Karena armada besar Persia tidak bisa masuk ke selat tersebut, mereka dengan cepat menjadi kacau, menciptakan peluang bagi kemenangan Yunani.
Bukan hanya kejeniusan militer Themistokles yang membawa Yunani menuju kemenangan, tetapi juga pengetahuan mendalam tentang iklim di Salamis, menurut artikel yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Atmosphere oleh para peneliti di Akademi Athena.
Dalam artikel tersebut, para peneliti yang dipimpin oleh Profesor Christos Zerefos berpendapat bahwa data terkini mengenai kondisi angin di Selat Salamis sejalan dengan catatan saksi mata kuno.
Selain itu, artikel tersebut menyatakan bahwa orang Yunani pasti mengetahui kondisi ini, karena mereka merencanakan serangan menjelang siang terhadap Persia.
Kondisi itu sesuai dengan kondisi angin yang menyulitkan armada Persia untuk mundur ke laut terbuka pada sore hari. Angin barat laut di malam hari dan dini hari, atau angin Etesian di Teluk Saronic, dikombinasikan dengan angin laut lokal dari selatan pada pagi menjelang siang.
Kondisi tersebut menjebak armada Persia di Selat Salamis yang sempit selama sore hari, sehingga membawa kemenangan bagi Yunani pada sore menjelang malam.
Pola angin khusus ini masih ada hingga hari ini dan terutama terjadi dari Mei hingga September, ketika matahari sangat kuat dan memanaskan atmosfer.
Pertempuran Salamis diyakini secara tradisional terjadi pada akhir September tahun 480 SM, saat fenomena cuaca ini masih berlangsung.