Nationalgeographic.co.id - Hampir semua makanan utama di pelbagai kebudayaan manusia mengandung karbohidrat. Mulai dari beras, roti, pasta, mi, sampai sagu, mengandung zat yang dapat menyebabkan obesitas ini. Kita pun tidak bisa lepas darinya, walaupun berusaha menguranginya untuk menurunkan berat badan.
Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan apa yang membuat kita keranjingan memakan makanan mengandung karbohidrat. Sumbernya ternyata berasal enzim amilase saliva yang berperan memecah pati menjadi gula di dalam mulut.
Di dalam enzim tersebut, terdapat gen purba yang disebut AMY 1 yang mendorong adaptasi memakan makanan bertepung sejak 800.000 tahun yang lalu. Gen ini diperkirakan muncul jauh sebelum manusia mengembangkan kebudayaan pertanian.
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa leluhur manusia modern dengan kebudayaan pemburu pengumpul dan bahkan Neanderthal memiliki banyak salinan gen ini.
Lebih lanjut, para peneliti menganalisis genom kuno leluhur 68 manusia kuno dari masa pemburu pengumpul hingga menjelang terbentuknya peradaban pertanian. Hasil penelitian ini dipublikasikan di Science dengan judul "Reconstruction of the human amylase locus reveals ancient duplications seeding modern-day variation" pada 17 Oktober 2024.
Pada sampel tersebut, para peneliti mendapati bahwa semua spesies manusia, termasuk Denisova, memiliki rata-rata empat hingga delapan salinan AMY1 per diploid. Semua sampel ini berasal dari kawasan Eurasia, termasuk kerangka dari Siberia berusia 45.000 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa manusia sudah bermigrasi ke seluruh Eurasia dengan berbagai jumlah salinan AMY1.
"Ini menunjukkan bahwa gen AMY1 mungkin pertama kali terduplikasi lebih dari 800.000 tahun yang lalu, jauh sebelum manusia terpisah dari Neanderthal dan jauh lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya," kata Kwondo Kim, salah satu penulis utama penelitian ini dari The Jackson Laboratory for Genomic Medicine, dikutip dari rilis University at Buffalo (UB).
Seiring waktu, gen ini semakin banyak, sehingga menjadi dasar bagi variasi genetik kita yang luas hingga saat ini. Jumlah gen yang semakin banyak memengaruhi bagaimana kita mencerna makanan berkarbohidrat.
AMY1 membantu manusia menghadapi pelbagai lingkungan. Salinan AMY1 yang semakin dapat menduplikasi diri, membantu kita beradaptasi dengan pola makan baru, terutama yang kaya akan karbohidrat. Duplikasi awal menghasilkan tiga salinan AMY1 dalam setiap satu sel yang mulai menciptakan variasi baru.
Leluhur manusia di Eropa, ketika telah memasuki peradaban pertanian, lonjakan AMY1 semakin meningkat selama 4.000 tahun terakhir. Hal itu disebabkan jenis tanaman yang dikonsumsi dari pertanian kaya akan pati.
"Individu dengan jumlah salinan AMY1 yang lebih tinggi kemungkinan mencerna pati dengan lebih efisien dan memiliki lebih banyak keturunan," kata Omer Gokcumen, salah satu penulis utama studi dari UB College of Arts and Sciences.
Baca Juga: Mengapa Indonesia Tergantung pada Beras dan Mengapa Ini Berbahaya?