Tubuh Kita Menyimpan Timbunan Mikroplastik, Apakah Berbahaya?

By Neza Puspita Sari Rusdi, Rabu, 20 November 2024 | 08:00 WIB
Plastik yang kita gunakan sehari-hari ternyata bisa berdampak bagi kesehatan tubuh manusia. Bagaimana bisa? (Pexels/TomFisk)

Nationalgeographic.co.id—Bisakah Anda membayangkan benda-benda berukuran mungil tidak kasat mata bisa merusak tubuh kita?

Mikroplastik adalah potongan plastik yang berukuran kurang dari lima milimeter. Sumber bermacam-macam; mulai dari kantong plastik, kemasan makanan, dan botol kemasan yang akan terurai menjadi butiran plastik kecil. Selain itu, produk rumah tangga seperti pembersih dan pasta gigi juga mengandung butiran mikro.

Butiran-butiran kecil ini dengan mudah melewati penyaringan air menuju lautan serta menjadi ancaman bagi kehidupan di laut dan bagi manusia.

Karena plastik telah menjadi bagian peranti rumah tangga dan produk makanan, tentu saja kita akan menjumpai mikroplastik setiap harinya. Mikroplastik pada produk plastik akan terlepas dan terbang ke udara atau larut dalam air.

Melansir laman UNEP, setiap tahunnya 19 hingga 23 juta ton limbah plastik bocor dan mencemari lautan. Limbah plastik inilah yang akan terurai menjadi mikroplastik sehingga mengganggu ekosistem laut.

Bagaimana mikroplastik yang ada di lautan menjadi ancaman bagi tubuh manusia?

Proses mikroplastik di lautan pindah ke tubuh manusia

Banyak studi yang menunjukkan dampak yang disebabkan oleh mikroplastik bagi tubuh manusia. Anqi Sun and Wen-Xiong Wang memublikasikan hasil studinya di Environment & Health Journal dengan judul “Human Exposure to Microplastics and Its Associated Health Risks”. Mereka mengungkapkan bahwa makanan laut dianggap sebagai salah satu sumber utama penyebaran mikroplastik dari lautan.

Banyak jenis makanan laut seperti kerang, udang, dan ikan yang dikonsumsi secara utuh, termasuk organ dalamnya. Nah, organ dalam itulah yang mengandung konsentrasi mikroplastik lebih tinggi dibandingkan dengan daging otot. 

Na Zhang dan timnya menyingkap kandungan mikroplastik dalam tubuh manusia dalam kajian bertajuk "You are what you eat: Microplastics in the feces of young men living in Beijing". Kajian ini terbit di Science of The Total Environment, Volume 767, Mei 2021. Ia mengungkapkan bahwa 95,8 persen sampel menunjukkan tanda positif mengandung mikroplastik.

"Berbagai jenis mikroplastik terdeteksi pada kotoran manusia, dengan proporsi tertinggi ditemukan pada PP (Polipropilena)," tulis Na Zhang. Polipropilena adalah polimer yang banyak digunakan dalam produksi bahan prostetik karena biayanya yang rendah dan tidak terdegradasi di tempat. "Mungkin ada hubungan antara kebiasaan asupan air dan banyaknya mikroplastik dalam tinja."

Baca Juga: Riset Global: Orang Indonesia Paling Banyak Makan Mikroplastik

Bentuknya berupa potongan kecil atau fragmen, lembaran tipis seperti plastik, atau serat-serat halus yang ditemukan di kotoran manusia. Sebagai pembanding, ditemukan juga mikroplastik pada rambut kepala, tangan, kulit wajah, dan air liur.

Temuan mikroplastik di dalam tubuh manusia telah menarik minat banyak penelitian yang membahas dampak mikroplastik yang menumpuk di tubuh.

Penelitian Eliasz dan timnya mengungkap tentang zat di dalam plastik, yang terbit dalam jurnal Cancer. Judulnya, “Microplastics in the Human Body: Exposure, Detection, and Risk of Carcinogenesis: A State-of-the-Art Review

Mikroplastik adalah potongan-potongan kecil plastik. Plastik memiliki kandungan zat polimer dan zat aditif. Nah, zat aditif plastik ini merupakan zat kimia yang sewaktu-waktu kandungan di dalamnya akan terlepas.

Salah satu zat aditif di dalam plastik adalah butir benzil ftalat, yang kerap digunakan untuk membuat suatu produk menjadi elastis. Namun, zat ini disebut sebagai karsinogen atau zat yang menjadi penyebab kanker.

Mikroplastik juga berperan sebagai pengantar senyawa kimia yang sudar terpapar dari lingkungan ke dalam tubuh. Senyawa itu seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), yang biasanya ditemui pada bensin, aspal, dan makanan yang dipanggang.

Pada 2022, mikroplastik untuk pertama kali ditemukan masuk ke saluran pernafasan manusia. Penelitian Mohammad S. Islam dan timnya itu dipublikasikan dalam jurnal Physics of Fluid. Tajuknya, “How microplastics are transported and deposited in realistic upper airways?”.

Mohammad mengungkapkan bahwa manusia menghirup sekitar 16,2 partikel mikroplastik per jam. Mikroplastik ini dapat mengandung polutan beracun yang menimbulkan risiko kesehatan pernafasan yang serius.

“Jutaan ton partikel mikroplastik ini ditemukan di air, udara, dan tanah. Produksi mikroplastik global melonjak dan kepadatan mikroplastik di udara meningkat secara signifikan," ungkap Mohammad.

Ia dan timnya meneliti dengan mengembangkan model untuk menganalisis perpindahan mikroplastik di saluran pernafasan bagian atas. Penelitian mereka menunjukkan bahwa mikroplastik cenderung terakumulasi atau terkumpul di rongga hidung dan odofaring (amandel, pangkal lidah, dan langit-langit lunak).

Mereka menyimpulkan, paparan terhadap partikel berbahaya—khususnya mikroplastik—merupakan salah satu kekhawatiran bagi kesehatan manusia terutama saat terhirup.

Berdasarkan dua penelitian terakhir yang meneliti dampak mikroplastik bagi tubuh manusia, kita dapat memahami perbedaan jenis mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh:

Pertama, yakni mikroplastik primer. Artinya, mikroplastik yang berasal dari produk-produk rumah tangga dan tanpa sengaja tekontaminasi dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mikroplastik sekunder. Artinya, mikroplastik yang tidak sengaja terhirup akibat sampah plastik yang sudah terdegradasi karena situasi lingkungan.

Mikroplastik seolah menjadi masalah yang tidak pernah tuntas dan membutuhkan perhatian serius. Zat ini sejatinya begitu berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Dari sekadar reaksi alergi, kerusakan sel, gangguan metabolisme, gangguan hormon, sampai penyakit berbahaya seperti gangguan pada sistem saraf, pendengaran, dan bahkan kanker. 

Paparan mikroplastik ke tubuh kita bisa melalui pernapasan, konsumsi makanan atau minuman, atau terserap melalui kulit. Penting untuk berusaha mengurangi penggunaan plastik dan memilih alternatif ramah lingkungan.

Rasanya, anjuran untuk membuang sampah pada tempatnya kurang efektif. Seharusnya, ungkapan yang tepat ialah buanglah sampah sesuai jenisnya. Sebuah tindakan kecil, dapat berdampak besar bagi kehidupan di masa depan.