Nationalgeographic.co.id—Pembagian masyarakat ke dalam berbagai kelas sosial telah terjadi di sebagian peradaban. Tidak terkecuali pada zaman Yunani kuno. Kelas sosial ditentukan oleh beberapa faktor seperti kelahiran, kekayaan, pekerjaan, dan kewarganegaraan.
Masyarakat Yunani kuno tidak memiliki stratifikasi yang kaku seperti beberapa peradaban kuno lainnya. Akan tetapi ada pembagian sosial yang jelas yang berperan dalam menentukan status dan hak istimewa seseorang.
Tentu saja, pembagian kelas sosial sangat bervariasi sepanjang sejarah Yunani kuno dan antara negara-kota serta kerajaan Yunani. Untuk membuat topik ini lebih mudah dipahami, maka perlu dibahas terpisah antara Athena dan Sparta.
Kelas sosial di Yunani kuno
Meskipun masyarakat di negara-negara kota Yunani kuno dapat sangat bervariasi, ada kesamaan tertentu di antara mereka. Kehidupan politik didominasi oleh laki-laki yang memiliki hak untuk memilih dan memiliki tanah.
Warga negara laki-laki dewasa di Yunani kuno umumnya dibagi menjadi tiga atau empat kelas utama. Masing-masing dengan serangkaian hak dan tanggung jawab mereka sendiri.
Perempuan, meskipun dikaitkan dengan kelompok laki-laki, tidak memiliki hak warga negara.
Anak-anak umumnya dikategorikan sebagai mereka yang berusia di bawah 18 tahun. Kemudian Budak, yang dikenal sebagai douloi, mengemban tanggung jawab sipil atau militer.
Orang asing, baik non-residen (xenoi) maupun penduduk asing (metoikoi), memiliki status yang lebih rendah daripada warga negara laki-laki dalam hierarki sosial.
Athena
Di Athena, setelah reformasi Solon pada abad ke-6 SM, orang-orang umumnya dikelompokkan ke dalam empat kelas sosial utama, yaitu pentacosiomedimnoi, hippeis, zeugitae, dan thetes. Di bagian bawah terdapat budak yang memiliki hak paling sedikit.
Baca Juga: Mengapa Pria Sparta Pada Zaman Yunani Kuno Berambut Panjang?
Pentacosiomedimnoi adalah kelas warga negara tertinggi, yang terdiri dari individu yang properti atau tanahnya dapat menghasilkan 500 medimnoi barang basah atau kering (atau yang setara) per tahun.
Medimnoi sendiri adalah satuan ukuran kuno Yunani untuk volume, terutama digunakan untuk mengukur hasil panen kering seperti biji-bijian.
Anggota kelas ini memenuhi syarat untuk semua posisi puncak pemerintahan di Athena, termasuk posisi sembilan archon dan bendahara, keanggotaan dalam Dewan Areopagus (sebagai mantan archon), Dewan 500, dan partisipasi dalam Ecclesia (majelis Athena).
Mereka juga dapat bertugas sebagai jenderal (strategoi) dalam tentara Athena.
Selanjutnya ada Hippeis yang merupakan kelas sosial tertinggi kedua. Anggotanya diharuskan memiliki setidaknya 300 medimnoi atau yang setara sebagai pendapatan tahunan.
Meskipun mereka memiliki status yang lebih rendah daripada pentacosiomedimnoi, mereka masih memiliki pengaruh dan hak istimewa yang cukup besar.
Hippeis juga merupakan istilah untuk pasukan kavaleri di banyak negara-kota Yunani kuno.
Sementara Zeugitae adalah individu yang properti atau tanahnya dapat menghasilkan 200 medimnoi barang basah atau kering (atau yang setara) per tahun.
Mereka sering dikaitkan dengan kepemilikan kuk lembu atau kemampuan untuk memperlengkapi diri mereka sebagai hoplites (prajurit infanteri bersenjata lengkap).
Anggota kelas ini dapat bertugas sebagai hoplites di pasukan Athena dan diberi hak untuk memegang jabatan politik kecil tertentu.
Seiring berjalannya waktu, status mereka meningkat, dan mereka akhirnya diizinkan untuk memegang jabatan archon dan berpartisipasi dalam berbagai posisi dan badan pemerintahan.
Baca Juga: Bagaimana Orang Yunani Kuno Mendesain Kota dan Permukiman Mereka?
Terakhir ada Thetes. Mereka adalah warga negara yang bekerja untuk upah atau memiliki pendapatan tahunan kurang dari 200 medimnoi (atau yang setara).
Mereka dapat berpartisipasi dalam Ecclesia dan bertugas sebagai juri di pengadilan hukum Heliaia.
Namun, thetes dikecualikan dari tugas di Boule (Dewan 500) dan memegang posisi magisterial yang lebih tinggi.
Dalam reformasi selanjutnya, thetes diberdayakan untuk memegang jabatan publik, yang menandai perubahan dalam status dan pengaruh politik mereka.
Kelas-kelas sosial ini secara umum didefinisikan berdasarkan kepemilikan properti dan tingkat pendapatan, yang pada gilirannya menentukan kelayakan seseorang untuk jabatan dan posisi politik tertentu dalam masyarakat Athena.
Selain itu, hak dan keistimewaan khusus dari kelas-kelas ini dapat berubah seiring waktu karena reformasi dan perubahan dinamika politik.
Sparta
Masyarakat Sparta diorganisasikan menurut sistem sosial hierarkis yang kaku yang dirancang untuk mendukung militer.
Bangsa Sparta menghubungkan asal mula sebagian besar hukum dan organisasi sosial mereka dengan pembuat hukum legendaris Lycurgus, meskipun historisitasnya masih diperdebatkan.
Spartiates (Warga Sparta) adalah kelas tertinggi dalam masyarakat Sparta. Mereka adalah warga negara penuh yang merupakan keturunan dari prajurit Sparta asli yang telah berhasil menyelesaikan agoge, sistem pelatihan dan pendidikan yang ketat.
Bangsa Sparta diharuskan menjadi pemilik tanah, karena mereka diharapkan untuk memberikan layanan militer sebagai hoplites.
Mereka menikmati hak-hak politik dan memiliki keistimewaan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan majelis Sparta. Bangsa Sparta adalah kelas penguasa dan memegang monopoli atas kekuasaan politik.
Sementara Perioeci adalah penduduk bebas Sparta yang bukan warga negara penuh. Mereka biasanya adalah pengrajin terampil, pedagang, dan petani yang tinggal di daerah sekitar Sparta tetapi tidak diizinkan untuk berpartisipasi dalam urusan politik kota.
Mereka memiliki sejumlah otonomi di komunitas lokal mereka dan bertanggung jawab atas kegiatan perdagangan dan manufaktur yang mendukung ekonomi Sparta.
Meskipun bukan warga negara, perioeci diwajibkan untuk memberikan dukungan militer, biasanya sebagai infanteri ringan, dan tunduk pada otoritas Sparta.
Selanjutnya ada Helot yang merupakan kelas terendah dalam masyarakat Sparta dan merupakan bagian penting dari populasi.
Mereka pada dasarnya adalah budak yang bekerja di tanah, menyediakan hasil pertanian untuk orang Sparta.
Helot terikat dengan tanah dan dimiliki secara kolektif oleh negara Sparta. Mereka memiliki hak terbatas dan tunduk pada otoritas orang Sparta.
Helot juga diwajibkan untuk bekerja sebagai buruh selama masa perang dan dapat digunakan sebagai pembantu dalam pasukan Sparta.
Ketakutan akan pemberontakan helot memengaruhi banyak aspek masyarakat Sparta, termasuk fokus militer dan kontrol sosial yang ketat.
Struktur sosial Sparta berpusat pada upaya mempertahankan masyarakat yang sangat disiplin dan militeristik.
Bangsa Sparta memegang peran dominan karena status mereka sebagai warga negara-prajurit, dan peran perioeci dan helot sangat penting dalam mendukung cara hidup Sparta.
Penekanan unik pada pelatihan militer dan penaklukan helot berkontribusi pada karakter khas masyarakat Sparta di Yunani kuno.