Palmyra telah bertahan dari berbagai penaklukan dan berpindah tangan berkali-kali sepanjang sejarah dunia. Meskipun telah rusak beberapa kali selama berabad-abad, tidak ada yang menyebabkan kerusakan historis sebanyak ISIS.
ISIS merebut kota tersebut pada tahun 2015 selama Perang Saudara Suriah. Saat itu, mereka awalnya berjanji tidak akan melakukan serangan apa pun terhadap reruntuhan kota tersebut. Namun janjinya diingkari hanya dalam beberapa hari berselang.
ISIS memulai aksinya pada 23 Mei 2015 dengan menghancurkan Singa Al-lat dan patung-patung lainnya. Sebulan kemudian, mereka meledakkan Kuil Baalshamin dan seminggu setelah itu, ISIS menghancurkan ruang bawah tanah Kuil Bel. Seakan belum puas menghancurkan jejak-jejak sejarah, mereka tidak berhenti di situ.
Pada bulan September tahun yang sama, ISIS telah menghancurkan tiga makam menara yang paling terawat di kota itu. Termasuk Menara Elahbel yang terkenal.
Pada bulan Oktober, media mulai melaporkan bahwa ISIS telah menjauh dari bangunan-bangunan yang memiliki konotasi keagamaan. Mereka terus menghancurkan bangunan-bangunan lainnya. Penghancuran tersebut berlanjut selama 2 tahun berikutnya.
Penghancuran Palmyra dipandang sebagai upaya untuk menghapus tengara budaya dan sejarah yang dianggap tidak sesuai dengan ideologi mereka. Dunia marah dengan tindakan vandalisme budaya ini. Banyak negara serta organisasi mengutuk penghancuran tersebut dan menyerukan perlindungan situs warisan budaya.
Setelah kota itu direbut kembali dari ISIS, renovasi dimulai, tetapi kerusakannya sudah sangat parah. Pada tahun 2022, sejumlah situs dibuka kembali untuk umum setelah restorasi, tetapi prosesnya akan panjang dan sulit.
Penghancuran Persepolis
Meskipun penghancuran banyak monumen besar dalam sejarah memang disengaja, terkadang keadaan menjadi tidak terkendali. Persepolis adalah ibu kota Kekaisaran Persia, yang terletak di wilayah Iran modern.
Kota ini dikenal dengan bangunan, istana, dan patungnya yang megah. “Persepolis merupakan simbol kekuatan dan budaya Persia saat itu,” ujar Mitchell.
Dalam sejarah dunia kuno, Yunani kuno dan Persia memiliki persaingan yang panjang dan rumit. Secara khusus, orang Yunani tidak pernah memaafkan orang Persia atas penghancuran Athena pada tahun 480 SM.