Tradisi 'Tabuik' Minangkabau Warisan Perang Karbala Era Kekhalifahan

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 10 November 2024 | 16:00 WIB
Tabuik sekitar tahun 1910-1920 (wikipedia)

Nationalgeographic.co.id—Salah satu upacara tradisional Minangkabau berhubungan dengan kepercayaan yang masih bisa dilihat sekarang ini adalah upacara tabuik yang dilaksanakan oleh masyarakat di Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat.

Refisrul dalam Tabuik Ceremony; Religious Ritual of Pariaman Community sebagaimana dimuat dalam jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya mengungkap bahwa upacara tabuik yang diadakan setiap tahun pada tanggal 1-10 Muharam dan dilakukan oleh masyarakat daerah Pantai Barat Sumatera, yaitu Bengkulu, Maulaboh, Barus, Natal dan Pariaman.

"Sekarang ini, tradisi itu hanya dilaksanakan dan digemari hanya oleh masyarakat di Pariaman dan Bengkulu, sementara daerah-daerah lainnya tidak melaksanakan lagi," ungkapnya.

Upacara tabuik dilaksanakan dalam rangka memperingati syahidnya Husein bin Ali bin Abi Thalib (cucu nabi Muhammad) di Padang Karbala yang ditandai dengan usungan keranda tabuik sebagai simbol jasad Husein.

Upacara tabuik merupakan personifikasi dari kisah Perang Karbala yaitu peperangan yang terjadi antara Husein bin Ali bin Abi Thalib dengan Raja Yazid bin Muawiyah dari Syam yang terjadi pada bulan Muharam tahun 61 H di tanah Arab.

Upacara tabuik menjadi salah satu identitas budaya yang dimiliki oleh masyarakat dan daerah Pariaman, sebagaimana tercermin dari ungkapan berikut ini:

Pariaman tadanga langang,Batabuik mangkonyo rami Dek sanak tadanga sanang Baolah tompang badan diri

Pariaman terdengar lengang Batabuik makanya ramai Mendengar sanak sudah senang Bawalah menumpang badan diri

"Dulunya perayaan tabuik dilakukan bangsa Cipei atau Keling (Tamil Islam) dan dianggap sebagai peristiwa sakral (terbunuhnya seorang Imam yang sangat dikagumi) bagi kaum Syi’ah khususnya dan umat Islam lain umumnya," papar Refisrul.

Peristiwa itu sangat menyedihkan terutama bagi pengikut kaum Syiah yang sangat fanatik terhadap Imam Husein, sehingga dimanapun mereka berada tetap memperingati peristiwa tersebut dengan batabuik atau menyelenggarakan upacara tabuik. 

Menurut Refirsul, pengikut Syi’ah pada umumnya terdapat di Irak dan Iran. Sementara budaya tabuik mulanya berasal dari Irak, lalu menyebar ke Iran, India, Aceh, Bengkulu, dan Pariaman.

Baca Juga: Tidak Ada 'Rumah Makan Padang' di Padang, Bagaimana Persebarannya Bermula?