Kecerdasan Sistem Navigasi Suku Bugis Melaut Berpedoman Bintang

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 14 November 2024 | 10:00 WIB
Sistem navigasi pelaut Bugis berpedoman bintang (Freepik)

Nationalgeographic.co.id—Suku Bugis dikenal sebagai pelaut yang dapat memanfaatkan perbintangan dan fenomena alam sebagai suatu sistem navigasi atau petunjuk arah dalam melakukan aktifitas pelayaran. 

Begitu juga dengan masyarakat suku Bugis yang tinggal di Karimunjawa yang masih menjalankan tradisi nelayannya. Penelitian yang dilakukan oleh Rizal Akbar Aldyan dalam Model Pengelolaan Lingkungan Taman Nasional Karimunjawa Berbasis Masyarakat mengungkap bahwa tradisi nelayan tidak bisa dilepaskan dari tradisi yang terkait dengan hubungan kerja.

Dalam kegiatan mencari nafkah sebagai nelayan terdapat dua kategori nelayan yaitu nelayan punggawa dan nelayan sawi. Punggawa adalah pemilik modal yang menjadi ketua atau pimpinan dalam kegiatan mencari nafkah sebagai nelayan dan sawi adalah buruh atau pekerja bawahan yang tidak memiliki modal.

Stratifikasi dalam masyarakat nelayan Bugis terletak pada besaran modal dan alat tangkap. Punggawa memiliki status sosial yang tinggi dikarenakan memiliki modal (bagan/bagang) dan peralatan penangkapan ikan dalam jumlah yang besar. Selain itu, punggawa mendapat penghormatan dari masyarakat karena memiliki sawi dalam jumlah yang banyak.

Uniknya, mereka sudah mengenal sistem navigasi Bugis yang berpedoman pada benda-benda langit seperti bintang sangat sering digunakan oleh para pelaut masyarakat adat Bugis.

Selain berpedoman pada benda-benda langit seperti bintang, mereka juga berpedoman pada tanda-tanda alam seperti gelombang air laut, arus, dan angin.

"Terkait gugusan bintang sebagai alat bantu navigasi, dalam bahasa Bugis dikenal dengan istilah bintoeng. Jenis rasi bintang yang berkembang dalam masyarakat suku Bugis Karimunjawa bermacam-macam," tulis Rizal.

Ada bintoeng balue atau lebih dikenal oleh nelayan Bugis sebagai bintang janda atau bintang tunggal. Kata balue berasal dari kata balu yang memiliki arti janda.

Menurut masyarakat suku Bugis, bintoeng balue adalah bintang janda yang karena tunangannya meninggal sebelum menikah. Bintoeng balue merupakan salah satu rasi bintang yang digunakan oleh masyarakat nelayan suku Bugis dalam melakukan aktivitas pelayaran.

Bintang ini dikenal oleh masyarakat nelayan suku Bugis sebagai rasi bintang yang dapat menunjukkan arah selatan dalam pelayaran.

Bintoeng balue atau biasa dikenal dengan bintoeng sallatang merupakan salah satu rasi bintang yang paling terang di langit, sehingga mudah terlihat oleh masyarakat nelayan suku Bugis.

Baca Juga: Sentuhan Militer Ottoman dalam Laskar Perang Diponegoro vs Belanda