Bagaimana Pulau di Filipina 'Lolos' dari Ancaman Tenggelam Berkat Ekosistem Karbon Biru?

By Ade S, Sabtu, 9 November 2024 | 10:03 WIB
Ilustrasi. Pulau-pulau di Filipina terancam tenggelam akibat perubahan iklim. Namun, ada harapan! Temukan bagaimana ekosistem karbon biru menyelamatkan mereka. (wirestock/freepik.com)

Keputusan ini bagaikan petir di siang bolong bagi masyarakat Tubigon. Mereka harus meninggalkan kampung halaman, tanah leluhur, dan segala kenangan indah yang terikat di sana.

Contoh nyata dari dampak perubahan iklim

Komunitas pesisir, khususnya di negara-negara seperti Filipina, tengah menghadapi ancaman eksistensial yang semakin nyata. "Kenaikan permukaan laut yang semakin cepat, ditambah dengan peristiwa cuaca ekstrem," jelas Anne Cortez di laman Global Dev.

Bayangkan hidup dalam bayang-bayang air yang terus merangkak naik, perlahan tapi pasti, menenggelamkan rumah-rumah dan menghancurkan kehidupan. Fenomena ini bukan sekadar prediksi masa depan, melainkan realitas yang sudah terjadi saat ini.

Mirip dengan negara-negara kepulauan kecil berkembang (SIDS) lainnya seperti Tuvalu dan Maladewa, daerah pesisir rendah di seluruh dunia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Ilustrasi. Pulau-pulau di Filipina terancam tenggelam akibat perubahan iklim. Namun, ada harapan! Temukan bagaimana ekosistem karbon biru menyelamatkan mereka. (Freepik.com)

Letak geografis mereka yang berada di garis depan lautan membuat mereka menjadi sasaran empuk bagi bencana alam seperti siklon tropis dan banjir pasang. Kondisi ini semakin diperparah oleh berbagai tantangan pembangunan yang unik, seperti keterbatasan sumber daya dan infrastruktur yang memadai.

Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) memberikan gambaran yang sangat mengkhawatirkan. Dengan peningkatan suhu global sebesar 1,5 derajat Celsius—suatu angka yang sudah hampir kita capai saat ini—permukaan laut akan terus naik secara signifikan.

Akibatnya, wilayah pesisir rendah akan mengalami peristiwa ekstrem seperti gelombang badai dan pasang besar yang terjadi lebih sering dan dengan intensitas yang lebih tinggi. Pada tahun 2050, diperkirakan peristiwa-peristiwa ekstrem ini akan terjadi setiap tahunnya.

Pulau-pulau tenggelam di Tubigon adalah contoh nyata dari dampak perubahan iklim yang sudah terjadi. Komunitas-komunitas di sana harus berjuang untuk bertahan hidup di tengah ancaman tenggelam yang terus membayangi. Nasib yang sama juga mengancam SIDS lainnya.

"Komunitas-komunitas ini berisiko lenyap kecuali tindakan mendesak diambil," tegas Cortez.

Baca Juga: Blue Carbon: Gara-gara Mikroplastik, 'Keperkasaan' Mangrove Bakal Terganggu