Singkap Cara Hewan Memilih Pemimpin, Ada yang Berdasarkan 'Ketampanan'

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 9 November 2024 | 14:00 WIB
Dari lebah, lumba-lumba, hingga gajah, banyak hewan liar hidup dalam kelompok. Bagaimana mereka memilih pemimpinnya? (USAID Africa Bureau)

Nationalgeographic.co.id—Dari lebah, lumba-lumba, hingga gajah, banyak hewan liar hidup dalam kelompok. Kelompok tersebut memiliki pemimpin. Namun bagaimana pemimpin para kelompok hewan itu dipilih?

Bergantung pada ukuran dan kepribadiannya, simpanse menggunakan kekerasan atau membangun koalisi untuk maju. Pemimpin beberapa spesies, seperti hiena tutul (dubuk), ditentukan oleh jenis kelamin atau garis keturunan, seperti halnya penguasa dalam kerajaan. Ikan stickleback hanya mengikuti yang paling “tampan” dari kelompoknya.

Bagi manusia, usia lanjut pemimpin terkadang dianggap sebagai suatu kelemahan. Namun beberapa spesies hewan merangkul para tetua mereka, kata Jennifer Smith, seorang ahli ekologi perilaku di Mills College di California.

“Seringkali mamalia secara aktif memilih untuk mengikuti hewan yang memiliki lebih banyak pengetahuan dan pengalaman yang terkumpul selama hidupnya,” kata Smith. Smith menjelaskan bahwa hal itu khususnya berlaku pada tetua betina.

Matriarki yang bertanggung jawab

Bagi gajah Afrika, pemimpin kelompok merupakan betina tertua dalam kawanan.

Menurut sebuah penelitian di Taman Nasional Amboseli, gajah-gajah dewasa sangat ahli dalam mengenali auman singa yang berbahaya. Hal tersebut bisa melindungi kerabatnya dari serangan.

Gajah betina dewasa juga menggunakan ingatan mereka yang terkenal untuk memetakan lanskap. Pemimpin memandu kawanan mereka ke sumber daya penting, seperti makanan dan air.

“Kepemimpinan ini didasarkan pada prestise dan prestasi,” kata Smith.

Kawanan orca juga dipimpin oleh betina tertua. Orca betina membimbing kelompok keluarga mereka hingga 50 tahun setelah mereka melahirkan anak terakhirnya.

Penelitian menunjukkan tentang manfaat dari orca betina menuntun kerabatnya. Hal ini sangat penting bagi kelangsungan hidup keluarga orca. Ketika sang “nenek” meninggal, risiko kematian keturunannya pun meningkat.

Baca Juga: Unicorn, Hewan Bertanduk 'Mandraguna' dalam Mitologi Barat, Bisa Jadi Penawar Racun?

“Terutama terjadi ketika makanan langka,” kata Smith. “Pengetahuan ekologis sang nenek sangat penting dalam masyarakat ini.”

Aturan dominasi

Betina alfa juga memimpin klan hiena tutul Afrika, yang mungkin memiliki sebanyak 130 anggota. Setiap betina disortir sejak lahir ke dalam hierarki sosial yang tidak fleksibel.

“Ratu dalam masyarakat hiena tutul mewarisi pangkatnya berdasarkan siapa ibunya. Jadi ada transfer pengetahuan dan kekuasaan secara sosial,” kata Smith.

Beberapa keluarga hidup dalam kelompok hiena yang lebih besar. Para “bangsawan” di puncak dan setiap keluarga diberi peringkat untuk tingkat akses tertentu terhadap makanan dan sumber daya.

Betina alfa dan anak-anaknya, misalnya, mendapatkan akses terbaik terhadap makanan dan dukungan sosial dari kerabat mereka. Hal ini memastikan bahwa betina tersebut lebih sehat dan menghasilkan lebih banyak keturunan.

Menghasilkan keturunan merupakan siklus yang mempertahankan pangkat sosial, dan menempatkan jantan tepat di status kedua.

“Dalam klan hiena, betina memegang kendali dalam hampir setiap aspek kehidupan,” Smith menambahkan.

Kekuatan

Kelompok simpanse dipimpin oleh jantan alfa yang minat utamanya adalah seks. Pemimpin menikmati akses ke betina dan menjadi ayah dari keturunan terbanyak.

Simpanse pemimpin ini menjaga perdamaian dengan membendung pertikaian dalam kelompok. Sang pemimpin juga mengendalikan sumber daya seperti makanan.

Baca Juga: Dunia Hewan: Trik Bertahan Hidup Kumbang Gurun Namib Memanen Air Udara

Pemimpin simpanse ini mempertahankan urutan kekuasaan yang menentukan siapa yang akan kawin dengan siapa. Di kalangan simpanse, tindakan itu merupakan kebaikan politik populer yang diberikan kepada para pendukung.

Simpanse alfa tidak ditentukan berdasarkan kelahiran. Jadi mereka selalu waspada terhadap kemungkinan kudeta dari jantan yang ingin merebut kekuasaan. Akibatnya, banyak pemimpin simpanse menjadi penjahat yang mementingkan diri sendiri.

“Pemimpin bekerja sangat keras untuk mempertahankan status tinggi itu dengan meneror simpanse lain,” kata Michael Wilson, seorang ahli ekologi dari Universitas Minnesota. Wilson mempelajari hubungan kelompok di antara kera besar.

Membangun koalisi

Yang menarik, beberapa simpanse—terutama yang lebih kecil dan kurang agresif—menjadi pemimpin melalui strategi yang sama sekali berbeda. Mereka membangun koalisi.

Di Taman Nasional Gombe Stream di Tanzania, Wilson mempelajari simpanse alfa yang oleh para peneliti diberi nama Freud. Simpanse jantan ini tetap berkuasa dengan membangun ikatan dengan sesama simpanse.

Ia merawat dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan mereka. Simpanse jantan lain yang mengambil pendekatan ini bahkan telah diamati menggelitik bayi.

Dengan mempraktikkan kebaikan—dan beberapa politik kuno—Freud dihargai dengan kesetiaan. Ia mendapatkan keuntungan dari kekuasaan, seperti makanan, perawatan, dan peluang kawin.

Demokrasi melalui tarian

Ratu lebah madu menduduki takhta mereka dengan cara yang sangat kejam. Lebah pekerja menciptakan sekitar selusin calon ratu dengan memberi makan pekerja betina biasa dengan makanan khusus.

Kemudian para pekerja mundur dan membiarkan calon ratu bertarung satu lawan satu. Setiap pertarungan berakhir dengan kemenangan atau sengatan mematikan.

Baca Juga: Sejarah Dunia: Ketika Suara Menjadi Senjata Andalan di Medan Tempur

Lebah terakhir yang bertahan menjadi ratu—meskipun dia bukan pemimpin yang baik. “Fungsinya adalah menjadi petelur,” kata Thomas Seeley, seorang ahli biologi di Universitas Cornell. “Selain menjadi petarung yang terampil, hanya itu yang dia lakukan.”

Terlepas dari penobatan ratu, ketika lebah madu menghadapi keputusan hidup atau mati, mereka bertindak secara demokratis, kata Seeley. Misalnya, ke mana harus memindahkan sarang yang terancam atau apakah akan memisahkan sarang yang berhasil.

Beberapa ratus lebah mencari lokasi sarang baru dan kembali ke sarang untuk melaporkan kembali lokasi utama ini. Semakin bersemangat seekor lebah menari—menyampaikan informasi tentang arah dan jarak ke lokasi tersebut—semakin menarik perhatian lebah lain.

Sejumlah lebah mengunjungi lokasi yang sangat baik. Saat itu, lebah-lebah di lokasi baru menyadari bahwa mereka telah mencapai kuorum dan memenangkan “pemilihan.” Mereka kemudian kembali ke sarang untuk meminta yang lain bertindak berdasarkan hasil tersebut.

Bagi lebah, bersikap jujur ​​tentang kesesuaian calon rumah mereka sangatlah penting.

“Keberhasilan setiap lebah bergantung pada koloni yang melakukannya dengan baik,” katanya, “Jadi mereka hanya melaporkan hal-hal dengan benar. Jika tidak, mereka hanya akan merugikan diri sendiri.” Sebuah ajaran yang mungkin bermanfaat bagi spesies lain, termasuk manusia.

Memimpin berdasarkan konsensus

Ilmuwan politik menyelidiki sejauh mana manusia memilih pemimpin berdasarkan daya tarik. Daya tarik juga menjadi kriteria yang juga diterapkan di alam nonmanusia.

Ikan stickleback berduri tiga, ikan kecil asli Belahan Bumi Utara, melihat daya tarik fisik. Mereka seakan mencari pemimpin yang paling "tampan" Spesies ini memilih pemimpin yang montok, dengan kulit halus (dan karenanya bebas penyakit). Faktor-faktor tersebut menunjukkan kesehatan yang kuat dan keterampilan bertahan hidup.

Ikan stickleback berduri tiga, ikan kecil asli Belahan Bumi Utara, melihat daya tarik fisik untuk memilih pemimpinnya. (Ron Offermans/CC BY-SA 3.0)

Begitu seekor ikan dalam kawanan mengidentifikasi pemimpin yang menarik itu dan mulai mengikutinya, seluruh kelompok akan mengikuti mayoritas.

Semakin besar kawanan, semakin besar kemungkinan ikan mengikuti pemimpin yang benar. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah yang banyak dapat membantu.

Namun seperti halnya manusia, pendekatan konsensus dapat memiliki kekurangan. Terkadang beberapa ikan mengikuti ikan yang kurang menarik, yang membuat seluruh kelompok tersesat.