Benang Merah Sejarah Naturalisasi Timnas, Maluku, dan Belanda

By Galih Pranata, Senin, 18 November 2024 | 14:00 WIB
Penduduk dari Maluku Selatan tiba di Rotterdam pada tahun 1951. Sebanyak empat ribu penduduk Maluku Selatan diangkut ke Belanda. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Ingar bingar Timnas Indonesia yang terus melaju menuju Piala Dunia 2026, tak lepas dari sejumlah pemain naturalisasi. Tak pelak, Indonesia menjadi sorotan publik, terlebih publik dunia.

Di antara sejumlah pemain naturalisasi, kebanyakan memiliki darah keturunan Maluku. Memang, negeri ini punya sejarah kelekatan bilateral di masa kolonial. Lantas, bagaimana histori orang-orang Maluku dengan Belanda?

Setelah Perang Dunia Kedua, Belanda ingin mengembalikan kekuasaannya atas wilayah jajahan mereka di Hindia Belanda. Penduduk asli Indonesia memberontak melawan hal ini di bawah kepemimpinan Soekarno. 

Untuk meredam pemberontakan, Belanda mengerahkan Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL). "Tentara ini sebagian besar dibentuk oleh tentara Maluku," tulis kontributor Historiek dalam artikelnya bertajuk Molukkers in Nederland, terbitan 27 November 2023.

Dalam lanjutannya, menurut laman Historiek, Pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia memandang orang-orang Maluku sebagai kaki tangan bekas penjajah Belanda.

Belanda telah menjanjikan penentuan nasib sendiri bagi bangsa Maluku, namun jika Belanda tidak menerima dukungan internasional untuk mempertahankan wilayah jajahannya, maka janji tersebut kepada bangsa Maluku tidak dapat ditepati.

Ketika Republik Maluku (RMS) diproklamasikan pada tahun 1950, Tentara Nasional Indonesia berupaya untuk menduduki kembali Maluku, hingga kedudukan orang Maluku di Indonesia yang semakin terpuruk.

Alhasil, empat ribu prajurit KNIL Maluku beserta keluarganya dibawa ke Belanda. Setibanya di sana, para tentara tersebut diberitahu bahwa mereka telah diberhentikan dari dinas militer, sesuatu yang banyak dari mereka menganggapnya sebagai sebuah penghinaan.

Pada tahun-tahun pertama, masyarakat Maluku tinggal di kawasan pemukiman pusat, seperti bekas kamp konsentrasi Westerbork, di mana mereka seringkali berada dalam kondisi yang sulit.

Orang-orang Maluku dikucilkan dari masyarakat dan tidak diperbolehkan bekerja. Toh mereka akan kembali ke Indonesia. Namun, menjadi jelas bahwa Belanda tidak dapat memulangkan orang-orang Maluku sama sekali.

Kondisi mereka memprihatinkan, pun janji kemerdekaan juga belum lagi ditunaikan. Pada gilirannya, orang-orang Maluku Selatan di Belanda menjadi jengah. Mereka memulai serangkaian teror.

Baca Juga: Molukse Wijk, Tempat Penampungan Ribuan Orang Maluku di Belanda