunia Pertama dan tahun-tahun antarperang. Di masa itu, terjadi hiperinflasi menyebabkan krisis keuangan besar-besaran dan Jerman harus menjadi inventif dengan ekonomi mereka.

Berbagai contoh uang kertas notgeld Jerman, 1917–1919. (Takkk/CC BY-SA 3.0)

Tempat penerbitannya bisa berupa perusahaan, bank, atau kotamadya, dan uang tersebut biasanya memiliki tanggal kedaluwarsa. Akibatnya, ada banyak sekali jenis notgeld dan semua bentuk yang berbeda telah menjadi sangat berharga untuk dikoleksi.

Namun, bagian yang paling aneh adalah bahwa meskipun kertas biasanya digunakan, ketika kesulitan ekonomi meningkat, kertas tidak selalu tersedia. Sebaliknya, media lain harus digunakan. Ini termasuk kulit, kayu, linen, karton bekas, kartu remi, atau aluminium foil. Bahkan benda-benda aneh seperti batu bara, belerang, dan porselen pun digunakan.

Pengo Hungaria

Hiperinflasi dapat menyebabkan hal-hal buruk bagi ekonomi dan mata uang suatu negara. Contoh terkenal adalah masalah ekonomi di Jerman setelah Perang Dunia Pertama. Dan yang lebih baru, krisis ekonomi di Zimbabwe yang menyebabkan penerbitan uang kertas senilai 100 triliun dolar.

Pengo Hungaria yang memiliki nilai 100.000.000. (Magyar Nemzeti Bank)

Kasus hiperinflasi yang lebih buruk terjadi di Hungaria pada tahun 1946 setelah Perang Dunia Kedua. Dalam contoh hiperinflasi tertinggi yang pernah tercatat, harga-harga di negara itu berlipat ganda setiap 15 jam.

Hasilnya, uang kertas 100 kuintiliun pengo menjadi uang kertas dengan denominasi tertinggi yang pernah dicetak. Nilainya sekitar 20 sen dolar Amerika Serikat.

Rubel plastik Transnistria

Transnistria adalah republik sempalan yang tidak diakui di tepi timur Moldova. Pada tahun 2014, selain uang kertas yang mewakili nilai yang sama, empat denominasi koin plastik diperkenalkan. Setiap denominasi memiliki bentuk yang berbeda untuk memudahkan penggunaan bagi mereka yang memiliki masalah penglihatan. Koin 1 rubel berbentuk bulat. Koin 3 rubel berbentuk persegi. Koin 5 rubel berbentuk pentagonal. Serta koin 10 rubel berbentuk heksagonal.

Transnistria adalah republik sempalan yang tidak diakui di tepi timur Moldova. Pada tahun 2014, selain uang kertas yang mewakili nilai yang sama, empat denominasi koin plastik diperkenalkan. (AnToni )

Plastik yang digunakan untuk membuat koin tersebut merupakan komposit berkualitas tinggi. Dan koin tersebut sangat sulit ditekuk atau dipatahkan. Koin tersebut terbukti tidak populer di kalangan generasi tua, yang menganggap koin tersebut jelek dan tidak tahan lama.

Alat pembayaran atau alat tukar hanyalah barang apa pun yang memiliki nilai yang dipersepsikan. Alat pembayaran itu digunakan sebagai pembayaran untuk barang dan jasa. Sepanjang sejarah dunia, dinamika dalam berbagai budaya telah menyebabkan penggunaan berbagai macam hal sebagai alat pembayaran.

Masa depan membawa kita pada teknologi baru, peluang baru, dan budaya baru. Jadi, mungkin akan muncul banyak hal aneh akan dianggap memiliki nilai. Dan hal atau benda tersebut bisa digunakan digunakan dengan cara yang sama seperti uang selama ini.