Sayangnya, setelah Taliban menguasai wilayah tersebut, mereka memutuskan Buddha Bamiyan harus disingkirkan. Apa alasannya? Taliban menganggap patung-patung itu sebagai penyembahan berhala. Penghancuran dimulai pada 2 Maret 2001.
Namun, Buddha Bamiyan tidak runtuh tanpa perlawanan, penghancuran ternyata memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Taliban memulai dengan menggunakan tembakan artileri, yang menyebabkan kerusakan berat tetapi tidak menghancurkan kedua patung sepenuhnya.
Taliban selanjutnya mencoba menempatkan ranjau antitank di dasar kedua monumen tersebut. Dengan cara itu, ketika puing-puing jatuh ke lantai, ranjau tersebut meledak dan menyebabkan kerusakan yang lebih parah. Cara tersebut berhasil sampai batas tertentu, tetapi Buddha Bamiyan masih berdiri.
Akhirnya, Taliban menggunakan metode rapelling dan menempatkan dinamit di lubang yang dibuat oleh upaya mereka sebelumnya. Prosesnya memakan waktu beberapa minggu. Namun pada 21 Maret 2001, Taliban berhasil menghancurkan monumen bersejarah yang penting.
Penghancuran ini bukan hanya tragedi bagi umat Buddha, melainkan juga bagi semua orang yang menghargai pelestarian sejarah dunia dan seni. Tidak mengherankan, ada protes internasional yang besar.
Banyak negara dan organisasi telah berupaya membangun kembali patung-patung tersebut, atau membuat replikanya. Namun tidak ada yang dapat menggantikan karya seni asli.
Pembakaran Perpustakaan Nalanda di India
Perpustakaan Nalanda dulunya merupakan salah satu pusat pembelajaran terpenting di India. Perpustakaan itu merupakan bagian dari Universitas Nalanda yang terkenal, yang didirikan pada abad ke-5 Masehi. Nalanda dianggap sebagai salah satu universitas tertua dan paling bergengsi di seluruh dunia di masa itu.
Seperti Perpustakaan Alexandria, Perpustakaan Nalanda merupakan gudang besar pengetahuan dan teks kuno. Tempat ini menyimpan banyak koleksi manuskrip yang mencakup segala hal. Mulai dari sains, matematika, dan kedokteran hingga filsafat dan agama. Tempat ini merupakan pusat pembelajaran yang menarik para cendekiawan dan pelajar dari seluruh dunia, termasuk Tiongkok kuno, Tibet, dan Korea.
Sayangnya, perpustakaan tersebut hancur. Saat itu, pasukan Dinasti Ghurid (Dinasti Persia) yang dipimpin oleh Bakhtiyar Khilji menyerbu daerah tersebut. Mereka mulai menyerang Universitas Nalanda dan biara-biara di sekitarnya.
Perpustakaan tersebut kemungkinan besar dibakar oleh tentara penjajah. Banyak cendekiawan dan pelajar yang belajar di universitas tersebut dihukum mati. Perusakan terus berlangsung setelah itu.
Namun tingkat kerusakan yang sebenarnya dan jumlah manuskrip yang hilang tidak diketahui. Diperkirakan Perpustakaan Nalanda berisi lebih dari 9 juta volume manuskrip.
Pada zaman modern, berbagai upaya telah dilakukan untuk menghidupkan kembali Universitas Nalanda. Kini, Nalanda telah dibangun kembali sebagai lembaga pendidikan modern. Namun, hilangnya perpustakaan kuno beserta koleksi pengetahuan menjadi kehilangan yang tak tergantikan bagi sejarah dunia.
Perusakan Museum Baghdad
Museum Baghdad, yang juga dikenal sebagai Museum Irak, adalah salah satu museum terpenting di Timur Tengah. Museum ini menyimpan banyak koleksi artefak dari Mesopotamia kuno. Termasuk peradaban Sumeria, Babilonia, dan Asyur. Sayangnya, koleksi megahnya mengalami kerusakan parah selama Perang Irak pada tahun 2003.
Setelah jatuhnya Saddam Hussein, kekacauan terjadi di sebagian besar Baghdad. Para penjarah memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang. Mereka membobol museum yang sebagian besar tidak dijaga dan mencuri banyak artefak tak ternilai. Termasuk Vas Warka yang terkenal dan Topeng Warka.
Penjarahan tersebut mendapat kecaman luas dari masyarakat internasional. Untungnya, selama bertahun-tahun sejak saat itu, banyak artefak yang hilang telah ditemukan kembali.
Ada upaya internasional besar-besaran untuk memulihkan museum dan koleksinya. Meskipun museum dibuka kembali pada tahun 2015, ribuan artefak masih hilang. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun bagi koleksi museum tersebut untuk pulih sepenuhnya.
Kisah-kisah tentang kehancuran arkeologi yang dahsyat sepanjang sejarah dunia mengingatkan kita akan kerapuhan masa lalu. Juga tentang pentingnya melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang.
Hilangnya artefak, monumen, dan kota-kota kuno yang tak ternilai harganya karena perang, bencana alam, dan kelalaian manusia adalah tragedi.
Peristiwa tragis ini menjadi pengingat akan perlunya melindungi warisan sejarah. Dengan memahami dan menghormati masa lalu, kita dapat belajar, mengambil inspirasi, dan membangun masa depan yang lebih baik.