Bagaimana Pulau di Filipina 'Lolos' dari Ancaman Tenggelam Berkat Ekosistem Karbon Biru?

By Ade S, Sabtu, 9 November 2024 | 10:03 WIB
Ilustrasi. Pulau-pulau di Filipina terancam tenggelam akibat perubahan iklim. Namun, ada harapan! Temukan bagaimana ekosistem karbon biru menyelamatkan mereka. (wirestock/freepik.com)

Ekosistem karbon biru adalah istilah kolektif untuk menyebut berbagai ekosistem pesisir seperti mangrove, lamun, dan rawa-rawa pasang surut. Meskipun kurang dikenal dibandingkan hutan hujan tropis, ekosistem-ekosistem ini memiliki peran yang sangat krusial dalam mengatasi perubahan iklim.

Penelitian telah membuktikan bahwa ekosistem karbon biru memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon dioksida dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan hutan daratan. Bahkan, beberapa studi menunjukkan bahwa ekosistem ini dapat menyimpan karbon hingga sepuluh kali lebih efektif.

Selain kemampuannya dalam memerangi perubahan iklim, ekosistem karbon biru juga memberikan berbagai manfaat lain bagi masyarakat pesisir. Mangrove, misalnya, berfungsi sebagai benteng alami yang melindungi garis pantai dari abrasi dan gelombang pasang.

Lamun, dengan padang rumput bawah lautnya, menjadi habitat bagi berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya, sehingga mendukung keberlanjutan sektor perikanan. Sementara itu, rawa-rawa pasang surut berperan sebagai penyaring alami yang menjaga kualitas air dan mencegah intrusi air asin ke daratan.

Dengan segala manfaat yang ditawarkannya, pelestarian dan restorasi ekosistem karbon biru menjadi salah satu strategi adaptasi perubahan iklim yang paling menjanjikan.

Ilustrasi. Pulau-pulau di Filipina terancam tenggelam akibat perubahan iklim. Namun, ada harapan! Temukan bagaimana ekosistem karbon biru menyelamatkan mereka. (mrsiraphol/freepik.com)

Bagi komunitas pesisir seperti di Tubigon, ekosistem karbon biru bukan hanya sekadar sumber daya alam, tetapi juga merupakan benteng pertahanan terakhir mereka dalam menghadapi ancaman kenaikan permukaan laut.

Apalagi, menurut Cortez, "Studi telah menunjukkan bahwa melestarikan ekosistem karbon biru merupakan strategi tepat waktu dan hemat biaya untuk membantu komunitas pesisir beradaptasi dengan perubahan iklim."

Harmoni manusia dan alam

Tubigon telah lama menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat pesisir dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan alam. Desa ini telah menunjukkan komitmen yang tak tergoyahkan dalam melestarikan ekosistem karbon birunya, yang menjadi benteng pertahanan pertama mereka melawan ancaman perubahan iklim.

"Strategi mereka dua sisi: menghilangkan praktik penangkapan ikan yang merusak dan melestarikan sumber daya pesisir, terutama mangrove," jelas Cortez.

Baca Juga: Proyek 'Blue Carbon' Pertama Australia Sukses 'Hidupkan Kembali' Lahan Kering