Ngarahu: Tarian semi-perang yang dilakukan untuk menguji kesiapan para prajurit.
Haka Tui Waewae: Haka non-perang yang mengekspresikan emosi seperti kegembiraan atau kemarahan.
Ka Mate: Diciptakan oleh Kepala Suku Ngati Toa, Te Rauparaha, Ka Mate menceritakan kisah pelariannya dari penangkapan dan kebangkitannya sebagai pemimpin besar Maori.
Haka yang paling terkenal adalah “Ka Mate,” yang diciptakan sekitar tahun 1820 oleh kepala suku Maori, Te Rauparaha.
Unsur yang tidak kalah penting dalam tarian Haka adalah lagunya untuk menyampaikan pesan. Syair dalam nyanyian (waiata) yang mengiringi Haka seringkali menggambarkan leluhur dan peristiwa dalam sejarah suku tersebut secara puitis.
Biasanya dimulai dengan kata-kata: "Ka mate! Ka mate! Ka ora! Ka ora!," yang berarti: "Aku mati! Aku mati! Aku hidup! Aku hidup! Aku hidup!"
Kemampuan untuk melakukan Haka dengan gaya, keanggunan, elegansi, dan keberanian sangat penting dalam masyarakat tradisional Maori. Hal ini tetap penting dalam masyarakat modern sebagai pengakuan yang sebanding dengan para leluhur mereka.
Karakteristik Tarian Haka
Salah satu karakteristik Haka yang mudah dikenali dalam interaksi sosial di dalam kelompok adalah penekanan pada aspek spiritual dibandingkan material sebagaimana diungkap Morten Kjeldseth Pettersen dari Universitas Oslo.
Dalam penelitiannya Kapa Haka: Traditional Maori Performing Arts in Contemporary Settings (2007), Morten menjelaskan penting bagi masyarakat Maori menjadi bagian dari kelompoknya.
"Dalam istilah Maori, 'menjadi bagian dari' selalu terkait dengan whenua (tanah) dan whanaunga (kerabat). Kedua hal ini terhubung dalam istilah turangawaewae, yang berarti 'tempat untuk berdiri,'" ungkapnya.
Baca Juga: Bartolomé de las Casas: Juru Selamat Suku Indian dari Jeratan Perbudakan