Nationalgeographic.co.id—Perbudakan orang-orang Afrika menjadi bagian ironi yang panjang dalam sejarah. Bukan hanya saat mereka dipekerjakan di darat, tapi sejak mereka diangkut ke geladak kapal dan melalui perjalanan panjang menuju Dunia Baru, Amerika.
Aaron O'Neill memublikasi catatan perjalanan budak menuju ke Dunia Baru dalam narasi singkatnya pada Statista berjudul Annual share of slaves who died during the Middle Passage 1501-1866, terbit 12 Agustus 2024.
Ia menyebut bahwa selama 385 tahun, dari tahun 1501 hingga 1866, diperkirakan perdagangan budak transatlantik menyebabkan lebih dari 12,5 juta orang Afrika secara paksa dimasukkan ke dalam kapal budak dan diangkut ke Amerika.
Dari 12,5 juta tersebut, tercatat hanya 10,7 juta yang diturunkan di seberang Atlantik, yang berarti sekitar 1,8 juta (14,5 persen) tidak selamat dalam perjalanan yang dikenal sebagai Jalur Tengah.
Sepanjang sebagian besar abad ke-16, angka kematian berkisar sekitar tiga puluh persen, kemudian turun menjadi di bawah dua puluh persen pada akhir abad ke-17, dan di bawah lima belas persen pada akhir abad ke-18.
Terjadi sedikit peningkatan pada pertengahan tahun 1800-an, sebelum perdagangan budak transatlantik berakhir secara efektif pada tahun 1860-an. Angka kematian rata-rata keseluruhan lebih rendah dibandingkan angka kematian pada sebagian besar dekade.
Hal tersebut disebabkan karena semakin besarnya jumlah tawanan yang diangkut pada akhir tahun 1700-an; sebagian besar pelayaran ini dilakukan antara Afrika dan Brasil, yang umumnya merupakan rute terpendek di antara rute-rute utama.
Karen B. Bell menulis dalam Journal of African American History berjudul Rice, Resistance, and Force Transatlantic Communities: (Re)Envisioning the African Diaspora in Low Country Georgia, 1750–1800 (2010), mengisahkan ironi perjalanan para budak.
Para budak Afrika diangkut dalam kondisi yang buruk, dengan laki-laki dan perempuan dipisahkan. "Tempat tinggal sering kali berupa geladak dengan ruang kepala kurang dari 1,5 meter, dan geladak tersebut penuh sesak dengan sedikit ventilasi," tulis Bell.
Penyebab utama kematian adalah wabah dan penyakit mental. Wabah yang ditimbulkan akibat kondisi geladak yang penuh sesak dan kotor membuat berbagai penyakit melemahkan kondisi mereka selama perjalanan.
Tercatat beberapa wabah penyakit seperti disentri, campak, penyakit kudis, cacar, sifilis, dan penyakit kaki gajah menjangkiti selama perjalanan. Bagaimana tidak, mereka mengalami malnutrisi yang luar biasa.
Baca Juga: Kunci Sukses 'Sosok Tunggal' di Balik 600 Tahun Kekuasaan Ottoman