Itulah yang harus dilakukan Marco Polo saat ia melakukan perjalanannya di suatu tempat yang ia sebut Kara-jang. Kara-jang kini dikenal sebagai Provinsi Yunnan, Tiongkok.
Di Kara-jang, Marco Polo menemukan reptil dan menggambarkannya sebagai makhluk menjijikkan. Ia menambahkan bahwa mulut hewan itu cukup besar untuk menelan manusia dalam sekali telan.
Ketertarikan yang kuat terlihat jelas saat membaca The Travels. Namun beberapa sejarawan dan naturalis telah membantah apakah ini benar-benar buaya yang ia gambarkan. Atau apakah Marco Polo menggunakan sedikit kebebasan puitis dan menambahkan beberapa deskripsi dari naga mitologi Tiongkok.
Ia juga menyebutkan bagaimana penduduk asli menangkap buaya untuk menjual kantung empedunya dengan harga tinggi. Penduduk asli memasang perangkap tempat buaya berjalan dari sarang mereka ke air.
Dalam perangkap ini, mereka menempatkan bilah baja setajam silet yang menghadap ke sarang buaya. Mereka kemudian menutupi bilah itu dengan pasir sehingga tidak terlihat.
Ketika buaya turun ke air untuk berburu dan makan, ia akan menusuk dirinya sendiri pada bilah itu dan memotong tubuhnya. Penduduk asli kemudian akan tahu bahwa buaya itu sudah mati ketika burung-burung melayang di atasnya. Mereka mengambil kantung empedu dan menjualnya dengan harga tinggi, karena manfaatnya sebagai obat.
Marco Polo menguraikan tiga kegunaan utama kantung empedu buaya. Yaitu untuk mengobati seseorang yang telah digigit oleh anjing gila serta untuk meringankan rasa sakit saat melahirkan. Kantung empedu buaya digunakan untuk mengobati benjolan. Benjolan diduga akan mereda setelah satu atau dua hari pengobatan dengan kantung empedu buaya.
Layanan pos
Salah satu hal yang paling dihargai yang ditulis Marco Polo dengan penuh semangat dalam The Travels adalah layanan pos. Marco Polo menulis tentang bagaimana Khan-balik menjadi titik fokus komunikasi di seluruh Kekaisaran Mongol. Oleh karena itu, Khan-balik harus memiliki layanan pos yang efisien agar dapat berkomunikasi secara efisien dengan wilayah lain.
Sistem tersebut menggunakan kuda pos. Para penunggangnya perlu menunggangi kuda pos sejauh maksimum 40 km melewati jalan utama ke lokasi berikutnya. kuda pos lain dan penunggangnya akan menunggu untuk membawa pesan lebih jauh.
Baca Juga: Mitologi Burung Roc dari Cerita Perjalanan Ibnu Batutah dan Marco Polo