Kastel Himeji, Saksi Bisu Sejarah Era Feodal di Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Selasa, 19 November 2024 | 08:00 WIB
Himeji-jo, yang juga dikenal sebagai Kastel Himeji, terletak di Kota Himeji, Prefektur Hyogo, Jepang. Sebuah benteng awalnya dibangun pada abad ke-14 M di lokasi kastel saat ini. (663highland/CC BY 2.5)

Nationalgeographic.co.id—Himeji-jo, yang juga dikenal sebagai Kastel Himeji, terletak di Kota Himeji, Prefektur Hyogo, Jepang. Sebuah benteng awalnya dibangun pada abad ke-14 M di lokasi kastel saat ini. Dan bangunan yang bertahan hingga kini berasal dari abad ke-17 M.

Kastel Himeji merupakan monumen penting bagi Kekaisaran Jepang karena berbagai alasan. Misalnya, kastel ini merupakan salah satu dari 12 kastel yang disebut sebagai 'bangunan asli' di Jepang. Secara luas dianggap, Kastel Himeji sebagai contoh kastel feodal Jepang yang masih bertahan hingga kini.

Kastel ini dikagumi bukan hanya karena keindahannya tetapi juga karena kecanggihan pertahanannya. “Selain itu, Kastel Himeji juga terhubung dengan beberapa tokoh terpenting dalam sejarah Kekaisaran Jepang,” tulis Wu Mingren di laman Ancient Origins.

Makna budaya Kastel Himeji terbukti dari fakta bahwa kastel ini merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO. Bahkan lima bangunannya ditetapkan sebagai Harta Karun Nasional Jepang.

Kastel Himeji terletak di puncak Bukit Himeyama, di bagian tengah Dataran Harima. Ini berarti bahwa Kastel Himeji merupakan kastel bukit, salah satu dari tiga jenis kastel Jepang. Dua lainnya adalah kastel gunung dan dataran.

Kastel bukit dibangun sepanjang periode feodal Jepang dan menjadi sangat menonjol sejak pertengahan periode Sengoku. Periode Sengoku dikenal juga sebagai periode Negara-negara Berperang). Kastel-kastel tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pertahanan, tetapi juga sebagai tujuan politik.

Selain sebagai benteng, kastel bukit juga merupakan cerminan hierarki sosial Jepang feodal. Di puncak hierarki adalah daimyo atau penguasa feodal. Berikutnya adalah samurai, yang rumahnya dibangun di sekitar kastel. Semakin tinggi pangkat samurai, semakin dekat ia tinggal di kastel. Ada juga tempat tinggal yang diperuntukkan bagi pedagang dan perajin. Sementara kuil dan distrik hiburan terletak di pinggiran kota, atau tepat di luarnya.

Benteng pertama dibangun di situs Kastel Himeji pada 1333

Pada 1333, sebuah benteng dibangun di situs tempat Kastel Himeji berdiri saat ini oleh Akamatsu Norimura. Ia adalah prajurit samurai. Klan Akamatsu memerintah Provinsi Harima yang bersejarah, yang merupakan bagian barat daya Prefektur Hyogo modern.

Awalnya, Norimura mendukung Kaisar Go-Daigo dalam pemberontakannya melawan Keshogunan Kamakura dan Klan Hojo. Namun, kemudian Norimura mengalihkan kesetiaannya. Ia pun berpihak pada Ashikaga Takauji ketika berperang dengan kaisar.

Ketika Keshogunan Ashikaga didirikan, Norimura diberi jabatan menteri dalam pemerintahan baru. Benteng Norimura dihancurkan pada 1346 dan digantikan oleh sebuah kastel, Kastel Himeji pertama, yang dibangun oleh putranya, Sadanori. Kastel ini dimaksudkan untuk melindungi Klan Amakatsu dari penguasa saingan di masa ketidakstabilan politik.

Baca Juga: Kisah Tragis Perjuangan Yamato Takeru dalam Cerita Rakyat Jepang

“Dua setengah abad berikutnya dalam sejarah Kastel Himeji relatif damai dan tanpa kejadian penting,” tambah Mingren. Namun, hal ini tidak selalu terjadi di seluruh negeri. Tahun 1467 dianggap sebagai awal periode Sengoku, periode kekacauan dan perang saudara yang hampir terus-menerus. Pada 1577, Provinsi Harima direbut oleh Oda Nobunaga. Nobunaga adalah salah satu daimyo paling terkemuka pada periode Sengoku.

Nobunaga memberikan Kastel Himeji kepada salah satu pengikutnya, Toyotomi Hideyoshi, yang awalnya adalah seorang petani. Hideyoshi kemudian menjadi yang kedua dari tiga 'Pemersatu Besar' Jepang. Yang pertama adalah tuannya, Nobunaga, dan yang ketiga adalah Tokugawa Ieyasu, salah satu pengikut Nobunaga lainnya.

Sementara itu, Hideyoshi melakukan modifikasi signifikan pada Kastel Himeji, termasuk menara setinggi tiga lantai. Modifikasi itu mengubah kastel menjadi benteng yang sebenarnya.

Legenda janda tua yang membantu pembangunan Kastel Himeji

Ada sebuah cerita rakyat Ubagaishi (Batu Janda Tua), yang berkaitan dengan pembangunan benteng pertahanan oleh Hideyoshi. Menurut legenda, ketika sedang membangun benteng pertahanan, Hideyoshi menyadari bahwa ia tidak memiliki cukup batu untuk menyelesaikan proyeknya. Ia pun menjadi sangat khawatir.

Ada seorang janda tua yang tinggal di kota sekitar yang mencari nafkah dengan menjual kue beras panggang. Ketika ia mendengar dilema Hideyoshi, ia datang ke kastel. Sang janda tua pun memberikan penggilingan batu miliknya kepadanya. Padahal, hidupnya sepenuhnya bergantung pada benda ini.

Hideyoshi tersentuh oleh pengorbanan janda itu dan menggunakan batu tersebut untuk membangun benteng pertahanannya. Rupanya, orang lain mendengar cerita janda itu. Mereka pun mulai memberikan batu kepada Hideyoshi juga. Hasilnya, benteng pertahanan itu selesai dibangun.

Kastel Himeji dan kebangkitan Keshogunan Tokugawa

Hideyoshi meninggal pada 1598 dan digantikan oleh putranya, Hideyori, sebagai penguasa de facto Kekaisaran Jepang. Sesaat sebelum kematiannya, Hideyoshi membentuk Dewan Lima Tetua. Kelima daimyo ini adalah daimyo yang berkuasa yang seharusnya bertindak sebagai wali bagi Hideyori, yang masih anak-anak. Namun, para wali ini tidak melaksanakan tugas mereka, tetapi mulai berselisih. Kelimanya saling memperebutkan kekuasaan.

Perebutan kekuasaan memuncak dalam Pertempuran Sekigahara pada 1600. Dalam pertempuran itu, pasukan yang setia Hideyori dikalahkan oleh Ieyasu Tokugawa dan para pendukungnya. Pada tahun berikutnya, Kastel Himeji diberikan sebagai hadiah oleh Ieyasu kepada Ikeda Terumasa, salah satu pendukung shogun, dan menantunya. Terumasa memperoleh izin dari Ieyasu untuk membangun kembali Kastel Himeji. Ia dikatakan bermaksud untuk membuat kastel baru tersebut menyerupai Kastel Azuchi milik Nobunaga.

Terumasa merampungkan pembangunan kastelnya pada 1609. Kastel yang dibangun Terumasa-lah yang masih berdiri hingga kini.

Penting bagi Terumasa untuk membangun kastel yang dibentengi dengan baik. Pasalnya, wilayah yang dikuasainya, Harima, Bizan, dan Awaji, penuh dengan simpatisan Toyotomi. Dari Kastel Himeji, Terumasa mampu menegaskan kekuasaannya atas provinsi-provinsi yang berpotensi bermasalah ini.

Untuk membangun kastel baru, dibutuhkan sejumlah besar batu. Batu-batu tersebut diperoleh dengan merobohkan benteng-benteng lama Hideyoshi untuk bahan baku. Namun para pembangun tidak memiliki cukup batu untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Oleh karena itu, mereka terpaksa menjarah batu nisan dan bahkan peti mati batu. Beberapa batu pengganti ini masih dapat dilihat di dinding kastel.

Secara total, Kastel Himeji terdiri 82 ​​bangunan, yang tersebar di area seluas 107 hektar. Selain menara setinggi lima lantai, kastel ini juga memiliki gerbang, benteng, dan dinding batu. Struktur-struktur ini menunjukkan kemampuan pertahanan Kastel Himeji. Misalnya, banyak gerbang berkelok-kelok dibangun untuk menghambat laju penyerang ke kompleks pusat kastel. Selain itu, celah-celah ditambahkan ke gerbang dan dinding kastel. Hal ini memungkinkan para pembela dapat menembaki penyerang dari posisi yang aman.

Sebagian besar struktur kastel mempertahankan komposisi dan kondisi aslinya dari abad ke-17.

Ciri paling khas dari Kastel Himeji karya Terumasa adalah bagian luarnya yang berwarna putih. Warna ini membuatnya dijuluki Shirasaga-jo, yang berarti 'Kastil Bangau Putih'. Menara setinggi lima lantai tersebut dibuat agar menyerupai kawanan bangau yang sedang terbang, jika dilihat dari jauh.

Bagian luar kastel berwarna putih, yang dilapisi plester, yang memiliki tujuan praktis. Setelah kedatangan Portugis di Jepang pada 1543, senjata api diperkenalkan. Keberadaan senjata api menyebabkan desain kastel harus disesuaikan untuk menangkal jenis senjata baru ini. Plester dianggap sebagai bahan tahan api. Hal ini alasan mengapa zat ini digunakan untuk melapisi bagian luar kastel.

Secara total, Kastel Himeji terdiri 82 bangunan, yang tersebar di area seluas 107 hektar. Selain menara setinggi lima lantai, kastel ini juga memiliki gerbang, benteng, dan dinding batu. (Public Domain)

Terlepas dari semua fitur pertahanan ini, Kastel Himeji tidak pernah mengalami pertempuran. Keshogunan Tokugawa merupakan periode yang relatif damai. Kebutuhan akan kastel pun berkurang selama era ini. Kemudian ada dekrit keshogunan pada 1615, yang dikenal sebagai Buke shohatto, atau Hukum untuk Rumah Militer. Salah satu pasal dekrit ini menyatakan bahwa hanya boleh ada satu kastel per provinsi.

Akibat dekrit, banyak kastel di seluruh Jepang hancur. Kastel Himeji adalah salah satu dari sekitar 170 kastel yang masih bertahan. Meskipun demikian, Kastel Himeji memiliki tujuan politik yang sangat penting bagi keshogunan. Dari kastel ini, shogun dapat mengendalikan para penguasa feodal di Jepang bagian barat.

Penguasa Kastel Himeji haruslah layak untuk memerintah, bukan seorang anak di bawah umur atau orang sakit. Mereka harus memiliki kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada shogun. Selama seluruh periode Keshogunan Tokugawa, terdapat total 31 penguasa feodal yang tinggal di Kastel Himeji. Kebetulan, kastel tersebut tidak lama berada di tangan Klan Ikeda. Setelah kematian Terumasa, ia digantikan sebagai penguasa Kastel Himeji oleh putranya, Toshitaka.

Beberapa tahun kemudian, Toshitaka juga meninggal, dan kastel tersebut diserahkan ke tangan Klan Honda pada 1617. Penguasa kastel pertama dari klan Honda, Honda Tadamasa, menambahkan beberapa bangunan ke dalam kastel tersebut. Selain Klan Honda, klan-klan lain yang menguasai Kastel Himeji termasuk Okudaira, Matsudaira, Sakakibara, dan Sakai. Mengingat signifikansi politik Kastel Himeji, klan-klan tersebut melakukan kampanye perbaikan rutin pada bangunan-bangunan yang ada. Mereka turut berkontribusi pada kondisi kastel yang sangat terawat.

Kastel Himeji setelah runtuhnya Keshogunan Tokugawa pada 1868

Keshogunan Tokugawa berakhir pada 1868 dan digantikan oleh pemerintahan kekaisaran yang baru. Kastel Himeji kehilangan kepentingan politiknya karena dihapuskannya sistem feodal.

Setelah itu, Kastel Himeji diubah menjadi bangunan militer, sebagai bagian dari wilayah barat. Rumah-rumah samurai dihancurkan dan bangunan militer dibangun di tempatnya. Menariknya, kastel ini pernah dilelang oleh pemerintah Meiji. Penawaran yang berhasil diajukan oleh Tuan Kanbe dari Himeji, yang bermaksud untuk mengembangkan tanah tersebut. Ketika ia menyadari bahwa akan terlalu mahal untuk menghancurkan kastel tersebut, ia membatalkan rencana ini.

Selama Perang Dunia Kedua, Kastel Himeji sangat beruntung karena lolos dari pengeboman yang dilakukan oleh pasukan sekutu. Faktanya, selain beberapa pembongkaran selama Periode Meiji, satu-satunya kerusakan yang dialami kastel adalah hancurnya tempat tinggal daimyo. Tempat tinggal tersebut hancur akibat kebakaran pada 1882. Selanjutnya, sisa-sisa kompleks ini dipugar dengan cermat.

Ketika perang berakhir pada 1945, bangunan militer di dalam dan sekitar kastel dihancurkan. Bangunan militer diganti dengan bangunan umum untuk keperluan resmi. Meskipun demikian, bangunan asli abad ke-17 dibiarkan utuh.

Saat ini, Kastel Himeji merupakan situs budaya Jepang yang penting, sekaligus objek wisata yang populer. Pemerintah Jepang menetapkan Kastel Himeji sebagai Situs Bersejarah pada 1929. Dua tahun kemudian, kastel ini memperoleh status Harta Nasional. Selain Kastel Himeji, ada empat kastel Jepang lainnya yang ditetapkan sebagai Harta Nasional. “Kastel Matsumoto, Hikone, Inuyama, dan Matsue,” tutur Mingren.  

Pada 1993, Kastel Himeji ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.