Kastel Himeji, Saksi Bisu Sejarah Era Feodal di Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Selasa, 19 November 2024 | 08:00 WIB
Himeji-jo, yang juga dikenal sebagai Kastel Himeji, terletak di Kota Himeji, Prefektur Hyogo, Jepang. Sebuah benteng awalnya dibangun pada abad ke-14 M di lokasi kastel saat ini. (663highland/CC BY 2.5)

“Dua setengah abad berikutnya dalam sejarah Kastel Himeji relatif damai dan tanpa kejadian penting,” tambah Mingren. Namun, hal ini tidak selalu terjadi di seluruh negeri. Tahun 1467 dianggap sebagai awal periode Sengoku, periode kekacauan dan perang saudara yang hampir terus-menerus. Pada 1577, Provinsi Harima direbut oleh Oda Nobunaga. Nobunaga adalah salah satu daimyo paling terkemuka pada periode Sengoku.

Nobunaga memberikan Kastel Himeji kepada salah satu pengikutnya, Toyotomi Hideyoshi, yang awalnya adalah seorang petani. Hideyoshi kemudian menjadi yang kedua dari tiga 'Pemersatu Besar' Jepang. Yang pertama adalah tuannya, Nobunaga, dan yang ketiga adalah Tokugawa Ieyasu, salah satu pengikut Nobunaga lainnya.

Sementara itu, Hideyoshi melakukan modifikasi signifikan pada Kastel Himeji, termasuk menara setinggi tiga lantai. Modifikasi itu mengubah kastel menjadi benteng yang sebenarnya.

Legenda janda tua yang membantu pembangunan Kastel Himeji

Ada sebuah cerita rakyat Ubagaishi (Batu Janda Tua), yang berkaitan dengan pembangunan benteng pertahanan oleh Hideyoshi. Menurut legenda, ketika sedang membangun benteng pertahanan, Hideyoshi menyadari bahwa ia tidak memiliki cukup batu untuk menyelesaikan proyeknya. Ia pun menjadi sangat khawatir.

Ada seorang janda tua yang tinggal di kota sekitar yang mencari nafkah dengan menjual kue beras panggang. Ketika ia mendengar dilema Hideyoshi, ia datang ke kastel. Sang janda tua pun memberikan penggilingan batu miliknya kepadanya. Padahal, hidupnya sepenuhnya bergantung pada benda ini.

Hideyoshi tersentuh oleh pengorbanan janda itu dan menggunakan batu tersebut untuk membangun benteng pertahanannya. Rupanya, orang lain mendengar cerita janda itu. Mereka pun mulai memberikan batu kepada Hideyoshi juga. Hasilnya, benteng pertahanan itu selesai dibangun.

Kastel Himeji dan kebangkitan Keshogunan Tokugawa

Hideyoshi meninggal pada 1598 dan digantikan oleh putranya, Hideyori, sebagai penguasa de facto Kekaisaran Jepang. Sesaat sebelum kematiannya, Hideyoshi membentuk Dewan Lima Tetua. Kelima daimyo ini adalah daimyo yang berkuasa yang seharusnya bertindak sebagai wali bagi Hideyori, yang masih anak-anak. Namun, para wali ini tidak melaksanakan tugas mereka, tetapi mulai berselisih. Kelimanya saling memperebutkan kekuasaan.

Perebutan kekuasaan memuncak dalam Pertempuran Sekigahara pada 1600. Dalam pertempuran itu, pasukan yang setia Hideyori dikalahkan oleh Ieyasu Tokugawa dan para pendukungnya. Pada tahun berikutnya, Kastel Himeji diberikan sebagai hadiah oleh Ieyasu kepada Ikeda Terumasa, salah satu pendukung shogun, dan menantunya. Terumasa memperoleh izin dari Ieyasu untuk membangun kembali Kastel Himeji. Ia dikatakan bermaksud untuk membuat kastel baru tersebut menyerupai Kastel Azuchi milik Nobunaga.

Terumasa merampungkan pembangunan kastelnya pada 1609. Kastel yang dibangun Terumasa-lah yang masih berdiri hingga kini.

Penting bagi Terumasa untuk membangun kastel yang dibentengi dengan baik. Pasalnya, wilayah yang dikuasainya, Harima, Bizan, dan Awaji, penuh dengan simpatisan Toyotomi. Dari Kastel Himeji, Terumasa mampu menegaskan kekuasaannya atas provinsi-provinsi yang berpotensi bermasalah ini.