Lengking 'Ka Mate! Ka Ora!' Suku Maori dalam Tarian Perang Haka

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 18 November 2024 | 16:00 WIB
Pemuda Maori melakukan Haka (wikipedia)

Dengan diperkenalkannya senapan musket, metode pertanian Barat, dan misionaris, bagaimanapun, budaya dan struktur sosial Māori mulai hancur.

Budaya Maori di abad ke-21

Meski kemudian mendapat banyak pengaruh dari Eropa, tarian Haka masih lestari dan fungsinya mulai meluas menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Pada 1880-an, kelompok penari Haka mulai tampil untuk para turis, sambil diiringi melodi Eropa dan lirik-lirik dalam bahasa Maori. Beberapa kelompok bahkan melakukan tur pertunjukan Haka hingga luar negeri.

Ketika orang Maori pindah ke kota, kelompok-kelompok penari Haka ikut dibawa dan dilestarikan. Mereka berusaha agar tetap terhubung dengan budaya leluhur, misalnya dengan melestarikan bahasa dan adat istiadat Maori.

Pada akhirnya berbagai macam kelompok masyarakat di Selandia Baru menyerap sebagian warisan budaya orang Maori. Pada awal abad ke-20, Haka Ka Mate menjadi ritual sebelum dan setelah tim nasional rugby Selandia Baru All Blacks bertanding.

"Bagi sebagian besar suku Maori, menjadi suku Maori berarti mengakui dan menghormati leluhur Maori mereka, memiliki klaim atas tanah keluarga," kata Morten.

"Sehingga mereka memiliki hak untuk diterima sebagai bagian dari suku mereka tangata whenua (masyarakat setempat) di desa leluhur mereka," lanjutnya.

Tarian Haka (wikipedia)

Ini berarti sebuah penerimaan keanggotaan kelompok dan pengakuan bersama, dengan para anggota kelompok, terhadap cara berpikir dan berperilaku khas Maori.

Ada beberapa kebangkitan dalam pengajaran bahasa Maori (te reo Maori, dan pada tahun 1987 bahasa Maori dijadikan bahasa resmi Selandia Baru.

Banyak praktik budaya Maori yang masih hidup di Selandia Baru kontemporer. Semua pertemuan resmi Maori disertai dengan pidato dalam bahasa Maori dan lagu-lagu aksi. Penerimaan tamu resmi bahkan disertai dengan hongi atau menempelkan hidung saat menyapa.